Agus Priyono, seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara, dalam beberapa tahun terakhir melakukan okulasi dan menjual hasil okulasi berbagai jenis durian rata-rata 30.000 bibit per tahun.


"Pembibitan melalui okulasi ini merupakan contoh bagi petani di wilayah binaan, supaya masyarakat mengetahui bahwa kami tidak sekadar memberikan penyuluhan, tapi juga ada bukti dan bisa memberikan keuntungan tiap usaha yang diseriusi," ujar Agus di Loa Janan, Jumat.

Ia melakukan pembibitan melalui okulasi ini dikerjakan di atas lahan seluas 4.500 meter dengan bibit yang dimasukkan dalam polibag sebanyak 30.000 per tahun dan rata-rata bibit tersebut terjual.

Untuk pemasaran, katanya, 60 persen mengandalkan proyek pembibitan dari pemerintah, sedangkan sisanya yang 40 persen dijual eceran.

Namun di saat ramai pembelian bibit justru terbalik, yakni lebih banyak yang laku dari eceran ketimbang proyek dari pemerintah,yakni sebelum pandemi COVID-19.

Selama pandemi COVID-19 dalam dua tahun terakhir, lanjutnya, yang ia andalkan adalah proyek pemerintah karena pembelian yang dari eceran sepi, namun dalam beberapa bulan ini mulai kembali banyak pembeli.

Sebelum pandemi, katanya, untuk biaya operasional, membayar upah pekerja dan perawat bibit cukup diambilkan dari keuntungan penjualan pemerintah, sedangkan keuntungan dari penjualan dari proyek pemerintah ditabung.

Dalam setahun, lanjut dia, rata-rata pendapatan kotor antara Rp700-800 juta dari hasil penjualan sekitar 30.000 bibit durian yang ia okulasi dengan harga bibit antara Rp25.000 hingga Rp100 ribu, tergantung varietas bibitnya.

"Bibit durian yang saya jual paling murah di sini adalah durian montong dengan harga Rp25.000 per polibag, sedangkan yang paling mahal adalah varietas serombut dengan harga Rp100.000 per polibag," ujar Agus.(Adv/Diskominfo Kaltim)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022