Balikpapan (ANTARA Kaltim) -  Kerusakan ekosistem Teluk Balikpapan disebabkan perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)di Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Keadaan itu mulai massif sejak DPRD Kota Balikpapan mengesahkan perubahan RTRW pada 2012," kata Stanislav Lhota, doktor peneliti dari Czech University of Life Sciences di Praha, Republik Ceko di Balikpapan, Senin.

Lhota telah meneliti kehidupan hewan, terutama bekantan (Nasalis larvatus) di Teluk Balikpapan tidak kurang dari sepuluh tahun.

Menurut Lhota, RTRW baru Balikpapan melihat Teluk Balikpapan sebagai ruang untuk kawasan industri tanpa memikirkan bahwa di kawasan itu ada keberadaan makhluk lain, baik flora maupun fauna yang memiliki tata cara hidup sendiri yang sejatinya juga punya hak untuk hidup.

Dengan tata air yang mengalir hanya berputar-putar saja di dalam teluk, misalnya, kawasan Teluk Balikpapan sebenarnya tidak cocok untuk pembangunan industri, tegas Lhota.

Sedikit hutan yang dipertahankan dalam RTRW 2013-2032 bahkan kini tetap dibuka dan dirusak. Laporan di media massa menyebutkan sudah terjadi dua kali dalam kurun waktu satu tahun di daerah aliran sungai (DAS) Sungai Puda.

Pada 2013, misalnya PT Pelindo (Pelabuhaan Indonesia) merusak beberapa hektar hutan mangrove di Sungai Puda untuk memperluas areal gudang. Pada Maret lalu sebuah pelabuhan baru dibangun di antara Pelabuhan Peti Kemas Kariangau milik Pelindo dengan Muara Solok Puda.

Saat ini juga di DAS Berenga Kanan baru ada rintisan lahan yang cukup luas. Terdapat 2 buah pondok yang baru dibangun di atas bukit dan ada 2 buah plang papan nama PT Tunas Catur Lestari.

Wilayah yang dikuasai oleh PT Tunas Catur Lestari tersebut termasuk mangrove di Sungai Tengah yang sangat luas. Meskipun demikian belum terlihat dan diketahui apa rencana PT Tunas Catur Lestari di lokasinya tersebut.

"Hal ini telah kami laporkan kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Balikpapan," ujar tutur Lhota.

Sebuah perusahaan pengolahan minyak sawit mentah, PT. Dermaga Kencana Indonesia (DKI) berlokasi di muara Sungai Tempadung, juga mencemari Teluk Balikpapan dengan limbah batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik kebutuhan pabrik.

Stock pile batu bara milik PT Dermaga Kencana Indonesia sangat dekat dengan laut dan terumbu karang Batu Kapal yang sangat sensitif terhadap polusi.

Terumbu karang Batu Kapal sudah sangat kritis dan rusak parah, kata Lhota.

Lokasi di sekitar PT Dermaga Kencana Indonesia juga adalah pusat penyebaran pesut dan duyung serta salah satu tempat utama pencarian ikan oleh para nelayan.

Stock pile batu bara oleh PT Dermaga Kencana Indonesia menjadi ancaman yang sangat serius terhadap kawasan tersebut.

Baik pesut maupun duyung adalah hewan dilindungi yang keberadaannya terus menyusut di alam. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014