Nunukan (ANTARA Kaltim) - Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur meminta pos pelayanan terpadu (posyandu) di wilayahnya dapat pro aktif untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan, dr Andi Akhmad, di Nunukan, Selasa, menjelaskan selama ini masih banyak posyandu yang kurang memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga dampaknya tingginya gizi buruk di wilayah itu.
Menurut dia, penderita gizi buruk di Kabupaten Nunukan mencapai 15 persen lebih dari jumlah balita di wilayah itu atau berada di posisi kedua di Provinsi Kalimantan Timur setelah Kabupaten Bulungan.
"Masih tingginya penderita gizi buruk di Nunukan menandakan masih rendahnya pelayanan dan metode penyuluhan kepada masyarakat yang diberikan oleh petugas posyandu," ujar Andi Akhmad.
Ia mengatakan masalah gizi buruk sebenarnya dialami balita itu sejak masih dalam kandungan ibunya, sehingga diharapkan ibu-ibu hamil (bumil) agar banyak mengonsumsi makanan bergizi termasuk sayur-sayuran hijau.
Andi Akhmad juga menyatakan, masih tingginya penderita gizi buruk di wilayahnya karena lemahnya ketahanan pangan dan daya beli masyarakat.
"Dinkes hanya penerima dampaknya saja, padahal sebenarnya banyaknya gizi buruk karena lemahnya ketahanan pangan dan kurangnya daya beli masyarakat," ujarnya.
Kadinkes Nunukan ini menyadari bahwa pentingnya pemberian makanan pendamping dan perawatan secara berkesinambngan kepada masyarakat khususnya kepada ibu hamil dan anak balita untuk mengantisipasi meningkatnya penderita gizi buruk.
Selama ini, lanjut dia, tingginya penderita gizi buruk di Kabupaten Nunukan karena kurangnya pelayanan dari posyandu.
Sebenarnya, masalah posyandu dan gizi buruk merupakan tanggung jawab PKK dan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Daerah yang harus melakukan penyuluhan kepada masyarakat, katanya.
"Gizi buruk dapat dicegah sejak dari hulu yaitu memulai dari kandungan ibunya dengan memberikan makanan tambahan kepada ibu hamil," kata Andi Akhmad.
"Apabila ketahanan pangan tersedia maka aspek kesehatan dapat dijamin," tambahnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan, dr Andi Akhmad, di Nunukan, Selasa, menjelaskan selama ini masih banyak posyandu yang kurang memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga dampaknya tingginya gizi buruk di wilayah itu.
Menurut dia, penderita gizi buruk di Kabupaten Nunukan mencapai 15 persen lebih dari jumlah balita di wilayah itu atau berada di posisi kedua di Provinsi Kalimantan Timur setelah Kabupaten Bulungan.
"Masih tingginya penderita gizi buruk di Nunukan menandakan masih rendahnya pelayanan dan metode penyuluhan kepada masyarakat yang diberikan oleh petugas posyandu," ujar Andi Akhmad.
Ia mengatakan masalah gizi buruk sebenarnya dialami balita itu sejak masih dalam kandungan ibunya, sehingga diharapkan ibu-ibu hamil (bumil) agar banyak mengonsumsi makanan bergizi termasuk sayur-sayuran hijau.
Andi Akhmad juga menyatakan, masih tingginya penderita gizi buruk di wilayahnya karena lemahnya ketahanan pangan dan daya beli masyarakat.
"Dinkes hanya penerima dampaknya saja, padahal sebenarnya banyaknya gizi buruk karena lemahnya ketahanan pangan dan kurangnya daya beli masyarakat," ujarnya.
Kadinkes Nunukan ini menyadari bahwa pentingnya pemberian makanan pendamping dan perawatan secara berkesinambngan kepada masyarakat khususnya kepada ibu hamil dan anak balita untuk mengantisipasi meningkatnya penderita gizi buruk.
Selama ini, lanjut dia, tingginya penderita gizi buruk di Kabupaten Nunukan karena kurangnya pelayanan dari posyandu.
Sebenarnya, masalah posyandu dan gizi buruk merupakan tanggung jawab PKK dan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Daerah yang harus melakukan penyuluhan kepada masyarakat, katanya.
"Gizi buruk dapat dicegah sejak dari hulu yaitu memulai dari kandungan ibunya dengan memberikan makanan tambahan kepada ibu hamil," kata Andi Akhmad.
"Apabila ketahanan pangan tersedia maka aspek kesehatan dapat dijamin," tambahnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012