Balikpapan (ANTARA Kaltim) -  Pertamina Wilayah Pemasaran VI mencatat sekitar 5,4 persen konsumen premium di sejumlah daerah di Kalimantan Timur beralih menggunakan produk baru bahan bakar minyak jenis pertalite yang diluncurkan sejak sepekan lalu di wilayah setempat.

"Sejak diluncurkan sepekan lalu, ada sekitar 5,4 persen konsumen premium yang beralih ke pertalite," kata Humas Pertamina Wilayah Pemasaran (Marketing Operation Region/MOR) VI Andar Titi Lestari saat dihubungi di Balikpapan, Rabu.

Menurut Lestari, dari rata-rata penjualan harian bahan bakar minyak (BBM) di Kalimantan yang mencapai 298,3 kiloliter per hari, lebih kurang 16 kiloliter disumbang dari penjualan pertalite.

"Karena baru sepekan, kami yakin masih akan terjadi banyak perubahan. Biasanya akan terlihat pola yang tetap setelah tiga bulan," tambahnya.

Pengamatan dari seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang menjual pertalite, menunjukkan sebagian besar konsumen pertalite sebelumnya adalah pengguna premium.

Di sisi lain, tingkat konsumsi pertamax, bahan bakar dengan oktan tinggi yang sudah terlebih dahulu ada, tetap berada di kisaran 22,6 kiloliter per hari.

Menurut General Manager MOR VI Fariz Aziz yang ditemui pada kesempatan terpisah, Pertamina memproduksi pertalite untuk mengikuti perkembangan teknologi kendaraan bermotor di Indonesia.

Mesin-mesin bensin (premium) produksi tahun 2005 ke atas sudah memerlukan bahan bakar dengan titik bakar (research octane number/RON) 90 ke atas, sehingga Pertamina untuk pertama kali mengeluarkan pertamax sebagai produk nonsubsidi dengan RON 92, juga ada pertamax plus dengan RON 94.

"Namun, awalnya karena perbedaan harganya yang cukup signifikan dari premium (RON 88), peminat pertamax tak terlalu banyak," tuturnya.

Saat ini saja, setelah subsidi dicabut pemerintah, harga premium yang Rp7.300 masih berselisih Rp3.200 dari pertamax yang Rp10.500 per liter dan berfluktuasi mengikuti harga minyak dunia. Apalagi saat sebelumnya premium hanya Rp6.800 per liter.

Baru setelah subsidi BBM dicabut dan harga premium naik menjadi Rp7.300 per liter, pertamax yang lebih efisien meski lebih mahal itu mulai dilirik.

Kemudian pertalite dengan RON 90 atau lebih rendah dari pertamax, dimunculkan sebagai pilihan alternatif BBM bagi konsumen.

"Kualitas oktannya lebih tinggi daripada premium, namun harganya bisa lebih murah daripada pertamax," ujar Lestari dengan menambahkan pertalite di Kalimantan dijual Rp8.500 per liter.

Pertamina MOR VI juga terus melakukan penambahan SPBU yang menjual pertalite untuk memudahkan masyarakat mendapatkan bahan bakar ini.

Di Balikpapan, dalam sepekan ini bertambah tiga SPBU lagi yang menjual pertalite, yaitu SPBU MT Harjono, SPBU Sungai Ampal, dan SPBU Teritip, menambah 11 SPBU dan satu agen premium dan minyak solar (APMS) yang sudah berjualan sejak awal September lalu.(*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015