Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) terus mendorong pengembangan industri hilir dengan menggunakan bahan baku berbagai komoditi daerah dalam rangka pertumbuhan ekonomi
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengatakan saat ini Kaltim sedang fokus dalam pengembangan pertanian dalam arti luas, seiring kian menipisnya cadangan sumber daya alam tak terbarukan, yakni minyak dan gas (migas) serta batu bara yang selama ini menjadi primadona Kaltim.
"Pemprov Kaltim terus mendorong pengembangan ekonomi yang bertumpu pada komoditas yang dapat diperbarui, yakni pengembangan pertanian dalam arti luas dengan memanfaatkan luasan lahan Kaltim yang mampu menyokong pertumbuhan pertanian dalam arti luas, termasuk pengembangan industri hilir," kata Awang pada Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan Bank Indonesia di Balikpapan, Selasa.
Dengan pengembangan industri hilir yang mulai dikembangkan terhadap perkebunan sawit dengan produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) dilanjutkan dengan berbagai produk turunan lain tentunya akan berdampak terhadap peningkatan nilai tambah, sehingga mampu meningkatkan nilai ekspor, sekaligus mendongkrak nilai tukar Rupiah, katanya.
"Seiring dengan hal itu Kaltim telah membuka sejumlah kawasan yang diharapkan mampu mendorong terciptanya pengembangan industri hilir, yakni Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta (KEK-MBTK) sebagai kawasan industri pengolahan produk turunan dari CPO dan batu bara," kata Awang.
Selain itu, juga membangun kawasan untuk memproses industri hilir dengan bahan baku gas dan kondensat di Kota Bontang serta menyiapkan kawasan industri hilir dari berbagai sumber daya alam Kaltim yang berlokasi di Kawasan Industri Kariangau di Balikpapan dan Kawasan Industri Buluminung di Kabupaten Panajam Paser Utara, katanya.
"Semua ini kita lakukan untuk mendukung transformasi ekonomi Kaltim yang selama ini bertumpu pada SDA yang diekspor dalam bentuk bahan mentah, diubah menjadi pengembangan dengan bentuk barang jadi atau setengah jadi," kata Awang.
Berkaitan dengan hal itu Awang minta kepada pemerintah pusat untuk segera merealisasikan pemenuhan kebutuhan listrik di Kaltim, karena semua rencana pengembangan kawasan industri itu akan berjalan lancar jika didukung dengan pemenuhan energi listrik dan kelancaran infrastruktur jalan dan jembatan serta pelabuhan laut dan udara yang baik.
"Kaltim membutuhkan pasokan energi listrik yang cukup besar untuk menyokong pertumbuhan sejumlah kawasan industri yang dimaksud serta dukungan infrastruktur yang memadai, termasuk proyek jalan tol Samarinda-Balikpapan yang akan berdampak signifikan terhadap kelancaran transportasi darat dan laut dengan keberadaan sejumlah pelabuhan," kata Awang.
Demikian juga dengan dukungan sarana transportasi udara yang menghubungkan kegiatan angkutan barang dan jasa dari sejumlah kabupaten/kota di Kaltim yang masih terbilang sangat luas dan hal itu masih sangat dibutuhkan di daerah ini, katanya.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan dukungannya terhadap upaya Kaltim membangun ekonomi yang mengandalkan industri hilir yang mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi sehingga mampu mendongkrak nilai tukar rupiah.
Menurut dia, sumber daya alam di Kalimantan, khususnya di Kaltim bergitu besar sehingga akan berdampak signifikan terhadap pergerakan rupiah jika diekspor dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi.
"Apa yang dilakukan Katim, sudah sangat tepat, karena dengan mengekspor dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi tentunya akan menaikkan nilai tambah dari barang yang kita jual ke luar negeri," kata Agus. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengatakan saat ini Kaltim sedang fokus dalam pengembangan pertanian dalam arti luas, seiring kian menipisnya cadangan sumber daya alam tak terbarukan, yakni minyak dan gas (migas) serta batu bara yang selama ini menjadi primadona Kaltim.
"Pemprov Kaltim terus mendorong pengembangan ekonomi yang bertumpu pada komoditas yang dapat diperbarui, yakni pengembangan pertanian dalam arti luas dengan memanfaatkan luasan lahan Kaltim yang mampu menyokong pertumbuhan pertanian dalam arti luas, termasuk pengembangan industri hilir," kata Awang pada Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan Bank Indonesia di Balikpapan, Selasa.
Dengan pengembangan industri hilir yang mulai dikembangkan terhadap perkebunan sawit dengan produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) dilanjutkan dengan berbagai produk turunan lain tentunya akan berdampak terhadap peningkatan nilai tambah, sehingga mampu meningkatkan nilai ekspor, sekaligus mendongkrak nilai tukar Rupiah, katanya.
"Seiring dengan hal itu Kaltim telah membuka sejumlah kawasan yang diharapkan mampu mendorong terciptanya pengembangan industri hilir, yakni Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta (KEK-MBTK) sebagai kawasan industri pengolahan produk turunan dari CPO dan batu bara," kata Awang.
Selain itu, juga membangun kawasan untuk memproses industri hilir dengan bahan baku gas dan kondensat di Kota Bontang serta menyiapkan kawasan industri hilir dari berbagai sumber daya alam Kaltim yang berlokasi di Kawasan Industri Kariangau di Balikpapan dan Kawasan Industri Buluminung di Kabupaten Panajam Paser Utara, katanya.
"Semua ini kita lakukan untuk mendukung transformasi ekonomi Kaltim yang selama ini bertumpu pada SDA yang diekspor dalam bentuk bahan mentah, diubah menjadi pengembangan dengan bentuk barang jadi atau setengah jadi," kata Awang.
Berkaitan dengan hal itu Awang minta kepada pemerintah pusat untuk segera merealisasikan pemenuhan kebutuhan listrik di Kaltim, karena semua rencana pengembangan kawasan industri itu akan berjalan lancar jika didukung dengan pemenuhan energi listrik dan kelancaran infrastruktur jalan dan jembatan serta pelabuhan laut dan udara yang baik.
"Kaltim membutuhkan pasokan energi listrik yang cukup besar untuk menyokong pertumbuhan sejumlah kawasan industri yang dimaksud serta dukungan infrastruktur yang memadai, termasuk proyek jalan tol Samarinda-Balikpapan yang akan berdampak signifikan terhadap kelancaran transportasi darat dan laut dengan keberadaan sejumlah pelabuhan," kata Awang.
Demikian juga dengan dukungan sarana transportasi udara yang menghubungkan kegiatan angkutan barang dan jasa dari sejumlah kabupaten/kota di Kaltim yang masih terbilang sangat luas dan hal itu masih sangat dibutuhkan di daerah ini, katanya.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan dukungannya terhadap upaya Kaltim membangun ekonomi yang mengandalkan industri hilir yang mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi sehingga mampu mendongkrak nilai tukar rupiah.
Menurut dia, sumber daya alam di Kalimantan, khususnya di Kaltim bergitu besar sehingga akan berdampak signifikan terhadap pergerakan rupiah jika diekspor dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi.
"Apa yang dilakukan Katim, sudah sangat tepat, karena dengan mengekspor dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi tentunya akan menaikkan nilai tambah dari barang yang kita jual ke luar negeri," kata Agus. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015