Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Kebijakan penutupan lokalisasi prostitusi di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur semakin menyulitkan pemerintah melakukan deteksi dan pencegahan terhadap penyebaran HIV/AIDS, kata Direktur Laras Foundation Andi Muhammad Aslam.

"Penutupan lokalisasi prostitusi itu sama juga memecahkan kantong virus HIV, jadi sekarang ini deteksinya makin sulit dan rumit, Jelas ini sangat mengkhawatirkan meluasnya penyebaran HIV/AIDS," kata Aslam ketika dihubungi Antara di Samarinda, Kamis.

Laras Foundation yang berpusat di Samarinda, Kaltim, merupakan lembaga advokasi dan rehabilitasi sosial yang fokus pada penanggulangan narkoba dan penderita HIV/AIDS.

"Sebelum prostitusi ditutup, kegiatan sosialisasi atau kampanye bahaya HIV/AIDS bisa lebih fokus, karena pusat utamanya ada di tempat itu (lokalisasi, red)," ujarnya.

Menurut Aslam, para penghuni eks-lokalisasi prostitusi yang keberadaannya sulit terdeteksi, ada kemungkinan sebagian masih tetap melakukan praktik dengan cara sembunyi-sembunyi setelah lokalisasi ditutup.

"Bahkan, ada juga dari mereka yang memanfaatkan media sosial atau jaringan-jaringan khusus. Kalau sudah seperti ini, penyebaran virus HIV bisa makin meluas," tambahnya.

Untuk itu, lanjut Aslam, kegiatan kampanye terhadap orang-orang dengan risiko tinggi terhadap penyebaran virus HIV perlu lebih diperkuat, termasuk di sekolah, kantor atau perusahaan-perusahaan swasta.

Terkait kasus HIV/AIDS di Kaltim, Aslam tidak bisa menyebutkan angkanya secara pasti, namun diperkirakan jumlahnya sudah lebih dari 5.000 kasus, dengan kasus terbanyak ada di Kota Samarinda dan Balikpapan.

"Yang jelas, dari tahun ke tahun angkanya terus meningkat. Tapi, saya belum bisa memastikan apakah itu kasus baru atau orang yang sudah lama mengidap HIV, kemudian baru muncul belakangan, karena penderita tidak mau membuka diri atau takut ketahuan," ujarnya.

Pada kesempatan sebelumnya, Kepala Biro Sosial Setprov Kaltim Syafrian Hasani mengungkapkan hingga saat ini, secara kumulatif sejak 1993 sudah ditemukan sebanyak 4.947 orang pengidap HIV dan 987 orang penderita AIDS yang tersebar di berbagai daerah di Kaltim.

"Sebanyak 437 orang penderita dilaporkan telah meninggal dunia karena penyakit AIDS," ujarnya pada seminar penanggulangan HIV/AIDS.

Menurut Syafrian, penanggulangan penyebaran HIV/AIDS tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, tetapi perlu dukungan semua pihak, termasuk kepedulian tinggi dari masyarakat.(*)

Pewarta: Didik Kusbiantoro

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016