Jakarta (ANTARA) - Prajurit TNI yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) mengikuti serangkaian latihan untuk mengantisipasi ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon terutama setelah perang pecah di Israel dan Palestina pada 7 Oktober 2023.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda TNI Julius Widjojono saat ditemui di Markas Besar TNI, Jakarta, Kamis, menyampaikan rangkaian latihan itu di antaranya terkait evakuasi, pengamanan wilayah, dan penyelamatan.
“Sejak tanggal 8 prajurit kita sudah melakukan latihan-latihan untuk evakuasi, atau latihan untuk penyelamatan diri, latihan juga untuk menghindari serangan,” kata Kapuspen TNI.
Julius, yang juga berpengalaman tergabung dalam pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menjelaskan PBB punya standar prosedur operasional (SOP) untuk itu.
“Sepanjang pengetahuan saya ketika saya di (pasukan perdamaian) PBB pada 2000, PBB punya SOP untuk penyelamatan, evakuasi maupun standar tertentu apabila pasukan PBB diserang oleh pihak lain. Jadi, saya yakin pihak lain tidak akan menyerang pasukan PBB,” kata Julius.
Baca juga: Kemlu pastikan tidak ada serangan di Timur Tengah ke Markas Kontingen Indonesia
Sejak perang pecah di Palestina dan Israel pada 7 Oktober 2023, ketegangan meluas di antaranya sampai perbatasan Israel-Lebanon, termasuk Blue Line — garis demarkasi yang memisahkan wilayah Israel dan Lebanon.
Ketegangan itu juga sempat mengarah ke daerah dekat Markas UNIFIL di Naqoura, yang di dalamnya ada juga Soedirman Camp tempat konsentrasi prajurit TNI di Lebanon. Prajurit TNI di Lebanon tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) TNI KONGA UNIFIL 2023.
Umumnya, Markas Soedirman Camp di Naqoura itu menjadi wilayah kerja prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Pendukung Markas/Force Headquarter Support Unit (FHQSU), Satgas Indo Force Protection Company (FPC), Satgas Koordinasi Sipil-Militer/Civilian Military Coordination (CIMIC) TNI, Satgas Military Community Outreach Unit (MCOU), dan Satgas Level 2 Hospital.
Di Lebanon, ada 1.229 prajurit TNI yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB (UNIFIL) dan berjaga di daerah selatan dan di sepanjang perbatasan darat dan laut Israel-Lebanon.
Kepala Bidang Penerangan Puspen TNI Kolonel Arm Suhendro Oktosatrio menyampaikan per hari ini (26/10) dari 1.229 prajurit TNI di Lebanon (Satgas TNI Kontingen Garuda UNIFIL 2023), di antaranya 850 personel tergabung dalam Satgas Batalyon Mekanis TNI (INDOBATT), 155 prajurit FHQSU XXVI-01, 39 prajurit di Sector East Military Police (SEMPU) XXV-O, sembilan prajurit Satgas Hospital (RS) Level 2, 18 prajurit di MCOU XXX-M, tujuh prajurit CIMIC XXXI-M, 11 prajurit sebagai military staff (MILSTAFF), dan 21 prajurit sebagai staff officer (SO).
Umumnya, Markas Soedirman Camp di Naqoura itu menjadi wilayah kerja prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Pendukung Markas/Force Headquarter Support Unit (FHQSU), Satgas Indo Force Protection Company (FPC), Satgas Koordinasi Sipil-Militer/Civilian Military Coordination (CIMIC) TNI, Satgas Military Community Outreach Unit (MCOU), dan Satgas Level 2 Hospital.
Di tengah ketegangan itu, UNIFIL pada 15 Oktober 2023 membenarkan adanya serangan roket ke arah markas mereka di Naqoura. Markas Soedirman Camp, yang merupakan bagian dari Markas UNIFIL di Naqoura, merupakan satu dari beberapa lokasi jaga prajurit TNI di Lebanon.
UNIFIL dalam siaran resminya pada 15 Oktober 2023 menyatakan Pasukan Perdamaian PBB masih mencari asal roket tersebut dan tidak ada korban jiwa atau korban luka akibat serangan itu. UNIFIL masih mengamati eskalasi ketegangan dan baku tembak di sepanjang Blue Line, perbatasan antara Lebanon-Israel, serta meminta dua pihak gencatan senjata.
Kapuspen TNI menyebut jarak Markas UNIFIL ke titik panas — lokasi ketegangan — sekitar satu kilometer.
“Yang paling terdekat, tadi malam satu kilometer ledakannya,” kata Kapuspen TNI Julius Widjojono
Dia mengatakan sejauh ini prajurit TNI di Lebanon dalam keadaan aman. “Sampai hari ini masih dalam keadaan aman,” kata Julius.