Balikpapan (ANTARA Kaltim) -  Harga cabai di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur melonjak cukup tinggi mencapai Rp90.000 per kilogram dari sebelumnya hanya Rp15.000 hingga Rp20.000 per kg, karena pasokan berkurang hingga separuhnya.

"Tanaman cabai para petani abai di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan banyak mengalami kerusakan panen karena cuaca mengakibatkan pasokan berkurang," kata Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kelautan Balikpapan Chaidar Chairulsyah, di Balikpapan, Selasa.

Ia mengatakan, dari kedua provinsi itulah umumnya pasokan cabai untuk Balikpapan didatangkan. Petani di Balikpapan dan sekitarnya sendiri hanya mampu memasok 40 persen dari kebutuhan.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Balikpapan Dortje Marpaung mengatakan, ketergantungan pasokan cabai dari produsen di luar Balikpapan cukup tinggi, sehingga sulit menstabilkan harga di Balikpapan seperti sekarang.

"Kita tergantung pada produsen, juga pada pola distribusi. Kalau distribusi macet karena kapal tidak bisa sampai Balikpapan akan mengakibatkan harga akan naik," katanya.

Karena itu, kata dia, melinjaknya harga cabai selalu menjadi penyumbang inflasi cukup doinan di Kota Balikpapan.

Sebagai solusi, kata dia, Bank Indonesia Kantor Perwakilan Balikpapan sebagai bagian dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bahkan membuat gerakan menanam cabai untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada pasokan dari luar.

"Ada program Rumah Pangan Lestari. Melalui program itu warga didorong menanam sayur dan buah-buahan untuk kebutuhan rumah tangganya sendiri di rumah," kata Chaidar.

Melalui program itu, katanya, warga diajak memanfaatkan pekarangan untuk menanam cabai atau sayuran lain seperti tomat. Bagi yang tidak punya pekarangan luas, bisa menanam di dalam pot.

"Dengan ada tanaman cabai sendiri, setidaknya warga tidak harus ke pasar bila sedang memerlukan. Mungkin bisa mengurangi permintaan, dan bisa menekan harga juga," kata Chaidar. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014