Samarinda (Antaranews Kaltim) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur menilai pergerakan inflasi di daerah ini sepanjang 2017 cukup terjaga, karena berada pada level 3,15 persen (yoy) atau sesuai dengan target inflasi nasional yang sebesar 4 plus minus 1 persen.

"Capaian ini lebih rendah ketimbang inflasi tahun 2016 yang sebesar 3,39 persen. Sedangkan rata-rata inflasi Kaltim selama lima tahun terakhir mencapai 5,67 persen," ujar Kepala BI KPw Provinsi Kaltim Muhammad Nur melalui keterangan tertulis di Samarinda, Jumat.

Ia menjelaskan bahwa inflasi Kaltim pada 2017 juga berada di bawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,61 persen, sehingga hal ini juga menjadi keberhasilan dalam upaya menekan laju inflasi.

Secara spasial, lanjutnya, Kota Balikpapan mengalami inflasi 2,45 persen pada tahun 2017, lebih rendah ketimbang tahun sebelumnya yang tercatat 4,13 persen.

Sedangkan inflasi di Kota Samarinda tercatat 3,69 persen atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 2,83 persen.

Nur menambahkan, pergerakan inflasi inti Kaltim tahun 2017 relatif stabil di tengah risiko peningkatan permintaan masyarakat, sehingga sepanjang tahun 2017 terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan inflasi kelompok inti.

Beberapa di antaranya adalah pembayaran tunjangan hari raya (THR) yang jatuh pada pertengahan 2017, penyesuaian tarif pulsa ponsel, periode musiman Ramadhan dan hari besar keagamaan nasional, termasuk tahun ajaran baru sekolah.

"Komoditas lain yang mengalami peningkatan harga adalah nasi dan lauk selama masa Ramadhan dan hari besar keagamaan. Sementara inflasi kelompok `volatile food` tercatat mengalami deflasi 0,34 persen," jelasnya.

Menurut data BI, fenomena deflasi kelompok volatile food merupakan yang pertama selama tujuh tahun terakhir di Kaltim. Berdasarkan pola historinya, tekanan inflasi kelompok ini mengalami peningkatan pada periode Ramadhan dan hari besar keagamaan.

"Faktor utama yang menyebabkan deflasi pada kelompok volatile food tahun 2017 adalah turunnya harga subkelompok bumbu-bumbuan, terutama komoditas bawang merah," tambahnya.

Penurunan harga bawang merah terjadi dalam skala nasional yang disebabkan oleh tingginya pasokan. Beberapa komoditas pada subkelompok bumbu-bumbuan yang mengalami penurunan adalah cabai dan kacang panjang.

"Di sisi lain, inflasi kelompok administered prices mengalami peningkatan namun masih terkendali. Tingginya inflasi kelompok ini akibat penghapusan subsidi listrik untuk pelanggan 900 VA secara bertahap, biaya administrasi pengurusan STNK pada awal tahun sebesar 100 persen, dan kenaikan tarif cukai rokok," tutur Nur. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018