Samarinda, (ANTARA Kaltim) - Indra Azwan, ayah Rifki Andika (almarhum) yang menjadi korban tabrak lari di Malang, Jawa Timur, 23 tahun silam, hingga kini masih mencari keadilan dengan berjalan kaki keliling 34 provinsi di Indonesia.

        "Tahun 1993 lalu, anak saya Rifki Andika yang masih kelas 6 SD jalan kaki. Anak saya meninggal setelah tabrak lari oleh mobil," ujar Indra Azwan, saat mengunjungi Kantor Berita Antara Biro Kaltim di Samarinda, Selasa.

         Setelah diusut, ternyata yang mengendarai mobil itu adalah Kompol Joko Sumantri. "Seharusnya dia yang bertanggungjawab," katanya.

        Kasus tabrak lari itu, kata dia, kemudian disidik pada 2004 dan baru disidangkan pada 2006 di Pengadilan Militer Surabaya. Namun Kompol Joko Sumantri diputus bebas pada 2008 dengan alasan perkara tersebut telah kadaluwarsa.

        Ia mengaku sedih karena sebagai rakyat kecil tidak merasakan keadilan sehingga mulai tahun 2013 dia menempuh upaya hukum berupa peninjauan kembali (PK). Namun hingga kini pihaknya belum memperoleh informasi mengenai kejelasan upaya hukum yang ditempuhnya.

        Kondisi inilah yang kemudian mendasari Indra melakukan jalan kaki keliling dari provinsi satu ke provinsi lainnya di Indonesia. Perjalanannya dimulai dari Aceh, dilanjutkan ke Sumut, Riau, Kepulauan Riau, Sumbar, Jambi, Bengkulu.

        Kemudian berlanjut ke Sumsel, Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI, Jabar, DIY, Jateng, Jatim, Kalbar, Kalteng, Kalsel dan yang ke 20 ini adalah Provinsi Kaltim. Selanjutnya dia akan ke Provinsi Kalimantan Utara dan provinsi lain yang belum dikunjungi.

        Ia mengaku tiba di Samarinda, Kaltim, pada Senin, 13 Juni. Ia langsung menuju Sekretariat Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kaltim. Kehadirannya ke Walhi Kaltim berdasarkan arahan komunitas Arek Malang (Arema) di Samarinda.

        Setiap kali provinsi yang didatangi, dia hanya meminta tanda tangan dari gubernur setempat atau pejabat lain yang mewakili jika gubernur tidak ada di tempat.

        Ditanya apa hubungan keadilan kasus tabrak lari yang terjadi di Malang dengan tanda tangan gubernur di provinsi lain, dia mengaku hubungan keadilan secara langsung tidak ada, tetapi hubungan secara tidak langsung pasti ada karena ketidakadilan yang menimpa rakyat kecil kerap terjadi dimana-mana dan akan terus berlanjut jika dibiarkan.

        "Aksi jalan kaki ini saya lakukan untuk menggugah perhatian publik bahwa jika ketidakadilan menimpa pada rakyat kecil, jangan diam, tapi harus terus berjuang mencari keadilan. Saya akan terus berjalan sampai keadilan benar-benar ditegakkan. Saya tidak peduli meski saya harus mati dalam perjalanan saya," kata Indra. *

Pewarta: Muhammad Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016