Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur melakukan upaya intervensi dalam penanganan kasus stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita yang disebabkan kekurangan gizi guna menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kaltim, Fit Nawati, di Samarinda, Sabtu, menjelaskan stunting bukan hanya disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pola asuh yang tidak tepat, stimulasi yang minim, dan sanitasi yang buruk.
“Bukan hanya gizi buruk yang menyebabkan stunting, tapi ada beberapa aspek lain yang berpengaruh, hal ini harus dijelaskan kepada masyarakat luas," katanya.
Lebih lanjut, dia menekankan pentingnya gizi seimbang dan stimulasi yang tepat dalam mencegah stunting. Seperti protein hewani, sayur, dan buah. Selain itu, stimulasi motorik dan sensorik juga perlu diberikan untuk mendukung perkembangan otak dan fisik anak.
Stunting, lanjutnya, bisa dipengaruhi oleh masalah kebersihan, sanitasi dan akses air bersih. Itu karena akses sanitasi dan kebersihan lingkungan yang tidak dijaga berpengaruh pada kesehatan ibu hamil sehingga tumbuh kembang anak menjadi terganggu.
"Kebersihan, sanitasi dan akses air bersih juga harus tetap dijaga untuk melindungi anak dari penyakit yang bisa mengganggu pertumbuhannya," sebut wanita yang akrab disapa Ipit ini.
Karenanya, ia menambahkan bahwa permasalahan stunting di Indonesia bukan menjadi tanggung jawab satu sektor saja, melainkan semua pihak termasuk dalam dalam pemerataan air bersih dan kebersihan lingkungan.
Stunting sendiri merupakan kondisi di mana anak mulai menunjukkan stagnansi atau penurunan pertumbuhan. Apabila tidak dilakukan intervensi, kondisi ini bisa berujung pada kondisi malnutrisi.
"Malnutrisi terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup nutrisi. Penyebabnya berupa pola makan yang buruk, kondisi pencernaan, atau penyakit lain," jelasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kaltim, Fit Nawati, di Samarinda, Sabtu, menjelaskan stunting bukan hanya disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pola asuh yang tidak tepat, stimulasi yang minim, dan sanitasi yang buruk.
“Bukan hanya gizi buruk yang menyebabkan stunting, tapi ada beberapa aspek lain yang berpengaruh, hal ini harus dijelaskan kepada masyarakat luas," katanya.
Lebih lanjut, dia menekankan pentingnya gizi seimbang dan stimulasi yang tepat dalam mencegah stunting. Seperti protein hewani, sayur, dan buah. Selain itu, stimulasi motorik dan sensorik juga perlu diberikan untuk mendukung perkembangan otak dan fisik anak.
Stunting, lanjutnya, bisa dipengaruhi oleh masalah kebersihan, sanitasi dan akses air bersih. Itu karena akses sanitasi dan kebersihan lingkungan yang tidak dijaga berpengaruh pada kesehatan ibu hamil sehingga tumbuh kembang anak menjadi terganggu.
"Kebersihan, sanitasi dan akses air bersih juga harus tetap dijaga untuk melindungi anak dari penyakit yang bisa mengganggu pertumbuhannya," sebut wanita yang akrab disapa Ipit ini.
Karenanya, ia menambahkan bahwa permasalahan stunting di Indonesia bukan menjadi tanggung jawab satu sektor saja, melainkan semua pihak termasuk dalam dalam pemerataan air bersih dan kebersihan lingkungan.
Stunting sendiri merupakan kondisi di mana anak mulai menunjukkan stagnansi atau penurunan pertumbuhan. Apabila tidak dilakukan intervensi, kondisi ini bisa berujung pada kondisi malnutrisi.
"Malnutrisi terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup nutrisi. Penyebabnya berupa pola makan yang buruk, kondisi pencernaan, atau penyakit lain," jelasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024