Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Balikpapan, Kalimantan Timur, sejak awal September 2017 membuat gerakan mentransaksikan kembali uang pecahan logam melalui akun media sosial facebook dengan nama "Balikpapan Besimpun Benggol".
"Jadi silakan masyarakat yang punya banyak uang logam, bawa uangnya ke retail, toko pengecer, untuk ditukar dengan uang kertas atau uang pecahan besar yang diinginkan, lalu difoto saat transaksinya dan unggah ke facebook, serta di-tag ke grup Balikpapan Besimpun Benggol atau langsung ke grup itu," papar Kepala Perwakilan BI Balikpapan Suharman Tabrani di Balikpapan, Senin.
Benggol adalah sebutan warga Balikpapan untuk uang logam, merujuk kepada sebutan lama uang logam sejak masa sebelum kemerdekaan hingga tahun 1950-an.
Sedangkan kata "besimpun" adalah kata dari Bahasa Banjar yang padanannya dalam Bahasa Indonesia adalah mengumpulkan atau merapikan kembali.
Banjar sendiri adalah satu etnis yang dominan di wilayah kerja BI Balikpapan yang meliputi Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Paser.
"Buat setiap transaksi yang berhasil, BI menyediakan cinderamata berupa kaus dengan desain menarik," tambah Suharman.
Suharman juga mengingatkan kepada masyarakat bahwa uang logamnya bukan dibawa ke BI dan ditukar di BI, atau ke bank untuk ditukar di bank, tetapi langsung ke pengecer atau retailer yang umumnya adalah toko atau warung.
"Silakan ditukarkan langsung dengan mereka. Dengan warung sebelah rumah juga boleh, dengan supermarket juga bisa. Yang penting dikomunikasikan dulu," kata Suharman.
Dengan demikian, uang logam itu bisa langsung ditransaksikan kembali, tidak perlu harus masuk ke BI atau perbankan lagi.
Ia menambahkan, Gerakan Balikpapan Besimpun Benggol ini dilatarbelakangii "hilangnya" sebagian besar uang logam yang dilepas BI ke masyarakat.
"Dari Rp4 miliar uang logam yang kami keluarkan dari Januari hingga Juli 2017, hanya Rp70 juta yang kembali ke BI dalam sirkulasi uang atau 2 persennya," jelasnya.
Sementara itu, permintaan uang logam pecahan kecil tetap banyak, yang terlihat dari penukaran uang di BI ataupun di layanan kas keliling BI yang ada di tiga pasar tradisional Kota Balikpapan.
Bahkan, menurut Suharman, BI Balikpapan menemukan ada retail yang sampai mempekerjakan orang secara khusus untuk mendapatkan uang logam.
Uang logam diperlukan untuk memenuhi hak konsumen mendapatkan uang kembalian yang pas, sebagai sebuah kewajiban penyelenggara bisnis retail.
"Bagi pedagang seperti saya, itu juga bagian dari kredibilitas dan profesionalisme. Jangan sampai kita makan hak orang lain hanya karena tidak punya uang kembalian," kata Budi, pemilik jaringan toko jamu Marem dan berbagai bisnis lain di Balikpapan dan Paser.
Oleh sebab itu, kata Suharman, gerakan ini hanya sebagai pemicu agar uang logam kembali dipakai sebagai alat transaksi.
Mereka yang tidak mempunyai banyak uang logam, misalnya, tidak perlu mengumpulkan dulu uangnya baru ditukar di toko atau di warung, tapi langsung dipakai saja sebagai alat pembayaran.
Dalam 29 hari, Gerakan Balikpapan Besimpun Benggol sudah berhasil menjaring 453 anggota di facebook dan sudah membukukan 16 kali transaksi.
"Sambutan masyarakat cukup baik. 16 kali transaksi itu sudah tiga kali lipat dari target kami yang hanya enam transaksi sepanjang September ini," tambah Humas BI Balikpapan Andi Palupi, dengan menambahkan satu dari transaksi itu dilakukan warga yang membawa uang logam hingga Rp4,5 juta. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Jadi silakan masyarakat yang punya banyak uang logam, bawa uangnya ke retail, toko pengecer, untuk ditukar dengan uang kertas atau uang pecahan besar yang diinginkan, lalu difoto saat transaksinya dan unggah ke facebook, serta di-tag ke grup Balikpapan Besimpun Benggol atau langsung ke grup itu," papar Kepala Perwakilan BI Balikpapan Suharman Tabrani di Balikpapan, Senin.
Benggol adalah sebutan warga Balikpapan untuk uang logam, merujuk kepada sebutan lama uang logam sejak masa sebelum kemerdekaan hingga tahun 1950-an.
Sedangkan kata "besimpun" adalah kata dari Bahasa Banjar yang padanannya dalam Bahasa Indonesia adalah mengumpulkan atau merapikan kembali.
Banjar sendiri adalah satu etnis yang dominan di wilayah kerja BI Balikpapan yang meliputi Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Paser.
"Buat setiap transaksi yang berhasil, BI menyediakan cinderamata berupa kaus dengan desain menarik," tambah Suharman.
Suharman juga mengingatkan kepada masyarakat bahwa uang logamnya bukan dibawa ke BI dan ditukar di BI, atau ke bank untuk ditukar di bank, tetapi langsung ke pengecer atau retailer yang umumnya adalah toko atau warung.
"Silakan ditukarkan langsung dengan mereka. Dengan warung sebelah rumah juga boleh, dengan supermarket juga bisa. Yang penting dikomunikasikan dulu," kata Suharman.
Dengan demikian, uang logam itu bisa langsung ditransaksikan kembali, tidak perlu harus masuk ke BI atau perbankan lagi.
Ia menambahkan, Gerakan Balikpapan Besimpun Benggol ini dilatarbelakangii "hilangnya" sebagian besar uang logam yang dilepas BI ke masyarakat.
"Dari Rp4 miliar uang logam yang kami keluarkan dari Januari hingga Juli 2017, hanya Rp70 juta yang kembali ke BI dalam sirkulasi uang atau 2 persennya," jelasnya.
Sementara itu, permintaan uang logam pecahan kecil tetap banyak, yang terlihat dari penukaran uang di BI ataupun di layanan kas keliling BI yang ada di tiga pasar tradisional Kota Balikpapan.
Bahkan, menurut Suharman, BI Balikpapan menemukan ada retail yang sampai mempekerjakan orang secara khusus untuk mendapatkan uang logam.
Uang logam diperlukan untuk memenuhi hak konsumen mendapatkan uang kembalian yang pas, sebagai sebuah kewajiban penyelenggara bisnis retail.
"Bagi pedagang seperti saya, itu juga bagian dari kredibilitas dan profesionalisme. Jangan sampai kita makan hak orang lain hanya karena tidak punya uang kembalian," kata Budi, pemilik jaringan toko jamu Marem dan berbagai bisnis lain di Balikpapan dan Paser.
Oleh sebab itu, kata Suharman, gerakan ini hanya sebagai pemicu agar uang logam kembali dipakai sebagai alat transaksi.
Mereka yang tidak mempunyai banyak uang logam, misalnya, tidak perlu mengumpulkan dulu uangnya baru ditukar di toko atau di warung, tapi langsung dipakai saja sebagai alat pembayaran.
Dalam 29 hari, Gerakan Balikpapan Besimpun Benggol sudah berhasil menjaring 453 anggota di facebook dan sudah membukukan 16 kali transaksi.
"Sambutan masyarakat cukup baik. 16 kali transaksi itu sudah tiga kali lipat dari target kami yang hanya enam transaksi sepanjang September ini," tambah Humas BI Balikpapan Andi Palupi, dengan menambahkan satu dari transaksi itu dilakukan warga yang membawa uang logam hingga Rp4,5 juta. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017