Transaksi nontunai menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami peningkatan signifikan dari Rp550 miliar menjadi Rp1,68 triliun.
"Nominal transaksi QRIS pada triwulan I tahun 2024 tercatat Rp1,68 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2023 yang tercatat Rp550 miliar," ujar Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Budi Widihartanto di Samarinda, Jumat.
Persentase sebesar itu diperoleh dari volume transaksi QRIS pada triwulan I - 2024 tercatat 10,66 juta transaksi, lebih tinggi jika dibandingkan dengan transaksi triwulan I - 2023 yang tercatat 3,66 juta transaksi.
Ia mengatakan, dilihat dari sisi jumlah, pengguna QRIS mengalami pertumbuhan 70,35 persen, yakni pada triwulan I - 2024 tercatat 744.469 pengguna, atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2023 yang tercatat 437.026 pengguna.
Sementara itu untuk jumlah merchant (toko) QRIS tumbuh 36,46 persen (yoy), yakni pada triwulan I tahun 2024 tercatat 501.456 unit, lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2023 yang tercatat 367.470 unit.
Ia juga mengatakan bahwa BI Kaltim terus menguatkan sinergi dengan berbagai pihak untuk memperluas akseptasi pembayaran nontunai, bahkan BI pusat pun terus memperluas penggunaan QRIS hingga mancanegara, bukan hanya Asia, tapi juga sejumlah negara di Eropa.
"Bank Indonesia berkomitmen terus bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait, baik pemerintah pusat, pemda, pelaku industri dan masyarakat guna memperluas akseptasi QRIS. Untuk penggunaan QRIS di luar negeri, saat ini yang tertinggi adalah di Thailand," kata Budi saat makan malam dengan sejumlah wartawan di Samarinda.
Akseptasi melalui QRIS diyakini terus berkembang karena akhir-akhir ini pembayaran nontunai terus meningkat, ditambah dengan pengembangan maupun inovasi fitur QRIS yang dilakukan secara berkelanjutan, termasuk perluasan kerja sama baik di dalam negeri maupun lintas negara.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024