Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengajak relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) menyatukan hati dan pikiran serta ikhlas mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran demi kemanusiaan.  
 
Sebagai ujung tombak Kementerian Sosial dalam pelayanan kepada masyarakat saat terjadi bencana alam dan bencana sosial, seluruh relawan Tagana pun diingatkan agar tidak menempatkan perbedaan agama, suku, adat dan budaya sebagai penghalang untuk memberikan pertolongan dan pelayanan kepada para korban.

"Satukan hati, satukan langkah dan satukan energi kita. Perbedaan suku, agama, adat dan kebudayaan harus menjadi satu kesatuan untuk memberikan pertolongan dan pelayanan atas nama kemanusiaan. One humanity saya minta harus menjadi ruh dari seluruh pergerakan Tagana di Indonesia," kata Mensos Khofifah saat menjadi Pembina pada Apel Jambore Nasional Tagana 2016 di Pantai Lamaru, Balikpapan, Sabtu (17/9).

Jambore Nasional Tagana tahun ini mengangkat tema Bersama Mengatasi Bencana di Bumi Kita yang kemudian dipadukan dengan tema Hari Kemanusiaan Dunia yakni One Humanity. Karena itu, Mensos Khofifah memberikan penekanan agar setiap aktivitas Tagana tidak menjadikan perbedaan sebagai penghalang. Satu kemanusiaan harus menjadi ruh pergerakan setiap relawan Tagana di seluruh Tanah Air.

Mensos Khofifah pun sangat yakin, semangat para relawan tidak akan pernah surut, meski hingga saat ini para relawan yang selalu siap jiwa raga ketika memberikan pertolongan  hanya mendapat tali asih sebesar Rp100 ribu per bulan.
 
Apalagi jika mencermati   kondisi keuangan Negara yang harus melakukan pengetatan di banyak lini, dia pun tidak ingin berjanji untuk memberikan tali asih bulanan yang lebih besar dari apa yang diterima relawan Tagana saat ini.

"Saya sangat yakin bahwa mereka adalah relawan yang tidak akan surut semangat hanya karena tidak ada penambahan tali asih. Mereka sudah menunjukan kerja  keras dan pengorbanan yang luar biasa untuk kemanusiaan dan saya memberikan apresiasi tinggi atas semangat mereka yang luar biasa itu," tegas Khofifah.

Secara khusus, Mensos Khofifah menyebutkan, sembilan provinsi di Indonesia berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Dia lantas mengingatkan agar sembilan provinsi ini meningkatkan keterampilan penanganan karhutla.

Sosialisasi dan pendekatan kepada  masyarakat agar tidak membakar hutan harus lebih intensif dilakukan, sementara kepada para pembakar hutan dan lahan dia berharap agar para hakim mengganjarnya dengan vonis yang menjerakan.

Selain itu, Mensos Khofifah juga mengungkapkan, laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menyebutkan bahwa 323 kabupaten dan kota di Indonesia memiliki potensi bencana alam cukup tinggi.

"Untuk itu harus disiapkan antisipasi secara preventif, yakni dengan segera membantuk Kampung Siaga Bencana (KSB). Tagana di semua daerah dituntut untuk memiliki spesifikasi dengan skill tertentu hingga dapat memberikan layanan lebih efektif. Relawan yang terlatih. Itulah Taruna Siaga Bencana. Pemerintah pusat dan daerah harus mendukung peningkatan skill Tagana," tegas Khofifah.

Ditambahkan, saat ini Tagana juga terus memperkuat layanan psikosocial therapy melalui dukungan tim psikosocial therapy  yang akan memberikan layanan bagi para korban bencana alam dan bencana sosial yang mengalami trauma. Layanan ini sangat penting selain layanan tanggap darurat yang fokus pada penyiapan logistik dan dapur umum.

Sementara Asisten Kesejahteraan Rakyat Setprov Kaltim H Bere Ali yang mewakili Gubernur Awang Faroek Ishak, menyampaikan agar semangat Tagana Kaltim khususnya tidak kendur untuk upaya-upaya kemanusiaan.

"Mari teguhkan semangat, komitmen dan pengabdian tinggi dalam menjalankan tugas-tugas kemanusiaan. Oleh karena itu, potensi dan pengabdian relawan Tagana yang sangat besar ini harus dibina secara berkesinambungan agar dapat menjalankan tugas-tugas kemanusiaan dengan baik untuk masa sekarang dan masa-masa yang akan datang," tegas Bere.
 
Selain Jambore Nasional yang dihadiri tidak kurang dari 1.500 peserta dari 34 provinsi di Indonesia, dalam rangkaian ini juga dilaksanakan bakti sosial, meliputi penanaman pohon (Tagana Go Green), Tagana Go to School, pembentukan Kampung Siaga Bencana di Muara Badak, Kutai Kartanegara dan Kampung Siaga Bencana di Kecamatan Balikpapan Utara.

Bakti sosial lain yang digelar adalah Tagana Go to Solidarity diantaranya, donor darah, bingkisan kaum dhuafa dan penderita kusta, pengobatan gratis dan bantuan kaca mata gratis untuk 500 orang di Pantai Lamaru bekerja sama dengan Yayasan Surya Kebenaran Internasional, bantuan kaki palsu untuk 68 penyandang disabilitas, vitamin dan makanan tambahan  untuk 1000 penerima.

Mensos Khofifah  juga menyerahkan bantuan berupa enam unit mobil dapur umum, satu unit truk angkutan, satu unit mobil Rescue Tactical Unit (RTU) dan delapan unit trail TRC. Bantuan secara simbolis diterima Asisten Kesejahteraan Bere Ali mewakili Pemprov Kaltim.

Jambore dan bakti sosial Tagana kali ini dihadiri tamu-tamu Negara tetangga yakni dari Myanmar dan Malaysia, serta  perwakilan PBB untuk kemanusiaan. Hadir pula Pangdam VI Mulawarman, Kapolda Kaltim, para pejabat Kementerian Sosial, Kepala Dinas Kaltim dan para pejabat Dinas Sosial dari provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia.

Apel Jambore Nasional untuk tanggap bencana diakhiri dengan simulasi penanggulangan korban di laut oleh para relawan Tagana. Sebelumnya mereka telah memecahkan rekor MURI untuk pengibaran bendera terbesar dalam kategori bendera komunitas dengan ukuran 45x35 meter.  (Humas Prov kaltim/sul).

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016