Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Para pengusaha di sentra pembuatan tahu di Kelurahan Selili, Kalimantan Timur, terpaksa mengurangi ukuran tahu guna menyiasati melonjaknya harga kedelai.
Diran, salah seorang pembuat tahu di Kelurahan Selili, Kecamatan Samarinda Ilir, kepada wartawan, Kamis mengakui, sejak melonjaknya harga kedelai dari Rp6.000 menjadi Rp9.000, dia terpaksa mengurangi ukuran tahu produksinya dari sebelumnya 4 x 4 cm menjadi 3 x 3 cm agar tetap bisa bertahan.
"Jika kami menaikkan harganya orang tidak akan membeli sehingga dengan cara mengurangi ukuran itulah sebagai salah satu cara agar kami bisa tetap bertahan di tengah melonjaknya harga kedelai dan kesulitan mendapatkan kayu serta solar. Harga tahu tetap sama yakni Rp250 per potong, hanya saja ukurannya dari 4 x 4 cm kami kurangi menjadi 3 x 3 cm," ungkap Diran.
Sebelumnya, lanjut dia, harga kedelai berkisar Rp6.000 hingga Rp6.600 dan saat ini harganya sudah tembus hingga Rp9.000 per kilogram.
Kenaikan harga kedelai itu, kata Diran, sudah berlangsung sebelum Ramadhan dan hingga kini harganya terus melonjak.
"Sebenarnya harga kedelai itu mulai tidak stabil sejak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan terus naik hingga harganya Rp9.000 per kilogram," kata Diran.
Namun, lanjut pembuat tahu yang melakukan aktivitas di rumahnya di kawasan Jalan Lumba-limba RT.11 No.12, bersama 48 perajin tahu lainnya mengakui, stok kedelai tetap tersedia.
"Kami membeli di Pasar Segiri dan sejauh ini stoknya tidak ada masalah hanya saja harganya yang tidak stabil dan cenderung terus naik," ungkap Diran.
Selain harga kedelai para pengrajin tahu di sentra pembuatan tahu di Kelurahan Selili lanjut Dora juga mengeluhkan kesulitan mendapatkan kayu bakar serta solar.
Setiap hari, Diran mengaku membutuhkan 300 kilogram kedelai dengan hasil produksi 16 ribu potong tahu dengan biaya produksi mencapai Rp3 hingga Rp3,5 juta.
Untuk kebutuhan produksi, Diran mengaku membeli satu kayu bakar Rp400 ribu serta lima liter solar dengan harga Rp7.000 per liter.
"Keuntungan per hari hanya sekitar Rp100 ribu, itupun harus dibagi bersama tiga pekerja saya. Semua hasil produksi tahu itu kami pasarkan ke seluruh pasar di Samarinda," ungkap Diran.
Para perajin tahu di sentra pembuatan tahu Kelurahan Selili lanjut dia berharap, bantuan pemerintah khususnya menekan harga kedelai serta pasokan khusus solar bagi mereka. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Diran, salah seorang pembuat tahu di Kelurahan Selili, Kecamatan Samarinda Ilir, kepada wartawan, Kamis mengakui, sejak melonjaknya harga kedelai dari Rp6.000 menjadi Rp9.000, dia terpaksa mengurangi ukuran tahu produksinya dari sebelumnya 4 x 4 cm menjadi 3 x 3 cm agar tetap bisa bertahan.
"Jika kami menaikkan harganya orang tidak akan membeli sehingga dengan cara mengurangi ukuran itulah sebagai salah satu cara agar kami bisa tetap bertahan di tengah melonjaknya harga kedelai dan kesulitan mendapatkan kayu serta solar. Harga tahu tetap sama yakni Rp250 per potong, hanya saja ukurannya dari 4 x 4 cm kami kurangi menjadi 3 x 3 cm," ungkap Diran.
Sebelumnya, lanjut dia, harga kedelai berkisar Rp6.000 hingga Rp6.600 dan saat ini harganya sudah tembus hingga Rp9.000 per kilogram.
Kenaikan harga kedelai itu, kata Diran, sudah berlangsung sebelum Ramadhan dan hingga kini harganya terus melonjak.
"Sebenarnya harga kedelai itu mulai tidak stabil sejak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan terus naik hingga harganya Rp9.000 per kilogram," kata Diran.
Namun, lanjut pembuat tahu yang melakukan aktivitas di rumahnya di kawasan Jalan Lumba-limba RT.11 No.12, bersama 48 perajin tahu lainnya mengakui, stok kedelai tetap tersedia.
"Kami membeli di Pasar Segiri dan sejauh ini stoknya tidak ada masalah hanya saja harganya yang tidak stabil dan cenderung terus naik," ungkap Diran.
Selain harga kedelai para pengrajin tahu di sentra pembuatan tahu di Kelurahan Selili lanjut Dora juga mengeluhkan kesulitan mendapatkan kayu bakar serta solar.
Setiap hari, Diran mengaku membutuhkan 300 kilogram kedelai dengan hasil produksi 16 ribu potong tahu dengan biaya produksi mencapai Rp3 hingga Rp3,5 juta.
Untuk kebutuhan produksi, Diran mengaku membeli satu kayu bakar Rp400 ribu serta lima liter solar dengan harga Rp7.000 per liter.
"Keuntungan per hari hanya sekitar Rp100 ribu, itupun harus dibagi bersama tiga pekerja saya. Semua hasil produksi tahu itu kami pasarkan ke seluruh pasar di Samarinda," ungkap Diran.
Para perajin tahu di sentra pembuatan tahu Kelurahan Selili lanjut dia berharap, bantuan pemerintah khususnya menekan harga kedelai serta pasokan khusus solar bagi mereka. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012