Samarinda (ANTARA Kaltim) - Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur mendorong petani mengembangkan tanaman jeruk lokal, karena jenis buah yang satu ini masih menjadi favorit warga sebagai hidangan setelah makan.
"Jeruk lokal yang terus didorong pengembangannya hingga proses pasar adalah jeruk Borneo Prima. Jeruk ini merupakan tanaman khas Kalimantan sehingga harus dilestarikan dengan cara kita bantu pengembangannya," ujar Kabid Produksi Hortikultura Dinas Pertanian dan Tanaman Provinsi Kaltim Alimuddin di Samarinda, Senin.
Ia mengatakan pengembangan jeruk lokal ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Pertanian, sehingga jika dikembangkan dengan sungguh-sungguh bisa memberi keuntungan besar bagi petani.
Bantuan Kementan tersebut berupa pengembangan seluas 2.000 hektare. Dari kebun jeruk seluas itu, petani dapat menghasilkan uang mencapai Rp1,2 triliun sesuai perhitungan kasar, yakni keuntungan petani dari menjual seharga Rp15 ribu per kilogram dikali jumlah pohon yang ditanam.
Rinciannya, setiap 1 hektare ditanami 400 pohon, berarti untuk 2.000 hektare lahan yang dikembangkan terdapat sekitar 800.000 pohon, sementara produksi setiap pohonnya mencapai 100 kilogram.
Secara nasional, lanjutnya, tujuan pengembangan jeruk sebagai kawasan dengan berbagai macam jenis sesuai unggulan daerah, minimal untuk mengatasi derasnya arus impor aneka buah dari luar negeri.
Berdasarkan data yang ada, Indonesia sedang mengimpor jeruk dengan nilai sekitar Rp4 triliun dari total Rp8,9 triliun buah impor di Indonesia.
"Untuk itu, kebijakan Menteri Pertanian mengembangkan daerah yang potensial menjadi sentra agar bisa penuhi kebutuhan dalam negeri," ujarnya.
Sedangkan Provinsi Kaltim merupakan salah satu daerah yang ditunjuk sebagai kawasan pengembangan sentra jeruk, di antara 34 provinsi di Indonesia dengan luasan mencapai 2.000 hektare.
"Lokasi pengembangannya di Kaltim meliputi Kabupaten Berau seluas 350 hektare, Kutai Timur 300 hektare, Kutai Kartanegara seluas 500 hektare, dan selebihnya dikembangkan di Penajam Paser Utara serta Kabupaten Paser," kata Alimuddin.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Jeruk lokal yang terus didorong pengembangannya hingga proses pasar adalah jeruk Borneo Prima. Jeruk ini merupakan tanaman khas Kalimantan sehingga harus dilestarikan dengan cara kita bantu pengembangannya," ujar Kabid Produksi Hortikultura Dinas Pertanian dan Tanaman Provinsi Kaltim Alimuddin di Samarinda, Senin.
Ia mengatakan pengembangan jeruk lokal ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Pertanian, sehingga jika dikembangkan dengan sungguh-sungguh bisa memberi keuntungan besar bagi petani.
Bantuan Kementan tersebut berupa pengembangan seluas 2.000 hektare. Dari kebun jeruk seluas itu, petani dapat menghasilkan uang mencapai Rp1,2 triliun sesuai perhitungan kasar, yakni keuntungan petani dari menjual seharga Rp15 ribu per kilogram dikali jumlah pohon yang ditanam.
Rinciannya, setiap 1 hektare ditanami 400 pohon, berarti untuk 2.000 hektare lahan yang dikembangkan terdapat sekitar 800.000 pohon, sementara produksi setiap pohonnya mencapai 100 kilogram.
Secara nasional, lanjutnya, tujuan pengembangan jeruk sebagai kawasan dengan berbagai macam jenis sesuai unggulan daerah, minimal untuk mengatasi derasnya arus impor aneka buah dari luar negeri.
Berdasarkan data yang ada, Indonesia sedang mengimpor jeruk dengan nilai sekitar Rp4 triliun dari total Rp8,9 triliun buah impor di Indonesia.
"Untuk itu, kebijakan Menteri Pertanian mengembangkan daerah yang potensial menjadi sentra agar bisa penuhi kebutuhan dalam negeri," ujarnya.
Sedangkan Provinsi Kaltim merupakan salah satu daerah yang ditunjuk sebagai kawasan pengembangan sentra jeruk, di antara 34 provinsi di Indonesia dengan luasan mencapai 2.000 hektare.
"Lokasi pengembangannya di Kaltim meliputi Kabupaten Berau seluas 350 hektare, Kutai Timur 300 hektare, Kutai Kartanegara seluas 500 hektare, dan selebihnya dikembangkan di Penajam Paser Utara serta Kabupaten Paser," kata Alimuddin.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016