Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Arini langsung menghayal naik kereta api ketika menyaksikan liputan di televisi yang menayangkan layanan kereta api bisnis jurusan Bandung, Surabaya, Malang, Jogja, Semarang, Cirebon.

Gadis berusia mendekati 21 tahun ini ingin melihat langsung bentuk kereta api dari jarak dekat dan menumpanginya.

Di Samarinda, kota tempat Arini tinggal, bahkan di seluruh Kalimantan, tidak ada jaringan kereta api. Arini mengenal kereta api hanya melalui siaran televisi dan browsing di internet. Dari dunia maya, dia memperhatikan detail gambaran bentuk hingga kursi "ular besi" itu.

Arini tidak cukup berani untuk pergi ke Jawa, sekadar untuk memenuhi keinginannya itu. Ia memang keturunan Jawa, tetapi sebagaimana bapak dan ibunya, Arini pun lahir di Samarinda, sehingga dia tidak mengenal keluarga yang ada di Jawa.

Kini, impian Arini merasakan naik kereta api di Kalimantan bisa jadi akan terwujud, karena pemerintah sudah merencanakan pembangunan kereta api untuk jalan trans Kalimantan, yakni mulai Kalimantan Timur (Kaltim), Kalimantan Tengah (Kalteng), Kalimantan Selatan (Kalsel), dan Kalimantan Barat (Kalbar).

Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengatakan pembangun rel kereta api untuk angkutan penumpang di Kaltim tersebut merupakan renacana dari pemerintah pada kepemipinan Presiden Joko Widodo.

Bahkan, pembangunan rel kereta api penumpang ini tidak akan mengganggu proses pembangunan rel kereta api angkutan batu bara dan SDA Kaltim yang dilakukan oleh investor dari Uni Emirat Arab (UEA) Ras Al Khaimah dan perusahaan patungan Rusia-Indonesia dengan nama PT Kereta Api Borneo (KAB).

Pembangunan tersebut bertujuan memudahkan akses transportasi masyarakat antardaerah di Kalimantan yang menghubungkan seluruh wilayah di Kalimantan.

Sedangkan sesuai perencanaan, pembangunan rel untuk wilayah Kaltim akan dimulai dari Kecamatan Tanjung Harapan, Kabupaten Paser, berlanjut ke Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kota Balikpapan, Samarinda hingga ke Maloy, Kabupaten Kutai Timur.

Dari Kota Samarinda juga akan menghubungkan ke Kabupaten Kutai Kartanegara, kemudian dilanjutkan hingga ke Kabupaten Kutai Barat.

Pembangunan ini berbeda dengan yang kini dilakukan dua investor rel kereta api dari UEA dan Rusia, karena pembangunan oleh dua investor tersebut untuk tujuan mengangkut batu bara, sedangkan program pemerintah adalah untuk angkutan penumpang.

"Sebelumnya Kaltim sangat sulit mendapat perhatian pemerintah pusat dengan alasan tidak layak secara ekonomi, tetapi saat ini pemerintah berencana membangun rel kereta api di Kaltim. Atas nama rakyat Kaltim saya berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo," kata gubernur.

Menurut dia, apa yang diberikan pemerintah pusat adalah bagian dari perjuangan yang telah dilakukan selama ini, sehingga dia mengaku bangga karena sebelum tuntutan tersebut disampaikan, pemerintah pusat telah lebih dulu berencana membangun di daerah.

Rasa syukurnya kian bertambah karena rencana pembangunan ini sepenuhnya menggunakan biaya dari APBN, yakni mulai pembebasan lahan hingga pembangunannya semua dilakukan oleh pemerintah pusat.



Dimulai 2016

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kaltim Zairin Zain mengatakan, pembangunan rel kereta api khusus penumpang untuk menghubungkan seluruh kawasan di Kalimantan tersebut ditargetkan dapat dimulai pada 2016 karena saat ini proses perencanaannya sedang dalam tahap penyelesaian.

"Pembangunan rel kereta api penumpang ini akan menghubungkan Kaltim, Kalteng, Kalsel, dan Kalbar. Ini merupakan program Pemerintah Pusat yang saya nilai sangat bagus agar transportasi di Kalimantan lebih baik dan lebih murah," ujar Zairin.

Pembangunan rel KA penumpang bertujuan untuk memudahkan akses transportasi masyarakat antardaerah di Kalimantan, sehingga biaya transportasi masyarakat dapat ditekan.

Keberadaan rel KA ini akan menjawab keluhan masyarakat yang selama ini masih kesulitan mendapatkan transportasi untuk wilayah pedalaman.

Menurut Zairin, Pemprov Kaltim sangat mendukung pembangunan rel KA yang menghubungkan seluruh wilayah Kalimantan itu, apalagi semua biaya akan ditanggung pemerintah pusat mulai dari perencanaan, pembebasan lahan, hingga pembangunan fisik.

"Pemprov Kaltim pasti mendukung. Komitmen dukungan ini dibuktikan dengan telah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara gubernur se-Kalimantan dengan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, saat rapat terbatas beberapa waktu lalu," katanya.

Menurutnya, rencana tersebut merupakan program Presiden Jokowi melalui Kementerian Perhubungan, yakni pembangunan KA untuk Pulau Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Sumatera, terutama dalam upaya menepati janji Presiden terkait prioritas percepatan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.



Kalteng Siap

Sedangkan untuk wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng), Gubernur Agustin Teras Narang menyatakan pembangunan rel kereta api umum di Kalteng dilakukan mulai dari Puruk Cahu hingga Batanjung melalui Bangkuang sepanjang 425 kilometer (km).

Seluruh tahapan maupun penandatangan perjanjian pembangunan rel KA tersebut telah dilaksanakan dan sesuai peraturan yang berlaku. Pembebasan lahan yang akan menjadi jalur pembangun rel KA juga sudah hampir rampung sehingga sudah bisa dimulai pembangunannya.

Untuk perjanjian pembangunan rel KA sepanjang 425 km itu di antaranya merancang, mengoperasikan, dan memelihara infrastruktur jalur kereta api umum oleh PT Perkeretaapian Tambun Bungai.

Perkiraan nilai investasi proyek itu sebesar 5,476 miliar dolar AS atau sekitar Rp60 triliun. Bentuk kerja sama bangunan milik guna serah dengan masa kontruksi empat tahun dan masa operasi 50 tahun.

"Pengangkutan komoditas pihak ketiga menggunakan skema rezim pengangkutan. Jadi, setelah 50 tahun, maka rel KA tersebut diberikan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah," katanya.

Selain pembangunan rel KA sepanjang 425 tersebut, pemerintah pusat juga berencana membangun rel KA untuk enam jalur baru, yakni dari Kudangan menuju Nanga Bulik hingga Kumai, dari Puruk Cahu, Kuala Kurun, Rabambang, Samba, Sampit, Kuala Pembuang hingga Teluk Sigintung.

Kemudian dari Tumbang Samba, Rantau Pulut hingga Nanga Bulik, dari Kuala Kurun, Rabambang, Palangka Raya, Pulang Pisau, Batanjung hingga Kapuas, dari Puruk Cahu, Bangkuang/Mangkatip hingga Batanjung, dan dari Banjarmasin hingga Palangka Raya.

"Ini yang menjadi mimpi saya sebelum dan setelah menjadi gubernur. Jika semua rencana itu jadi kenyataan, saya yakin pertumbuhan ekonomi Kalteng akan semakin tinggi dibandingkan sekarang," ujar Teras Narang.



KA Batu Bara

Selain rencana pembangunan rel KA penumpang, di Kaltim saat ini juga sedang dilakukan pembebasan lahan untuk pembangunan rel KA khusus angkutan batu bara, sehingga pada kisaran 2019-2020 mendatang, di Kaltim aka nada dua jenis KA yang akan beroperasi.

Jalur rel KA batu bara ini akan mengular dari Kabupaten Kutai Barat melintas ke Balikpapan melalui Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara sepanjang 203 kilometer. Guna memuluskan jalur ini, Pemprov Kaltim memberikan kemudahan dalam proses perizinan.

Menurut M Yadi Sabianoor, Head of Regional Corporate Affair PT Kereta Api Borneo perwakilan Russian Railways untuk Kaltim, pembangunan rel KA batu bara berikut infrastruktur pendukung di Kaltim oleh Russian Railways diperkirakan membutuhkan biaya senilai Rp24 triliun.

"Estimasinya memang akan membutuhkan dana sebanyak Rp24 triliun, tetapi penandatanganan MoU yang dilakukan pada 2012 lalu, pihak Rusia baru sepakat berinvestasi senilai 2,1 miliar dolar Amerika atau setara dengan Rp21 triliun," ujarnya.

Dari investasi kesepakatan yang senilai Rp21 triliun, untuk tahap awal investor dari Rusia tersebut menanamkan modalnya senilai 1,7 miliar dolar atau setara dengan Rp17 triliun.

Perkiraan investasi dari Rusia yang sebesar Rp24 triliun itu diyakini akan bisa berubah atau menurun lantaran akan banyak pihak yang terus berinvestasi guna menambah modal untuk merealisasikan pembangunan rel kereta api.

Perkiraan kebutuhan biaya yang mencapai Rp24 triliun itu bukan hanya untuk pembangunan rel kereta api, tetapi juga untuk pembangunan pelabuhan batu bara dan kelapa sawit, serta untuk pembangunan pembangkit listrik.

Dalam pembangunan rel kereta api tersebut rencananya melibatkan investor dari tiga negara, yakni Rusia sebagai investor melalui PT Kereta Api Borneo, kemudian kontraktor pekerjaan fisik untuk lintasan dari Korea Selatan.

Selanjutnya untuk penyelesaian analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) dan pembangunan perlengkapan atau sinyal komunikasi dikerjakan oleh kontraktor dari Australia.

Jika ke depan di Kaltim telah ada dua KA, maka impian Arini untuk naik KA bisa terwujud. Namun demikian, pemerintah harus memikirkan dampak lain yang akan timbul, termasuk antisipasi membuat jalur yang berbeda dengan jalan darat.

Hal ini dimaksudkan agar keberadaan KA penumpang tidak membunuh angkutan darat, tetapi keberadaan KA justru bersinergi dengan angkutan roda empat, angkutan sungai, dan moda angkutan lain.(*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015