Tenggarong (ANTARA News Kaltim) - Makan di rumah atau di restoran bersama keluarga atau rekan-rekan, itu sudah biasa. Tapi bagaimana dengan makan di atas jalan raya sepanjang kurang lebih 1 km, bersama ribuan warga, pejabat pemerintahan dan kerabat Kesultanan? Terlebih, kuliner yang tersedia adalah makanan khas suatu daerah.
Suasana semacam ini hanya bisa ditemukan di Kota Raja Tenggarong yang merupakan ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) pada Pesta Adat, Seni dan Budaya Erau yang merupakan agenda tahunan pariwisata nasional yang digelar saban Juli.
Pada Rabu (4/7), dua baris kain putih dibentangkan di atas aspal sepanjang jalan P. Diponegoro Tenggarong. Kurang lebih satu kilo meter panjangya, yaitu dari depan pasar seni sampai gunung pedidik atau melewati halaman Museum Mulawarman.
Beberapa kelompok orang berpakaian adat Kutai lengkap dengan ikat kepala dan sarung melilit di pinggang tampak sibuk menata berbagai macama kuliner khas kutai diatas kain putih tersebut. Kuliner tersebut
merupakan partisipasi berbagai Satuan Kerja perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemkab Kukar.
Kuliner khas Kutai itu diantaranya Gence ruan, nasi kuning, nasi kebuli dan berbagai kudapan lainnya yaitu serabai, putu labu, basong, bebongkok, nasi pundut dan masih banyak lagi yang lainnya sudah
selesai tersusun sekitar pukul 08.00 Wita.
Ribuan warga tumpah ruah bahkan ada yang membawa serta seluruh keluarganya untuk ikut dalam kemeriahan makan bersama yang dalam bahsa kutai disebut dengan Beseprah.
HAPM Haryanto Bachroel yang juga menteri Sekretaris Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura mengatakan bahwa Beseprah yaitu cara makan dengan duduk bersila, makan dengan tangan kanan, dilakukan secara bersama dan berhadap-hadapan. Cara makan seperti ini dilakukan dalam sebuah keluarga atau kampong di Kutai.
Sementara itu Bupati Kukar Rita Widyasari dalam sambutannya sebelum membuka acara itu yang ditandai dengan membunyikan Kentongan, mengatakan bahwa makan Beseprah merupakan tradisi cara makan Kutai dengan menjunjung adab dan rasa kebersamaan.
Rita menambahkan bahwa sejak jaman dulu Sultan Kutai terkenal merakyat, yaitu melihat langsung keadaan rakyatnya dan kadang kerap diakhiri dengan duduk makan bersama atau Beseprah.
"Jadi, selain memelihara tradisi juga untuk mempererat silaturahmi dan meleburkan strata dalam sebuah kebersamaan," ujarnya dihadapan ribuan masyarakat, Kerabat kesultanan Kutai Kartanegra Ing Martadipura dan jajaran pemerintah Kabupaten Kukar yang saling duduk berhadap-hadapan dengan berbagai kulier khas kutai yang tersedia di tengah-tengah mereka.
Sebelum santap bersama, acara Beseprah diawali dengan Do`a Selamat Tolak Bala yang dipimpin oleh tokoh agama di Kukar yang diamini oleh ribuan orang yang hadir pada acara tersebut.
Tepat pukul 09.00 wita Kentongan pun dipukul oleh Rita, berbagai masakan yang terseguh langsung disantap bersama hingga habis. Tampak senyum ceria para warga menghiasi makan Besaprah ini. (*)
Nikmatnya "Beseprah", Makan Bersama Ala Kutai
Rabu, 4 Juli 2012 16:29 WIB