Pemerintah Provinsi  melalui Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema "Perlindungan Anak dalam Situasi Bencana" dengan tujuan penanganan anak yang terdampak bencana bisa terarah mulai dari sisi fisik hingga psikisnya.


"Anak memiliki risiko besar dalam situasi bencana, apalagi sifat bencana yang datang kapan saja dan secara tiba-tiba," ujar Kepala Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Provinsi Kaltim Halda Arsyad saat FGD di Samarinda, Selasa.

Menurut Halda, anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan dalam setiap bencana, sehingga mereka akan menjadi korban yang paling menderita dibandingkan orang dewasa.

Kriterianya antara lain anak-anak belum bisa menyelamatkan diri sendiri, sehingga peluang anak untuk menjadi korban lebih besar. Kemudian dapat mengalami trauma fisik dan psikis akibat kehilangan keluarga maupun situasi yang mengerikan.

Selain itu, anak-anak juga berisiko tidak terpenuhi hak-haknya seperti pelayanan kesehatan, makanan yang bergizi, air bersih, sekolah, dan sebagainya, termasuk berisiko mengalami tindak kekerasan dan perdagangan manusia.

"Berdasarkan kondisi ini, maka banyak pemangku kepentingan baik dari unsur pemerintah, lembaga lokal maupun internasional, perusahaan, dan masyarakat mengambil bagian dalam upaya penanggulangan bencana khususnya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak," katanya.

Ia melanjutkan, berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), di Provinsi Kaltim tahun 2015 ada 331 kejadian bencana.

Bencana tersebut meliputi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebanyak 152 kejadian, gelombang pasang/abrasi sebanyak 3 kejadian, banjir sebanyak 93 kejadian, tanah longsor sebanyak 59 kejadian, dan puting beliung sebanyak 24 kejadian.

Bencana terjadi di setiap tahun, sementara di tahun 2019 terjadi 11 kejadian bencana yang terdiri atas 9 kebakaran hutan dan lahan, 1 kejadian gelombang pasang/abrasi, dan 1 kejadian banjir.

"Berdasarkan wilayahnya, di Kabupaten Paser tercatat ada 2 kejadian bencana, Kabupaten Kutai Barat ada 1 kejadian, Kabupaten Penajam Paser Utara ada 2 kejadian, dan di Kota Bontang ada 6 kejadian," ucap Halda. 
 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020