Pemkot Balikpapan dan Mandalika Grand Prik Association (MGPA) melakukan kajian pembangunan sirkuit balap bertaraf Internasional sebagaimana sirkuit di Provinsi Nusa Tenggara Barat itu.
"Kami memanggil mereka untuk membuat sirkuit. Tapi, itu harus dikaji lebih dahulu seperti kontur tanah, desain, dan pembiayaannya yang jelas. Kami ingin buat sirkuit bertaraf internasional," kata Wali Kota Balikpapan Balikpapan seusai berdiskusi dengan Direktur Utama MGPA di balai kota Balikpapan, Kamis (11/7).
Balikpapan sebagai kota Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition (MICE), menurutnya, lebih berpotensi mengembangkan industri olahraga kelas dunia karena menjadi beranda Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Sampai saat ini, kami sudah memiliki Stadion Batakan, juga ada convention center, serta arena pacuan kuda, tapi untuk sirkuit balap belum ada," ungkapnya.
Bila hasil kajian itu terlaksana, Rahmad mengatakan sirkuit Internasional itu akan dibangun di kawasan Lamaru, Kecamatan Balikpapan Timur.
Dana pembangunan sirkuit internasional itu, menurutnya, direncanakan dari Anggaran Pendapatan Bencana Daerah (APBD) Kota Balikpapan. Tapi, terdapat pula pilihan untuk mengundang pihak ketiga sebagai investor pembangunan.
"Hal paling penting, Pemkot Balikpapan mengakomodir anak-anak muda menyalurkan bakatnya," tuturnya.
Baca juga: Pembalap dunia jadwalkan jumpa penggemar MotoGP di Canggu Bali
Asisten Tata Pemerintahan Kota Balikpapan Zulkifli menambahkan untuk pembangunan sirkuit Internasional di Kota Minyak, selain dari anggaran pemerintah daerah, juga bisa masuk sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
"Kami masih belum punya kepastian anggaran total pembangunan sirkuit itu. Tapi informasi dari Tim MGPA, jalanan sirkuit dapat diaspal secara berulang," ujarnya.
Zulkifli mengatakan Pemkot Balikpapan menyiapkan lahan 68-70 hektar. Lahan itu di klaim lebih besar dari sirkuit Sentul yang hanya 20 hektar.
"Di Mandalika itu lahan yang digunakan 100 hektar. Artinya, kami harus menambah 30 hektar untuk seperti di sana. Tapi, 50 hektar saja tidak masalah nanti direkayasa lagi desainnya," ujarnya.
Zulkifli optimistis sirkuit di Balikpapan bisa lebih menarik peminat dibandingkan Sirkuit Mandalika.
"Mandalika tidak punya pelabuhan langsung atau pun penerbangan langsung. Penonton harus transit di Surabaya dulu," kata Zulkifli tentang potensi Balikpapan sebagai pintu utama IKN.
Sementara, Direktur Utama MGPA Priandhi Satria mengatakan pembangunan sirkuit seperti Mandalika harus memiliki tujuan.
Baca juga: Satlantas Balikpapan belum temukan bukti perjudian di balap liar
"Tujuannya harus ditentukan untuk apa. Kalau sirkuit daerah, kapasitas bisa untuk motor 150 cc, tapi tidak untuk motor 1.000 cc, misalnya," kata Priandhi.
Priandhi mengingatkan sirkuit tidak bisa menjadi fokus utama. Jika merujuk Mandalika, sirkuit itu dirancang oleh pemerintah pusat sebagai fasilitas yang melengkapi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan luas total 1.400 hektar.
KEK Mandalika, menurutnya, dikembangkan dan dikelola secara terintegrasi oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). ITDC juga mengembangkan dan mengelola The Nusa Dua, dan The Golo Mori.
"Dari total 1.400 hektar KEK Mandalika atau The Mandalika itu, 100 hektar di antaranya menjadi lokasi sirkuit," ujar Priandhi.
Priandhi menuturkan pengelola wajib menggelar agenda yang bisa mendatangkan minat masyarakat ketika sirkuit sudah terbangun. Agenda yang dapat disusun antara lain balap motor roda dua, roda empat, track D, bahkan taxi ride event sebagaimana pemanfaatan wahana-wahana di Ancol, Jakarta Utara.
"Pengelola wajib menciptakan experience baru bagi masyarakat, seperti bagaimana mengemudi kendaraan di sebuah sirkuit. Pengalaman baru itu akan menarik minat masyarakat untuk datang," katanya.
Dari kegiatan-kegiatan yang digelar tersebut, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar sirkuit, sebagaimana di Mandalika.
"Kehadiran sirkuit itu akan menggerakkan bisnis perhotelan swasta, penginapan milik masyarakat, restoran berbagai kelas, warung makan, hingga supply chain bahan bakunya," kata Priandhi.
Baca juga: Warga nekat hentikan pengendara kebut-kebutan di Balikpapan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024
"Kami memanggil mereka untuk membuat sirkuit. Tapi, itu harus dikaji lebih dahulu seperti kontur tanah, desain, dan pembiayaannya yang jelas. Kami ingin buat sirkuit bertaraf internasional," kata Wali Kota Balikpapan Balikpapan seusai berdiskusi dengan Direktur Utama MGPA di balai kota Balikpapan, Kamis (11/7).
Balikpapan sebagai kota Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition (MICE), menurutnya, lebih berpotensi mengembangkan industri olahraga kelas dunia karena menjadi beranda Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Sampai saat ini, kami sudah memiliki Stadion Batakan, juga ada convention center, serta arena pacuan kuda, tapi untuk sirkuit balap belum ada," ungkapnya.
Bila hasil kajian itu terlaksana, Rahmad mengatakan sirkuit Internasional itu akan dibangun di kawasan Lamaru, Kecamatan Balikpapan Timur.
Dana pembangunan sirkuit internasional itu, menurutnya, direncanakan dari Anggaran Pendapatan Bencana Daerah (APBD) Kota Balikpapan. Tapi, terdapat pula pilihan untuk mengundang pihak ketiga sebagai investor pembangunan.
"Hal paling penting, Pemkot Balikpapan mengakomodir anak-anak muda menyalurkan bakatnya," tuturnya.
Baca juga: Pembalap dunia jadwalkan jumpa penggemar MotoGP di Canggu Bali
Asisten Tata Pemerintahan Kota Balikpapan Zulkifli menambahkan untuk pembangunan sirkuit Internasional di Kota Minyak, selain dari anggaran pemerintah daerah, juga bisa masuk sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
"Kami masih belum punya kepastian anggaran total pembangunan sirkuit itu. Tapi informasi dari Tim MGPA, jalanan sirkuit dapat diaspal secara berulang," ujarnya.
Zulkifli mengatakan Pemkot Balikpapan menyiapkan lahan 68-70 hektar. Lahan itu di klaim lebih besar dari sirkuit Sentul yang hanya 20 hektar.
"Di Mandalika itu lahan yang digunakan 100 hektar. Artinya, kami harus menambah 30 hektar untuk seperti di sana. Tapi, 50 hektar saja tidak masalah nanti direkayasa lagi desainnya," ujarnya.
Zulkifli optimistis sirkuit di Balikpapan bisa lebih menarik peminat dibandingkan Sirkuit Mandalika.
"Mandalika tidak punya pelabuhan langsung atau pun penerbangan langsung. Penonton harus transit di Surabaya dulu," kata Zulkifli tentang potensi Balikpapan sebagai pintu utama IKN.
Sementara, Direktur Utama MGPA Priandhi Satria mengatakan pembangunan sirkuit seperti Mandalika harus memiliki tujuan.
Baca juga: Satlantas Balikpapan belum temukan bukti perjudian di balap liar
"Tujuannya harus ditentukan untuk apa. Kalau sirkuit daerah, kapasitas bisa untuk motor 150 cc, tapi tidak untuk motor 1.000 cc, misalnya," kata Priandhi.
Priandhi mengingatkan sirkuit tidak bisa menjadi fokus utama. Jika merujuk Mandalika, sirkuit itu dirancang oleh pemerintah pusat sebagai fasilitas yang melengkapi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan luas total 1.400 hektar.
KEK Mandalika, menurutnya, dikembangkan dan dikelola secara terintegrasi oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). ITDC juga mengembangkan dan mengelola The Nusa Dua, dan The Golo Mori.
"Dari total 1.400 hektar KEK Mandalika atau The Mandalika itu, 100 hektar di antaranya menjadi lokasi sirkuit," ujar Priandhi.
Priandhi menuturkan pengelola wajib menggelar agenda yang bisa mendatangkan minat masyarakat ketika sirkuit sudah terbangun. Agenda yang dapat disusun antara lain balap motor roda dua, roda empat, track D, bahkan taxi ride event sebagaimana pemanfaatan wahana-wahana di Ancol, Jakarta Utara.
"Pengelola wajib menciptakan experience baru bagi masyarakat, seperti bagaimana mengemudi kendaraan di sebuah sirkuit. Pengalaman baru itu akan menarik minat masyarakat untuk datang," katanya.
Dari kegiatan-kegiatan yang digelar tersebut, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar sirkuit, sebagaimana di Mandalika.
"Kehadiran sirkuit itu akan menggerakkan bisnis perhotelan swasta, penginapan milik masyarakat, restoran berbagai kelas, warung makan, hingga supply chain bahan bakunya," kata Priandhi.
Baca juga: Warga nekat hentikan pengendara kebut-kebutan di Balikpapan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024