Kamojang, Kabupaten Bandung (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo
menegaskan bahwa pemerintah memprioritaskan pembangunan pembangkit
listrik ramah lingkungan untuk memenuhi target pembangunan pembangkit
listrik 35.000 MW hingga 2019 mendatang.
"Tadi sudah disampaikan Dirut Pertamina ada kapasitas 28.000 MW dari potensi geothermal. Ini sangat ramah lingkungan tapi kita pernah fokus pada ini, dan juga ombak, angin, matahari dan bio massa," kata Presiden saat meresmikan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang Uni V, Minggu pagi.
Presiden mengatakan pemerintah perlahan akan beralih dari pembangkit listrik yang berbahan bakar batu bara ke pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan.
"Secara khusus saya perintahkan pada Menko, Menteri BUMN dan Menteri ESDM ke depan pembangkit listrik ramah lingkungan diberikan pritoritas," katanya.
"Dari target lima tahun 35 ribu MW 90 persen bertumpu pada batubara, ini mulai harus digeser. Nanti ada angin, ombak, matahari dan bio massa sampah, ada berapa ribu MW, meski biaya lebih mahal sedikit."
Pemerintah, kata Presiden, akan meningkatkan insentif agar investor tertarik untuk menanamkan modal dalam pembangunan pembangkit listrik ramah lingkungan.
"Nantinya insentif khusus pembangkit listrik yang ramah lingkungan rate dinaikkan sedikit biar orang berbondong-bondong masuk ke sini. Kalau semua konsentrasi ke batu bara, begitu habis bingung nanti," katanya.
Ia mengaku memantau perkembangan pencapaian target pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional.
Pembangunan PLTP
Presiden pada Minggu pagi meresmikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di beberapa daerah didampingi Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan Direktur Pertamina Geothermal Energy Irvan Zainuddin.
Proyek pembangunan PLTP yang peresmiannya dilakukan di kompleks Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, Kabupaten Bandung, yakni PLTP Ulubelu unit 3 dan 4 di Tanggamus, Lampung; dan PLTP Lahendong Unit V di Minahasa, Sulawesi Utara; PLTP Karaha unit 1 di Jawa Barat, PLTP Lumut Balai 1 dan 2 di Sumatera Selatan, PLTP Hululais unit 1 Bengkulu dan PLTP Kerinci Unit 1 Jambi.
PLTP Ulubelu kapasitasnya 2x55 MW dan dibangun dengan biaya 524,26 juta dolar AS sedang investasi PLTP Lahendong yang berkapasitas 2x 20 MW sebanyak 262,07 juta dolar AS.
PLTP Karaha yang dibangun dengan investasi 187 juta dolar AS akan memiliki kapasitas 1x30 MW dan PLTP Lumut Balai yang investasinya 683,51 juta dolar AS akan berkapasitas 2x55 MW.
Sementara biaya pembangunan PLTP Hulu Lais yang berkapasitas 1x55 MW mencapai 248 juta dolar AS dan pembangunan PLTP Kerinci yang kapasitasnya 1x55 MW butuh investasi 116,17 juta dolar AS.
Selain meresmikan dimulainya pembangunan proyek-proyek tersebut, Presiden juga meresmikan awal operasi PLTP Kamojang Unit V yang dibangun dengan investasi 104,03 juta dolar AS dan berkapasitas 35 MW. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
"Tadi sudah disampaikan Dirut Pertamina ada kapasitas 28.000 MW dari potensi geothermal. Ini sangat ramah lingkungan tapi kita pernah fokus pada ini, dan juga ombak, angin, matahari dan bio massa," kata Presiden saat meresmikan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang Uni V, Minggu pagi.
Presiden mengatakan pemerintah perlahan akan beralih dari pembangkit listrik yang berbahan bakar batu bara ke pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan.
"Secara khusus saya perintahkan pada Menko, Menteri BUMN dan Menteri ESDM ke depan pembangkit listrik ramah lingkungan diberikan pritoritas," katanya.
"Dari target lima tahun 35 ribu MW 90 persen bertumpu pada batubara, ini mulai harus digeser. Nanti ada angin, ombak, matahari dan bio massa sampah, ada berapa ribu MW, meski biaya lebih mahal sedikit."
Pemerintah, kata Presiden, akan meningkatkan insentif agar investor tertarik untuk menanamkan modal dalam pembangunan pembangkit listrik ramah lingkungan.
"Nantinya insentif khusus pembangkit listrik yang ramah lingkungan rate dinaikkan sedikit biar orang berbondong-bondong masuk ke sini. Kalau semua konsentrasi ke batu bara, begitu habis bingung nanti," katanya.
Ia mengaku memantau perkembangan pencapaian target pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional.
Pembangunan PLTP
Presiden pada Minggu pagi meresmikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di beberapa daerah didampingi Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan Direktur Pertamina Geothermal Energy Irvan Zainuddin.
Proyek pembangunan PLTP yang peresmiannya dilakukan di kompleks Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, Kabupaten Bandung, yakni PLTP Ulubelu unit 3 dan 4 di Tanggamus, Lampung; dan PLTP Lahendong Unit V di Minahasa, Sulawesi Utara; PLTP Karaha unit 1 di Jawa Barat, PLTP Lumut Balai 1 dan 2 di Sumatera Selatan, PLTP Hululais unit 1 Bengkulu dan PLTP Kerinci Unit 1 Jambi.
PLTP Ulubelu kapasitasnya 2x55 MW dan dibangun dengan biaya 524,26 juta dolar AS sedang investasi PLTP Lahendong yang berkapasitas 2x 20 MW sebanyak 262,07 juta dolar AS.
PLTP Karaha yang dibangun dengan investasi 187 juta dolar AS akan memiliki kapasitas 1x30 MW dan PLTP Lumut Balai yang investasinya 683,51 juta dolar AS akan berkapasitas 2x55 MW.
Sementara biaya pembangunan PLTP Hulu Lais yang berkapasitas 1x55 MW mencapai 248 juta dolar AS dan pembangunan PLTP Kerinci yang kapasitasnya 1x55 MW butuh investasi 116,17 juta dolar AS.
Selain meresmikan dimulainya pembangunan proyek-proyek tersebut, Presiden juga meresmikan awal operasi PLTP Kamojang Unit V yang dibangun dengan investasi 104,03 juta dolar AS dan berkapasitas 35 MW. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015