Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pemprov Kaltim melalui instansi terkait terus mengembangkan peternakan sapi di lahan eks tambang batu bara dengan tujuan agar mampu mencapai swasembada daging pada 2014.

"Banyak kawasan di Kaltim yang merupakan lahan eks tambang yang sudah subur ditumbuhi rumput, karena itu dimanfaatkan untuk pengembangan ternak sapi ketimbang lahannya menganggur," ujar Plt Kepala Dinas Peternakan Kaltim Dadang Sudarya di Samarinda, Kamis.

Di antara daerah yang paling banyak lahan eks tambang batu bara adalah di Kabupaten Kutai Kartanegara, sehingga sejak 2011 pihaknya memberikan bantuan sapi di kabupaten itu, termasuk pada 2013 ini terdapat tiga kelompok ternak yang mendapat bantuan 150 ekor sapi.

Sesuai dengan program pembangunan peternakan khususnya ternak sapi, maka Pemprov Kaltim melalui Dinas Peternakan melakukan kebijakan pengembangan peternakan berbasis kluster atau kawasan.

Tipologi pembangunan berbasis kluster terbagi beberapa kegiatan, di antaranya pengembangan peternakan melalui kawasan pengembalaan atau ekstensif (sistem pembudidayaan ternak) maupun semi intensif, yakni pemanfaatan kawasan eks tambang.

Program pengembangan ternak sapi melalui pemanfaatan eks tambang batu bara telah dilakukan pemerintah dengan dukungan perusahaan, selaku pemilik lahan dengan memberdayakan masyarakat sekitar.

Caranya adalah perusahaan memberikan izin atau kesempatan bagi masyarakat setempat yang merupakan kelompok tani ternak, yakni untuk menggembalakan ternaknya di kawasan eks tambang.

Di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara misalnya, memiliki 18 desa yang terdapat 37 kelompok tani ternak, sehingga setiap desa sudah memiliki kelompok tani yang menggunakan pola pemanfaatan lahan eks tambang.

Mereka menggembalakan sapi-sapinya di sekitar desa tersebut yang memiliki lahan eks tambang. Saat ini populasi sapi di kawasan itu mencapai lebih dari 1.300 ekor.

Sejak dikembangkan pemanfaatan lahan eks tambang pada 2006, hingga saat ini populasi ternak yang dilakukan kelompok tani ternak di beberapa desa di kecamatan ini mencapai ribuan ekor.

Diakuinya, permasalahan yang sering terjadi di kawasan itu adalah serangan penyakit cacingan atau serangan kutu babi, tetapi hama tersebut dapat diatasi secara intensif.  (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013