Nunukan (ANTARA News Kaltim) - Petani kelapa sawit di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur membutuhkan perhatian pemerintah dalam hal kelancaran pemasaran atau pengolahannya.
"Selama ini produksi kelapa sawit petani di Pulau Sebatik dipasarkan ke Tawau, Malaysia, sehingga membutuhkan biaya operasional yang tinggi," kata salah seorang petani sawit Pulau Sebatik, H Herman di Sebatik, Minggu.
Akibat tidak adanya pabrik kelapa sawit di pulau yang berbatasan langsung dengan Sabah Malaysia, menyebabkan harga buah kelapa sawit menjadi rendah.
Karena itu, dia sangat mengharapkan pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan memikirkan untuk membangun pabrik atau menarik investor dalam pengadaan pabrik.
Herman menambahkan, warga Pulau Sebatik yang jumlahnya sekitar 25.000 jiwa sebagian besar bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit.
Saat ini, lahan perkebunan kelapa sawit di Pulau Sebatik sudah mencapai 5.000 hektar. Hampir seluruhnya sudah berproduksi hingga mencapai ribuan ton setiap harinya.
"Selama ini petani sawit di Pulau Sebatik ini masih kesulitan dalam hal pemasaran. Makanya salah satu jalan, dengan mencari peluang pemasarannya dengan bekerja sama dengan salah satu pengusaha kelapa sawit di Tawau (Malaysia)," bebernya.
Dia mengatakan, kemungkinan Pemkab Nunukan tidak berupaya mendatangkan investor yang bisa membangun pabrik kelapa sawit di Pulau Sawit berhubung sudah adanya pabrik yang dibangun oleh mantan Bupati Nunukan Abdul Hafid Achmad, yang juga memiliki lahan perkebunan kelapa sawit di pulau tersebut.
"Mudah-mudahan dengan adanya pabrik sawit yang dibangun sekarang mantan bupati (Nunukan) bisa mengakomodasi seluruh produksi kelapa sawit petani di Pulau Sebatik ini," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Selama ini produksi kelapa sawit petani di Pulau Sebatik dipasarkan ke Tawau, Malaysia, sehingga membutuhkan biaya operasional yang tinggi," kata salah seorang petani sawit Pulau Sebatik, H Herman di Sebatik, Minggu.
Akibat tidak adanya pabrik kelapa sawit di pulau yang berbatasan langsung dengan Sabah Malaysia, menyebabkan harga buah kelapa sawit menjadi rendah.
Karena itu, dia sangat mengharapkan pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan memikirkan untuk membangun pabrik atau menarik investor dalam pengadaan pabrik.
Herman menambahkan, warga Pulau Sebatik yang jumlahnya sekitar 25.000 jiwa sebagian besar bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit.
Saat ini, lahan perkebunan kelapa sawit di Pulau Sebatik sudah mencapai 5.000 hektar. Hampir seluruhnya sudah berproduksi hingga mencapai ribuan ton setiap harinya.
"Selama ini petani sawit di Pulau Sebatik ini masih kesulitan dalam hal pemasaran. Makanya salah satu jalan, dengan mencari peluang pemasarannya dengan bekerja sama dengan salah satu pengusaha kelapa sawit di Tawau (Malaysia)," bebernya.
Dia mengatakan, kemungkinan Pemkab Nunukan tidak berupaya mendatangkan investor yang bisa membangun pabrik kelapa sawit di Pulau Sawit berhubung sudah adanya pabrik yang dibangun oleh mantan Bupati Nunukan Abdul Hafid Achmad, yang juga memiliki lahan perkebunan kelapa sawit di pulau tersebut.
"Mudah-mudahan dengan adanya pabrik sawit yang dibangun sekarang mantan bupati (Nunukan) bisa mengakomodasi seluruh produksi kelapa sawit petani di Pulau Sebatik ini," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012