Samarinda (ANTARA Kaltim) - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara mencatat surplus energi listrik mencapai 130 megawatt, sehingga sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik perusahaan-perusahaan swasta yang masih menggunakan pembangkit tenaga diesel.
"Wilayah Kaltimra banyak perusahaan swasta yang menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), tentu ini sangat mahal biaya operasionalnya. Jadi, saya sarankan beralih ke PLN, karena dari sisi biaya yang harus dikeluarkan jauh lebih murah dengan kualitas juga bagus," ujar Manager Bidang Perencanaan PLN Kaltimra Agung S di Samarinda, Rabu.
Ia juga mengatakan bahwa adanya informasi mengenai masih terjadi krisis listrik di wilayah Kaltim dan Kaltara yang dibuktikan dengan adanya pemadaman bergilir atau terkadang padam tanpa giliran, merupakan hal yang salah karena alasan itu tidak semuanya benar.
Menurut Agung, terjadinya pemadaman listrik bukan melulu karena PLN kekurangan energi, karena bisa saja pemadaman bergilir harus dilakukan mengingat adanya perbaikan di sistem tertentu, adanya kebakaran di lokasi tertentu yang berpengaruh pada sistem jaringan, atau pemadaman akibat kerusakan pada gardu, dan sebab lainnya.
Meski surplus daya listrik cukup besar, lanjutnya, namun daya tersebut tidak serta merta langsung bisa dialirkan kepada area tertentu yang masih kekurangan, karena listrik jaringan Sistem Mahakam ini belum semuanya terkoneksi ke tiap-tiap area yang ada, baik pada Sub-Area Kaltim maupun Sub-Area Kaltara.
Misalnya, untuk jaringan Sistem Mahakam Area Balikpapan, Samarinda, Kutai Kartanegara, dan Bontang yang mengalami surplus, termasuk di jaringan Area Tarakan di Kaltara, surplus daya listrik tersebut belum bisa dilimpahkan ke Kabupaten Nunukan maupun Malinau yang masih kurang, karena sistem jaringannya belum terkoneksi dengan baik.
"Ini merupakan kendala sekaligus tantangan, makanya ke depan kami terus mengupayakan agar semua sistem di Kalimantan bisa terkoneksi pada satu sistem, bahkan terkoneksi hingga Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, agar setiap daya yang surplus bisa dialirkan ke lokasi lain," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Wilayah Kaltimra banyak perusahaan swasta yang menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), tentu ini sangat mahal biaya operasionalnya. Jadi, saya sarankan beralih ke PLN, karena dari sisi biaya yang harus dikeluarkan jauh lebih murah dengan kualitas juga bagus," ujar Manager Bidang Perencanaan PLN Kaltimra Agung S di Samarinda, Rabu.
Ia juga mengatakan bahwa adanya informasi mengenai masih terjadi krisis listrik di wilayah Kaltim dan Kaltara yang dibuktikan dengan adanya pemadaman bergilir atau terkadang padam tanpa giliran, merupakan hal yang salah karena alasan itu tidak semuanya benar.
Menurut Agung, terjadinya pemadaman listrik bukan melulu karena PLN kekurangan energi, karena bisa saja pemadaman bergilir harus dilakukan mengingat adanya perbaikan di sistem tertentu, adanya kebakaran di lokasi tertentu yang berpengaruh pada sistem jaringan, atau pemadaman akibat kerusakan pada gardu, dan sebab lainnya.
Meski surplus daya listrik cukup besar, lanjutnya, namun daya tersebut tidak serta merta langsung bisa dialirkan kepada area tertentu yang masih kekurangan, karena listrik jaringan Sistem Mahakam ini belum semuanya terkoneksi ke tiap-tiap area yang ada, baik pada Sub-Area Kaltim maupun Sub-Area Kaltara.
Misalnya, untuk jaringan Sistem Mahakam Area Balikpapan, Samarinda, Kutai Kartanegara, dan Bontang yang mengalami surplus, termasuk di jaringan Area Tarakan di Kaltara, surplus daya listrik tersebut belum bisa dilimpahkan ke Kabupaten Nunukan maupun Malinau yang masih kurang, karena sistem jaringannya belum terkoneksi dengan baik.
"Ini merupakan kendala sekaligus tantangan, makanya ke depan kami terus mengupayakan agar semua sistem di Kalimantan bisa terkoneksi pada satu sistem, bahkan terkoneksi hingga Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, agar setiap daya yang surplus bisa dialirkan ke lokasi lain," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017