Rindoni, pemilik kebun kopi yang kawasannya diberi label "Kampung Kopi Luwak" di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim, mengaku sedang mengurus izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), karena banyaknya konsumen yang memesan kopinya. 


"Awalnya tidak terpikir untuk mengurus PIRT karena hanya ingin menjual kopi mentah, tapi karena banyaknya peminat yang ingin membeli kopi olahan dalam bentuk bubuk, jadi sekarang mulai mengurus PIRT," ujar Rindoni ditemui di kebun kopinya, Kamis. 

Kebun yang terletak di Jalan protokol Samarinda - Bontang, tepatnya di Desa Prangat Baru, Kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara ini didesain mirip objek wisata, bahkan di bagian depan yang menjadi tempat tinggalnya juga ada ruang luas yang kerap dijadikan pertemuan. 

Ruang luas ini juga berfungsi sebagai ruang tamu, bahkan jika ada sosialisi yang melibatkan petani maupun kelompok tani juga kerap digelar di ruang ini.

Di samping ruang luas ini terdapat warung makan dan warung sembako. Di ruang pertemuan hingga gazebo di perkebunan kopi juga dijadikan lokasi pembelajaran tentang perkebunan kopi, sehingga wajar ia kemudian menyebut lokasi itu sebagai kampung. 

Meski harga bubuk kopi luwak yang dipatok tergolong tinggi,namun jumlah peminatnya selalu ada, tapi ia tidak mau menyebut berapa kilogram atau berapa ons bubuk kopi yang terjual per hari atau per pekan, yang jelas pembeli selalu ada. 

Ia menjual bubuk kopi luwak olahannya seharga Rp210 ribu per kemasan yang berisi 50 gram. Ini berarti per gram seharga Rp4.200 atau mencapai Rp4,2 juta per kilogram.

"Jenis kopi yang saya kembangkan adalah liberika. Total lahan yang ada mencapai 9 ha dari jumlah ini baru 2 ha yang saya tanami liberika sedangkan yang 7 ha lagi masih dalam pengembangan yang saat ini menunggu proses pembibitan," ucap Rindoni. 

Sementara Kabid Perkebunan Berkelanjutan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Asmirilda, mengaku salut dengan kinerja Rindoni yang mengelola perkebunan secara berkelanjutan dan secara lestari, sehingga pihaknya terus mendukung. 

"Saya juga pernah membeli bubuk kopi luwak olahan Pak Rindoni. Saya juga telah merasakan kopi luwak racikan beliau, rasanya memang mantap," katanya. 

Ia bahkan telah memfasilitasi pembentukan Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) Kampung Kopi Luwak di lokasi itu, sehingga keberadaan KTPA diharapkan mampu mengurangi emisi gas rumah kaca seiring tidak adanya pembakaran lahan hingga penanganan saat terjadi kebakaran lahan.

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022