Samarinda (ANTARA Kaltim) - Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur terus berupaya memberikan perlindungan terhadap sapi maupun kerbau di wilayah Kaltim dan Kalimantan Utara dari ancaman penularan penyakit mulut dan kuku (PMK), khususnya di wilayah perbatasan dengan Malaysia.

"Provinsi Kaltim dan Kaltara (Kalimantan Utara) merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia yang rawan masuknya daging ilegal, daging-daging tersebut bisa saja mengandung sejumlah penyakit menular pada ternak, terutama PMK yang ditakuti dunia," ujar Kepala Dinas Peternakan Kalimantan Timur (Kaltim) Dadang Sudarya di Samarinda, Kamis.

Sikap tersebut perlu terus digalakkan oleh Dinas Peternakan Kaltim dan Dinas Peternakan di kabupaten maupun kota, pasalnya beberapa tahun lalu banyak daging ilegal dari India dan Australia yang masuk ke Kaltim melalui Malaysia.

Daging-daging yang masuk beberapa tahun lalu tersebut kemudian dimusnahkan setelah bekeerjasama dengan pemangku kepentingan lain, yakni secara bersama-sama menjaga kebersihan dan kesehatan daging karena dicurigai mengandung sejumlah virus dan bakteri penyebar penyakit.

Beberapa penyakit yang dicurigai masuk melalui daging ilegal saat itu antara lain PMK dan antrax.

Dua penyakit ini selain bisa merusaka pengembangan peternakan juga bisa menular pada manusia, terutama antrax yang gejalanya diawali dengan panas tinggi dan bisa menyebabkan kematian.

Dia mengatakan bahwa 118.705 sapi maupun kerbau yang tersebar di Kaltim dan Kalimantan Utara (Kaltara) itu terdiri dari 108.648 ekor sapi, kemudian sisanya yang berjumlah 10.057 ekor merupakan kerbau yang tersebar di dua provinsi itu.

Kaltim dan Kaltara, lanjutnya, berdasarkan analisis yang telah dilakukan, mampu menampung ruminansia besar dan kecil sebanyak 2.683.324 satuan ternak. Ini berarti dua kawasan itu mampu menampung sebanyak 3.526.621 ekor sapi.

Potensi yang sangat besar dan strategis itu, harus dapat diwujudkan melalui program dan kegiatan yang melibatkan semua pemangku kepentingan, terutama tiga kalangan yang berperan langsung, yakni akademisi, pengusaha, dan pemerintah.

Dalam upaya mewujudkan peningkatan populasi sapi dan kerbau guna menuju swasembada daging itu, maka hal lain yang dapat merusak cita-cita pemerintah itu harus diantisipasi, seperti mencegah jangan sampai masuk virus PMK dan antrax. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013