Sangatta (ANTARA Kaltim) - Ketua Umum Kerukunan Bubuhan Banjar Kutai Timur, Kalimantan Timur, H Norliannor mendapat titipan benda pusaka berupa keris dari Kesultanan Banjar Martapura, Kalimantan Selatan.
Keris pusaka itu diserahkan Mangkubumi dari Kesultanan Banjar Pangeran Ahmad Nooryakin saat acara pelantikan di Jalan Syekh Maulana, Sangatta, Kutai Timur, Minggu.
Noorlianoor yang akrab dengan panggilan Haji Ijing itu, menerima keris bernama "Junjung Drajat" dengan senyum bahagia. Ia pun menghunuskan dan diacungkan keris menghadap ke atas dengan disambut temu tangan hadirin.
Usai acara pelantikan, Mangkubumi dari Kesultanan Banjar Pangeran Ahmad Nooryakin mengatakan keris yang diberikan kepada ketua KBB Kutim itu adalah pusaka peninggalan sekitar akhir abad ke-16 atau awal abad ke 17, yang sebelumnya dimiliki Kesultanan Mataram Baru.
"Tujuan dan makna dari pemberian keris adalah sebagai bentuk tali silaturahmi dan pemersatu warga Banjar dengan masyarakat lainnya di Kutim," kata Pangeran Ahmad Nooryakin.
Menurut ia, tidak semua warga atau tokoh masyarakat, tokoh agama, maupun ketua Kerukunan Banjar yang boleh memiliki keris kesultanan tersebut.
Bahkan, di Kaltim hanya ada empat orang yang mendapat keris pusaka, termasuk Haji Ijing. Tiga tokoh lainnya adalah Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari dan Pj Gubernur Kaltara Irianto Lambrie.
Ketiga tokoh itu diberi gelar Datuk Mangkunegeri, yang berarti orang yang berdedikasi untuk membangun daerah dan menyejahterakan rakyatnya.
"Sedangkan H Ijing diberi gelar Datuk Saradipa. Beliau dinilai berjasa terhadap kesultanan dalam mempersatukan warga dan melestarikan kesenian Banjar di Kutai Timur," tambahnya.
Pangeran Ahmad Nooryakin menambahkan pemberian benda pusaka itu sebetulnya untuk selamanya, namun dapat ditarik kembali oleh pihak kesultanan jika yang bersangkutan tidak dapat menjalankan amanah.
Pada kesempatan itu, Ahmad Nooryakin juga menyampaikan beberapa pesan dari Sultan H Khairul Saleh Al-Mu`tasim Billah kepada ketua, pengurus dan seluruh Keluarga Bubuhan Banjar di Kutai Timur.
Sultan berpesan agar warga Banjar di mana saja berada harus dan wajib menjaga stabilitas keamanan di wilayahnya.
"Dimanapun orang Banjar berada harus bermanfaat buat orang lain. Harus bisa bersinergi dengan orang di lingkungan sekitar kita sesuai adat istiadat, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung," ujarnya.
Sementara itu, Haji Ijing mengaku bahagia dan terharu atas pemberian keris pusaka langsung dari Sultan H Khairul Saleh Al-Mu`tasim Billah.
"Insya-Allah amanat dan kepercayaan serta pesan yang diberikan ini, akan saya jaga dan laksanakan dengan sebaik-baiknya. Saya juga akan menjaga silaturahmi dan melestarikan kesenian tradisional Banjar, " kata Haji Ijing yang didampingi Ketua Bidang Humas KBB Kutim Kutim M Fahri.
Pelantikan berlangsung meriah dan dikemas dalam acara Aruh Ganal (pesta besar) yang dihadiri Ketua Umum KBB Kaltim-Kaltara Irianto Lambrie.
Pada kesempatan itu, Kesultanan Banjar menyerahkan cinderamata berupa buku berjudul "Perang Banjar Barito: 1859-1906" dan "Perang Fi Sabilillah di Kalimantan, Menguak Peran Sultan Hidayatullah" kepada Irianto Lambrie dan Wabup Kutim Ardiansyah Sulaiman.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
Keris pusaka itu diserahkan Mangkubumi dari Kesultanan Banjar Pangeran Ahmad Nooryakin saat acara pelantikan di Jalan Syekh Maulana, Sangatta, Kutai Timur, Minggu.
Noorlianoor yang akrab dengan panggilan Haji Ijing itu, menerima keris bernama "Junjung Drajat" dengan senyum bahagia. Ia pun menghunuskan dan diacungkan keris menghadap ke atas dengan disambut temu tangan hadirin.
Usai acara pelantikan, Mangkubumi dari Kesultanan Banjar Pangeran Ahmad Nooryakin mengatakan keris yang diberikan kepada ketua KBB Kutim itu adalah pusaka peninggalan sekitar akhir abad ke-16 atau awal abad ke 17, yang sebelumnya dimiliki Kesultanan Mataram Baru.
"Tujuan dan makna dari pemberian keris adalah sebagai bentuk tali silaturahmi dan pemersatu warga Banjar dengan masyarakat lainnya di Kutim," kata Pangeran Ahmad Nooryakin.
Menurut ia, tidak semua warga atau tokoh masyarakat, tokoh agama, maupun ketua Kerukunan Banjar yang boleh memiliki keris kesultanan tersebut.
Bahkan, di Kaltim hanya ada empat orang yang mendapat keris pusaka, termasuk Haji Ijing. Tiga tokoh lainnya adalah Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari dan Pj Gubernur Kaltara Irianto Lambrie.
Ketiga tokoh itu diberi gelar Datuk Mangkunegeri, yang berarti orang yang berdedikasi untuk membangun daerah dan menyejahterakan rakyatnya.
"Sedangkan H Ijing diberi gelar Datuk Saradipa. Beliau dinilai berjasa terhadap kesultanan dalam mempersatukan warga dan melestarikan kesenian Banjar di Kutai Timur," tambahnya.
Pangeran Ahmad Nooryakin menambahkan pemberian benda pusaka itu sebetulnya untuk selamanya, namun dapat ditarik kembali oleh pihak kesultanan jika yang bersangkutan tidak dapat menjalankan amanah.
Pada kesempatan itu, Ahmad Nooryakin juga menyampaikan beberapa pesan dari Sultan H Khairul Saleh Al-Mu`tasim Billah kepada ketua, pengurus dan seluruh Keluarga Bubuhan Banjar di Kutai Timur.
Sultan berpesan agar warga Banjar di mana saja berada harus dan wajib menjaga stabilitas keamanan di wilayahnya.
"Dimanapun orang Banjar berada harus bermanfaat buat orang lain. Harus bisa bersinergi dengan orang di lingkungan sekitar kita sesuai adat istiadat, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung," ujarnya.
Sementara itu, Haji Ijing mengaku bahagia dan terharu atas pemberian keris pusaka langsung dari Sultan H Khairul Saleh Al-Mu`tasim Billah.
"Insya-Allah amanat dan kepercayaan serta pesan yang diberikan ini, akan saya jaga dan laksanakan dengan sebaik-baiknya. Saya juga akan menjaga silaturahmi dan melestarikan kesenian tradisional Banjar, " kata Haji Ijing yang didampingi Ketua Bidang Humas KBB Kutim Kutim M Fahri.
Pelantikan berlangsung meriah dan dikemas dalam acara Aruh Ganal (pesta besar) yang dihadiri Ketua Umum KBB Kaltim-Kaltara Irianto Lambrie.
Pada kesempatan itu, Kesultanan Banjar menyerahkan cinderamata berupa buku berjudul "Perang Banjar Barito: 1859-1906" dan "Perang Fi Sabilillah di Kalimantan, Menguak Peran Sultan Hidayatullah" kepada Irianto Lambrie dan Wabup Kutim Ardiansyah Sulaiman.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015