Kementerian Sosial melalui Unit Pengelola Teknis (UPT) Sentra Budi Luhur Banjarbaru, memulangkan Faizin (34), seorang ayah bersama anaknya yang sempat terlantar di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), untuk dipulangkan ke Kalimantan Tengah (Kalteng).

"Pemulangan ayah bersama anaknya ini kami lakukan kemarin, dari Samarinda, Kaltim, menuju Kalteng, namun kami minta singgah ke Sentra Budi Luhur Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel)," ujar Kepala UPT Sentra Budi Luhur Banjarbaru Badriah dihubungi dari Samarinda, Jumat.

Mestinya, lanjut Badriah, perjalanan pemulangan dari Samarinda, Kaltim, langsung ke Desa Gunung Makmur, Kecamatan Antang Kalang, Kotawaringin Timur, Kalteng, namun karena ada anak di bawah umur, maka akan dilakukan pemeriksaan terlebih dulu di Sentra Budi Luhur terhadap kesehatan anak tersebut.

Selain memeriksa kondisi anak, pihaknya juga akan memberikan berbagai kebutuhan untuk anak tersebut seperti susu, vitamin, madu, pakaian, bahkan pihaknya juga akan membantu usaha ekonomis produktif bagi Faizin.

Sebelumnya, Faizin bersama anaknya ditampung di Rumah Singgah Terpadu Dinas Sosial Samarinda, kemudian Koordinator Rumah Singgah Terpadu Agus Setiawan menghubungi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim Peduli untuk membantu memulangkan Faizin dan anaknya ke Kalteng.

Bantuan dari PWI Kaltim diharapkan karena dari Dinas Sosial Samarinda tidak punya anggaran untuk itu. Kemudian masalah ini dihubungkan dengan UPT Budi Luhur Banjarbaru.

Menurut Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan PWI Kaltim yang juga pengurus PWI Kaltim Peduli Achmad Shahab, cerita Faizin dan anaknya terlantar hingga Kaltim ini cukup unik, yakni diawali dari Faizin membaca pengumuman di Facebook adanya lowongan kerja.

Di Facebook itu disebutkan bahwa sebuah perusahaan sawit di Kabupaten Kutai Barat, Kaltim, membutuhkan tenaga kerja dengan gaji lumayan besar, yakni mencapai Rp7 juta per bulan.

Ia kemudian menghubungi pemilik akun Facebook tersebut dan terjadi kesepakatan, sehingga kemudian ia meninggalkan Kalteng untuk berangkat ke Kutai Barat dan bekerja di salah satu perusahaan sawit selama dua bulan, kemudian ke luar dari perkebunan itu karena gaji yang diterima tidak sesuai janji.

Menurut Faizin, saat bekerja di perkebunan kelapa sawit di Kutai Barat, anaknya dititipkan di Taman Pendidikan Quran (TPQ) di mess perusahaan.

"Selama dua bulan saya bekerja hanya dibayar Rp700 ribu, itu pun habis untuk membayar kas bon di kantin, akhirnya saya memutuskan ke luar dari perkebunan dengan menumpang truk yang saya sendiri tidak paham arahnya ke mana, sampai kemudian terlantar di Samarinda, kemudian ditampung di rumah singgah," ujar Faizin.

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022