Samarinda (ANTARA Kaltim) - Asisten Deputi Koordinasi Media Massa Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Brigjen TNI Abdul Hafil Fuddin menitipkan pesan kepada Pengurus PWI Provinsi Kalimantan Timur agar wartawan setempat menulis pemberitaan yang berimbang.
"Saya tahu rekan-rekan wartawan paling mengerti bagaimana membuat berita yang benar dan tidak menimbulkan konflik. Saya hanya titip agar pengurus PWI selalu mengingatkan anggotanya agar turut menjaga kondusifitas daerah," katanya saat mengunjungi Kantor Sekretariat PWI Kaltim di Samarinda, Kamis.
Menurut ia, peran wartawan sangat besar dalam membentuk opini publik, sehingga wartawan harus menaati kode etik jurnaslitik, seperti menulis fakta yang terjadi, membuat berita yang berimbang, dan lainnya, agar tidak menimbulkan masalah.
Satu hal yang paling penting adalah jika ada konflik antar-etnis, wartawan hendaknya dapat turut meredam dengan tidak membesar-besarkan kejadian yang ada, tetapi sebaliknya harus mampu membuat pemberitaan yang mengarah pada perdamaian, persatuan dan kesatuan bangsa.
"Kaltim ini termasuk daerah yang rawan konflik karena hampir semua suku ada di sini. Tapi, saya bersyukur hingga kini Kaltim masih kondusif. Ini merupakan salah satu peran wartawan dalam melakukan pemberitaan yang bersifat mendidik, mencerdaskan, dan turut menjaga perdamaian," katanya.
Dalam pertemuan dengan Ketua PWI Kaltim Endro S Efendi dan sejumlah pengurus lainnya, Hafil juga banyak bertanya tentang sepak terjang wartawan di Kaltim, karena di hampir semua daerah ada yang benar-benar wartawan dan ada orang yang mengaku-ngaku sebagai wartawan.
Menurut Endro, di Kaltim memang masih ada orang yang mengaku-ngaku sebagai wartawan, tetapi hal itu jumlahnya tidak seberapa atau hanya sekitar belasan orang.
Dibanding kondisi sekitar 5-7 tahun lalu, kata Endro, jumlah orang yang mengaku sebagai wartawan di Kaltim mencapai ratusan orang, karena mereka bukan saja berasal dari Kaltim, tetapi juga datang dari provinsi lain.
"Kini jumlah mereka tidak banyak lagi, karena terseleksi oleh alam. Dulu memang banyak wartawan yang kerjanya hanya mencari celah pejabat dan meminta uang, tetapi cara-cara seperti itu sudah tidak mempan lagi, sehingga banyak orang yang dulu mengaku wartawan, kini mulai terkikis atau terseleksi oleh alam," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
"Saya tahu rekan-rekan wartawan paling mengerti bagaimana membuat berita yang benar dan tidak menimbulkan konflik. Saya hanya titip agar pengurus PWI selalu mengingatkan anggotanya agar turut menjaga kondusifitas daerah," katanya saat mengunjungi Kantor Sekretariat PWI Kaltim di Samarinda, Kamis.
Menurut ia, peran wartawan sangat besar dalam membentuk opini publik, sehingga wartawan harus menaati kode etik jurnaslitik, seperti menulis fakta yang terjadi, membuat berita yang berimbang, dan lainnya, agar tidak menimbulkan masalah.
Satu hal yang paling penting adalah jika ada konflik antar-etnis, wartawan hendaknya dapat turut meredam dengan tidak membesar-besarkan kejadian yang ada, tetapi sebaliknya harus mampu membuat pemberitaan yang mengarah pada perdamaian, persatuan dan kesatuan bangsa.
"Kaltim ini termasuk daerah yang rawan konflik karena hampir semua suku ada di sini. Tapi, saya bersyukur hingga kini Kaltim masih kondusif. Ini merupakan salah satu peran wartawan dalam melakukan pemberitaan yang bersifat mendidik, mencerdaskan, dan turut menjaga perdamaian," katanya.
Dalam pertemuan dengan Ketua PWI Kaltim Endro S Efendi dan sejumlah pengurus lainnya, Hafil juga banyak bertanya tentang sepak terjang wartawan di Kaltim, karena di hampir semua daerah ada yang benar-benar wartawan dan ada orang yang mengaku-ngaku sebagai wartawan.
Menurut Endro, di Kaltim memang masih ada orang yang mengaku-ngaku sebagai wartawan, tetapi hal itu jumlahnya tidak seberapa atau hanya sekitar belasan orang.
Dibanding kondisi sekitar 5-7 tahun lalu, kata Endro, jumlah orang yang mengaku sebagai wartawan di Kaltim mencapai ratusan orang, karena mereka bukan saja berasal dari Kaltim, tetapi juga datang dari provinsi lain.
"Kini jumlah mereka tidak banyak lagi, karena terseleksi oleh alam. Dulu memang banyak wartawan yang kerjanya hanya mencari celah pejabat dan meminta uang, tetapi cara-cara seperti itu sudah tidak mempan lagi, sehingga banyak orang yang dulu mengaku wartawan, kini mulai terkikis atau terseleksi oleh alam," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015