Tana Paser (ANTARA Kaltim) - Tingkat erosi atau pelarutan tanah di Sungai Kandilo, Kabupaten Paser, setiap tahun mencapai 29 ton per hektare.

"Jumlah pelarutan tanah ke Sungai Kandilo termasuk tertinggi se-Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara," kata Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Hutan Lindung (BPDASHL) Mahakam Berau, Muhamad Zainal Arifin pada rapat bersama instansi terkait di Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Selasa.

"Erosi merupakan pelarutan massa tanah yang dibawa air menuju ke sungai atau daratan yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan adanya limpasan yang dibawa air," ujarnya.

Tanah yang dikirim ke Sungai Kandilo, kata Zainal dikarenakan aktivitas pengelolaan sumber daya alam atau SDA dari sektor pertambangan, pertanian dan perkebunan serta sektor kehutanan.

Namun menurut Zainal, sektor pertambangan yang beroperasi di daerah itu merupakan yang paling signifikan menyebabkan erosi.

"Perusahaan tambang atau batu bara banyak membuka lahan sangat besar dibanding sektor lainnya sehingga pada saat hujan, tanahnya akan tergerus ke daerah aliran sungai akibat tidak adanya penahan gerusan anah," jelas Zainal.

Ia meminta pemerintah setempat agar melibatkan perusahaan tambang batu bara pada penanganan erosi tersebut.

"Perusahaan pertambangan harus mereklamasi dan merehabilitasi lahan yang sudah mereka buka," kata Zainal.

Selain itu tambahnya, perusahaan batu bara juga harus menyiapkan lahan penampung gerusan tanah yang diakibatkan pembukaan lahan.

"Tujuannya, untuk mengembalikan dan memulihkan tapak-tapak lahan yang menjadi daerah tangkapan air dan menyehatkan kembali daerah aliran sungai yang ada," ujarnya.

Tujuan lainnya lanjut dia, untuk mengembalikan kualitas air bersih Sungai Kandilo yang selama ini menjadi sumber utama air bersih di Kabupaten Paser.      (*)

Pewarta: R. Wartono

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016