Kembangkan potensi urban farming di lingkungan tempat tinggal, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) bekali masyarakat pemukiman atas air Selambai Kelurahan Loktuan Bontang Utara, teknik budidaya pertanian dengan metode vertikultur.
Kegiatan diikuti 30 peserta dari masyarakat, pemuda dan kader posyandu Selambai, Selasa (6/9/2022).
AVP Pembangunan Ekonomi TJSL Pupuk Kaltim Irma Safni, mengungkapkan kegiatan ini sebagai kesinambungan upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk menggiatkan urban farming, sekaligus langkah awal dalam memulai budaya pangan mandiri untuk kecukupan gizi keluarga oleh masyarakat.
Implementasi urban farming akan didampingi langsung Pupuk Kaltim, menggunakan produk kitosan cair hasil produksi Kelompok Cangkang Salona Selambai, yang telah dibina perusahaan untuk menggali potensi ekonomi dari limbah cangkang rajungan.
"Saat ini kitosan cair telah melalui uji efektivitas oleh Universitas Mulawarman Samarinda, dengan produktivitas dan peningkatan hasil yang signifikan. Jadi dengan kitosan cair ini, ditarget hasil budidaya mandiri masyarakat untuk metode vertikultur dapat turut produktif," ujar Irma.
Dari bekal pelatihan yang diberikan, optimalisasi potensi pertanian untuk mendorong pemenuhan pangan secara mandiri oleh masyarakat, dapat terimplementasi dengan baik di Selambai.
Sehingga kecukupan gizi melalui makanan sehat bagi keluarga mampu terpenuhi dari metode vertikultur yang nantinya dilakukan.
Hal ini pun sebagai wujud dukungan Pupuk Kaltim terhadap program Pemkot Bontang, utamanya dalam mendorong kemandirian pangan bagi masyarakat melalui potensi yang bisa digali dan dikembangkan pada berbagai metode pertanian secara intensif.
"Semoga ke depan urban farming ini bisa terus dikembangkan, baik di Selambai maupun Kota Bontang dalam mendorong kemandirian pangan dan kecukupan gizi melalui makanan sehat bagi keluarga," tambah Irma.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Perikanan dan Pertanian (DKP3) Bontang Edy Forestwanto, mengapresiasi kesinambungan upaya Pupuk Kaltim dalam mendorong potensi pertanian di masyarakat melalui urban farming, yang dinilai sebagai salah satu upaya yang bisa digiatkan untuk pengembangan dan penguatan ketahanan pangan di Kota Bontang.
Hal ini mengingat terbatasnya kawasan untuk lahan pertanian, sehingga butuh inovasi pengembangan potensi secara mandiri oleh masyarakat dengan pemanfaatan lingkungan tempat tinggal secara efisien dalam mendukung terpenuhinya kebutuhan pangan keluarga.
"Ini merupakan salah satu program prioritas Pemkot Bontang, dimana urban farming diharap secara perlahan dapat membantu pemenuhan kebutuhan pangan di masyarakat, karena banyak bahan pokok yang bisa ditanam secara mandiri," kata Edy.
Dirinya menyambut positif pengembangan pembinaan Pupuk Kaltim untuk pemanfaatan limbah cangkang rajungan yang diolah menjadi kitosan, sebagai salah satu peluang ekonomi bagi masyarakat pesisir khususnya Selambai.
Hal ini mengingat fungsi kitosan sebagai stimulus tanaman sangat dibutuhkan untuk optimalisasi sektor pertanian masyarakat, sehingga didorong dapat terus berkembang sebagai usaha mandiri kelompok binaan Pupuk Kaltim.
"Pemkot Bontang sangat menyambut baik pengembangan potensi kitosan cair oleh kelompok binaan Pupuk Kaltim, karena ini berpotensi dikembangkan untuk penguatan ekonomi masyarakat agar mampu mandiri dari sektor usaha yang dikelola," lanjut Edy.
Edy Forestwanto pun mendorong gagasan urban farming dengan metode vertikultur dijalankan optimal oleh masyarakat, agar ke depan dapat berkembang menjadi area percontohan secara terintegrasi di seluruh RT Selambai maupun Kelurahan Loktuan pada umumnya.
Dari upaya tersebut, pemanfaatan kitosan yang diproduksi mandiri oleh kelompok binaan Cangkang Salona, pun diharap makin memberikan nilai tambah lebih luas dan signifikan karena penggunaan yang kian masif dalam mendorong produktivitas tanaman.
"Kami harap ke depan ada demplot atau pengembangan metode lain mendorong urban farming di masyarakat, sehingga potensi pertanian budidaya mandiri bisa terus ditingkatkan di Bontang. Kami siap mendukung kesinambungan program ini bersama Pupuk Kaltim," pungkas Edy Forestwanto.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022
Kegiatan diikuti 30 peserta dari masyarakat, pemuda dan kader posyandu Selambai, Selasa (6/9/2022).
AVP Pembangunan Ekonomi TJSL Pupuk Kaltim Irma Safni, mengungkapkan kegiatan ini sebagai kesinambungan upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk menggiatkan urban farming, sekaligus langkah awal dalam memulai budaya pangan mandiri untuk kecukupan gizi keluarga oleh masyarakat.
Implementasi urban farming akan didampingi langsung Pupuk Kaltim, menggunakan produk kitosan cair hasil produksi Kelompok Cangkang Salona Selambai, yang telah dibina perusahaan untuk menggali potensi ekonomi dari limbah cangkang rajungan.
"Saat ini kitosan cair telah melalui uji efektivitas oleh Universitas Mulawarman Samarinda, dengan produktivitas dan peningkatan hasil yang signifikan. Jadi dengan kitosan cair ini, ditarget hasil budidaya mandiri masyarakat untuk metode vertikultur dapat turut produktif," ujar Irma.
Dari bekal pelatihan yang diberikan, optimalisasi potensi pertanian untuk mendorong pemenuhan pangan secara mandiri oleh masyarakat, dapat terimplementasi dengan baik di Selambai.
Sehingga kecukupan gizi melalui makanan sehat bagi keluarga mampu terpenuhi dari metode vertikultur yang nantinya dilakukan.
Hal ini pun sebagai wujud dukungan Pupuk Kaltim terhadap program Pemkot Bontang, utamanya dalam mendorong kemandirian pangan bagi masyarakat melalui potensi yang bisa digali dan dikembangkan pada berbagai metode pertanian secara intensif.
"Semoga ke depan urban farming ini bisa terus dikembangkan, baik di Selambai maupun Kota Bontang dalam mendorong kemandirian pangan dan kecukupan gizi melalui makanan sehat bagi keluarga," tambah Irma.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Perikanan dan Pertanian (DKP3) Bontang Edy Forestwanto, mengapresiasi kesinambungan upaya Pupuk Kaltim dalam mendorong potensi pertanian di masyarakat melalui urban farming, yang dinilai sebagai salah satu upaya yang bisa digiatkan untuk pengembangan dan penguatan ketahanan pangan di Kota Bontang.
Hal ini mengingat terbatasnya kawasan untuk lahan pertanian, sehingga butuh inovasi pengembangan potensi secara mandiri oleh masyarakat dengan pemanfaatan lingkungan tempat tinggal secara efisien dalam mendukung terpenuhinya kebutuhan pangan keluarga.
"Ini merupakan salah satu program prioritas Pemkot Bontang, dimana urban farming diharap secara perlahan dapat membantu pemenuhan kebutuhan pangan di masyarakat, karena banyak bahan pokok yang bisa ditanam secara mandiri," kata Edy.
Dirinya menyambut positif pengembangan pembinaan Pupuk Kaltim untuk pemanfaatan limbah cangkang rajungan yang diolah menjadi kitosan, sebagai salah satu peluang ekonomi bagi masyarakat pesisir khususnya Selambai.
Hal ini mengingat fungsi kitosan sebagai stimulus tanaman sangat dibutuhkan untuk optimalisasi sektor pertanian masyarakat, sehingga didorong dapat terus berkembang sebagai usaha mandiri kelompok binaan Pupuk Kaltim.
"Pemkot Bontang sangat menyambut baik pengembangan potensi kitosan cair oleh kelompok binaan Pupuk Kaltim, karena ini berpotensi dikembangkan untuk penguatan ekonomi masyarakat agar mampu mandiri dari sektor usaha yang dikelola," lanjut Edy.
Edy Forestwanto pun mendorong gagasan urban farming dengan metode vertikultur dijalankan optimal oleh masyarakat, agar ke depan dapat berkembang menjadi area percontohan secara terintegrasi di seluruh RT Selambai maupun Kelurahan Loktuan pada umumnya.
Dari upaya tersebut, pemanfaatan kitosan yang diproduksi mandiri oleh kelompok binaan Cangkang Salona, pun diharap makin memberikan nilai tambah lebih luas dan signifikan karena penggunaan yang kian masif dalam mendorong produktivitas tanaman.
"Kami harap ke depan ada demplot atau pengembangan metode lain mendorong urban farming di masyarakat, sehingga potensi pertanian budidaya mandiri bisa terus ditingkatkan di Bontang. Kami siap mendukung kesinambungan program ini bersama Pupuk Kaltim," pungkas Edy Forestwanto.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022