Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur dr Jaya Mualimin membagi pengalaman digigit nyamuk Wolbachia saat menjadi relawan di laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
"Saya diberikan kesempatan untuk menjadi donor langsung digigit nyamuk. Rasa seperti kena kejut mikrolistrik," kata Jaya Mualimin dalam keterangan di Samarinda, Senin.
Ia mengatakan, sebelum merasakan gigitan nyamuk, dia yang hadir bersama tim Dinkes Kaltim diberikan kesempatan untuk melihat langsung proses pengembang biakan nyamuk sebagai pengendali penyakit demam berdarah tersebut.
" Siklus pengembangan nyamuk dimulai dengan telur kemudian menjadi jentik lalu puva dan kemudian menjadi nyamuk dewasa," jelasnya.
Setelah menjadi nyamuk dewasa perlu 2-3 siklus bertelur dan salah satu sumber makanan nyamuk dewasa adalah darah ( yang paling baik) dari donor manusia.
Jaya mengatakan ada beberapa sukarelawan yang masih terlihat menjulurkan kedua tangannya agar nyamuk menggigit karena sudah terbiasa, ada yang sudah 7 tahun ada yang pemula dan ada yang 3 tahun.
"Saya akhirnya memberanikan diri untuk merasakan gigitan nyamuk yang banyak. Ternyata terasa ada gigitan yang kecil terasa seperti kena kejut mikrolistrik," jelasnya.
Luar biasa, pikiran saya 10 tahun ke depan saya bayangkan Wolbachia akan menjadi salah satu pengendalian vektor untuk menjaga Aedes Aegypti bisa berdampingan dengan kita.
Diketahui Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) telah melakukan penelitian inovasi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di Indonesia melalui pendekatan berjangka panjang dalam kurun 2011--2023.
Wolbachia merupakan upaya alamiah pembiakan nyamuk yang resisten terhadap perkembangan virus dari nyamuk Aides Aegypti.
Dengan adanya nyamuk ber-Wolbachia diharapkan akan mampu menekan virus demam berdarah dengue seperti yang sudah dilaporkan di Dusun Kronggahan II Desa Trihargo Gamping Sleman selaku wilayah ujicoba Wolbachia.
Penelitian Wolbachia yang dilakukan oleh Pusat Kedokteran UGM membuktikan penurunan 77,1 persen kasus dengue dan penurunan 86,2 persen rawat inap di Yogyakarta.
Atas dasar penelitian ilmiah dan hasil yang menjanjikan itu, Kementerian Kesehatan kemudian menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue melalui Wolbachia.
Proyek percontohan tersebut sebagai salah satu inovasi strategi pengendalian yang telah masuk dalam strategi nasional (stranas) sebagai inovasi penanggulangan dengue yang dilaksanakan di lima kota yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024
"Saya diberikan kesempatan untuk menjadi donor langsung digigit nyamuk. Rasa seperti kena kejut mikrolistrik," kata Jaya Mualimin dalam keterangan di Samarinda, Senin.
Ia mengatakan, sebelum merasakan gigitan nyamuk, dia yang hadir bersama tim Dinkes Kaltim diberikan kesempatan untuk melihat langsung proses pengembang biakan nyamuk sebagai pengendali penyakit demam berdarah tersebut.
" Siklus pengembangan nyamuk dimulai dengan telur kemudian menjadi jentik lalu puva dan kemudian menjadi nyamuk dewasa," jelasnya.
Setelah menjadi nyamuk dewasa perlu 2-3 siklus bertelur dan salah satu sumber makanan nyamuk dewasa adalah darah ( yang paling baik) dari donor manusia.
Jaya mengatakan ada beberapa sukarelawan yang masih terlihat menjulurkan kedua tangannya agar nyamuk menggigit karena sudah terbiasa, ada yang sudah 7 tahun ada yang pemula dan ada yang 3 tahun.
"Saya akhirnya memberanikan diri untuk merasakan gigitan nyamuk yang banyak. Ternyata terasa ada gigitan yang kecil terasa seperti kena kejut mikrolistrik," jelasnya.
Luar biasa, pikiran saya 10 tahun ke depan saya bayangkan Wolbachia akan menjadi salah satu pengendalian vektor untuk menjaga Aedes Aegypti bisa berdampingan dengan kita.
Diketahui Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) telah melakukan penelitian inovasi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di Indonesia melalui pendekatan berjangka panjang dalam kurun 2011--2023.
Wolbachia merupakan upaya alamiah pembiakan nyamuk yang resisten terhadap perkembangan virus dari nyamuk Aides Aegypti.
Dengan adanya nyamuk ber-Wolbachia diharapkan akan mampu menekan virus demam berdarah dengue seperti yang sudah dilaporkan di Dusun Kronggahan II Desa Trihargo Gamping Sleman selaku wilayah ujicoba Wolbachia.
Penelitian Wolbachia yang dilakukan oleh Pusat Kedokteran UGM membuktikan penurunan 77,1 persen kasus dengue dan penurunan 86,2 persen rawat inap di Yogyakarta.
Atas dasar penelitian ilmiah dan hasil yang menjanjikan itu, Kementerian Kesehatan kemudian menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue melalui Wolbachia.
Proyek percontohan tersebut sebagai salah satu inovasi strategi pengendalian yang telah masuk dalam strategi nasional (stranas) sebagai inovasi penanggulangan dengue yang dilaksanakan di lima kota yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024