Balikpapan, (Antaranews Kaltim) – Satu warga meninggal dunia dari 66 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Balikpapan selama awal tahun 2019.


“Iya, satu warga Karangjoang dilaporkan meninggal dunia,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan dr Balerina, Jumat.

Menurut dia, pihaknya sudah memerintahkan seluruh fasilitas kesehatan di Kota Minyak untuk waspada dan siaga 24 jam sehari. Gerakan 3M juga terus digencarkan untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegepty, pembawa virus demam berdarah.

“Pencegahan yang utama, dan semoga kasus DBD tidak bertambah lagi,” kata Balerina.

Ke-66 kasus tersebut dirincikan terjadi pada pekan pertama Januari 2019 sebanyak 35 kasus, dan pekan kedua berlanjut dengan 31 kasus.

“Walaupun masih lebih sedikit bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu mencapai 86 kasus,” lanjut dr Balerina. Angka itu juga menjadi patokan untuk penetapan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Artinya, jelas Balerina, KLB baru akan ditetapkan bila jumlah kejadian melebihi kejadian tahun sebelumnya.

Lebih jauh, Balerina mengungkapkan bahwa kasus DBD di Balikpapan dalam tiga tahun terakhir memang cukup tinggi. Kejadian terbesar ada di 2016 dengan jumlah kasus mencapai 4 ribu lebih dan korban meninggal 26 orang.

Sejak itu Pemkot Balikpapan kembali menggiatkan berbagai upaya pencegahan. Gerakan 3M (menguras, menutup, mengubur) ditambah kelambu air dipopulerkan lagi. Tahun berikutnya, kasus DBD 2017 menjadi 1.137 kasus dan 2 kematian, dan DBD 2018 sebanyak 1.304 kasus dengan 2 kematian.

Balerina menjelaskan, program kelambu air adalah variasi dari menutup di gerakan 3M. Wadah air diberi tutup agar tidak bisa dijadikan nyamuk Aedes sebagai tempat bertelur.

“Selain juga pemakaian kelambu untuk melindungi orang,” jelas Kepala Dinkes Balikpapan. Pemkot dibantu banyak pihak, diantaranya perusahaan-perusahaan dalam program CSR untuk membagi-bagikan kelambu ke masyarakat.

Balerina juga mengimbau masyarakat jika ada keluarga yang mengalami demam segera diberikan obat penurun panas. Namun bila panasnya tidak juga turun hingga lebih dari 24 jam, harus segera dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019