Jakarta (ANTARA) - Kamis dini hari, tepatnya sekitar pukul 03.50 WIB Indonesia dikejutkan dengan berpulangnya salah satu sosok ekonom kenamaan, Faisal Basri.
Sosok yang tak segan menyampaikan masukan kritis bagi pemerintah ini meninggal dunia di Rumah Sakit Mayapada Kuningan, Jakarta.
Faisal yang dikenal memiliki pandangan luas mengenai perkembangan politik dan perekonomian Indonesia ini merupakan alumni Universitas Indonesia (UI). Sebagaimana dikutip dari laman LPEM FEB UI, Faisal meraih gelar sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada 1985 serta gelar Master of Arts bidang ekonomi di Vanderbilt University, Nashville, Tennesse, Amerika Serikat pada 1988.
Keponakan dari mendiang mantan Wakil Presiden RI Adam Malik ini memulai karir sebagai pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEB UI) untuk mata kuliah Ekonomi Politik, Ekonomi Internasional, Ekonomi Pembangunan, dan Sejarah Pemikiran Ekonomi.
Faisal juga merupakan pengajar pada Program Magister Akuntansi (Maksi), Program Magister Manajemen (MM), Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan (MPKP), dan Program Pascasarjana Universitas Indonesia (1988-sekarang).
Dalam karir akademisnya, Faisal pernah menjadi Ketua Jurusan ESP (Ekonomi dan Studi Pembangunan) FEBUI (1995-1998), dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Jakarta (1999-2003).
Sementara di bidang pemerintahan, Faisal Basri pernah mengemban amanah sebagai anggota Tim “Perkembangan Perekonomian Dunia” pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN (1985-1987) dan anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden RI (2000).
Sosok yang juga menjadi salah satu aktor dibalik berdirinya lembaga riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) ini lahir di Bandung pada 6 November 1959. Ia menutup mata pada usia 65 tahun.
Faisal Basri bersama Didik J Rachbini, Fadhil Hasan, Didin Damanhuri, dan Nawir Messi terlibat dalam membangun Indef yang merupakan institusi bereputasi kritis dan progresif dalam menilai kebijakan ekonomi Indonesia.
Faisal juga tercacat sebagai salah satu pendiri Indonesia Corruption Watch (ICW), dan kerap berbicara lantang tentang pentingnya memberantas korupsi di Indonesia, terutama di sektor ekonomi dan pemerintahan.
Ia sempat mengingatkan pemerintah saat ini bahwa tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kualitas manusia bukan berapa kilometer jalan yang dibangun.
“Pembangunan itu kan ujung-ujungnya adalah meningkatkan kualitas manusia, bukan berapa kilometer jalan yang dibangun, tapi manusianya itu berkualitas (atau) tidak,” katanya dalam Diskusi Publik: Tanggapan Atas Debat Kelima Pilpres (5/2).
Pesan terakhir
Hujan rintik mengiringi para pelayat yang datang sekitar pukul 14.00 WIB ke rumah duka yang beralamatkan di Kompleks Gudang Peluru Blok A 60, Tebet, Jakarta Selatan. Berdasarkan informasi, jenazah almarhum Faisal diantarkan ke tempat peristirahatan terakhir di TMP Menteng Pulo.
Sejumlah pejabat pemerintahan pun nampak menyampaikan pesan mendalam bagi Faisal Basri.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun nampak menyampaikan hormat terakhirnya dan menyebut sejumlah masukan dari almarhum dalam program pemerintah sebagai pelajaran yang akan menjadi PR untuk ditindaklanjuti.
Meski beberapa kali berbeda pandangan, secara pribadi Luhut menyampaikan apresiasi kepada Faisal sebagai sosok yang berdedikasi dan penuh integritas.
“Keberanian dan kejujurannya dalam berargumen menunjukkan karakter kuatnya sebagai seorang intelektual,” ujar Luhut.
Ucapan duka turut disampaikan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang menilai sosok Faisal sebagai pemberi solusi bagi ekonomi bangsa termasuk bidang pertanian.
Dengan jelas ia mengenang kritik tajam almarhum terhadap sektor pertanian selama kurang lebih 10 tahun terakhir sehingga menjaga Kementan tidak melenceng dari hukum dan memenuhi harapan rakyat.
“Kritik beliau selama ini yang menjaga Kementan tidak melenceng dari hukum dan memenuhi harapan rakyat,” ujarnya.
Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel pun turut mengenang kebersamaan dengan Faisal Basri.
"Beliau (Faisal Basri) banyak memberi masukan kepada saya mengenai ekonomi makro, juga masalah ekonomi mikro. Kami banyak diskusi tentang itu," katanya kepada ANTARA.
Apalagi ketika ia menjadi Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia pada awal 2000-an, Faisal Basri banyak membantunya dalam menyusun Roadmap Industri 2010 dan Visi 2030.
"Ketika itu banyak pengusaha Indonesia pesimis tentang masa depan industri, namun kami berusaha membangkitkan semangat lewat Roadmap Kadin yang menjadi masukan kepada pemerintah tentang pengembangan industri," katanya.
Demikian pula ketika ia menjadi Wakil Ketua DPR RI, Faisal Basri menjadi tempat diskusi masalah keadaan ekonomi makro dan mikro Indonesia dan dunia.
"Orangnya saklek, kritis, dan tidak aji mumpung," pungkasnya.
Kenangan mendalam bersama sang sahabat juga diungkapkan oleh ekonomi senior Indef Didik J Rachbini yang mengatakan almarhum Faisal Basri sebagai sosok idealis dan berintegritas yang memperjuangkan nilai-nilai demokrasi, transparansi, akuntabilitas serta keadilan di dunia ekonomi dan politik Indonesia.
"Kita kehilangan Faisal Basri, ekonom pendiri Indef sudah dikenal luas, sosok yang idealis dan sangat berintegritas. Faisal sering dipandang sebagai sosok yang idealis, dengan prinsip yang kuat mengenai bagaimana ekonomi dan politik harus dikelola demi kepentingan publik," kata Didik.
Meskipun tidak menduduki jabatan formal di partai atau pemerintahan, kiprah Faisal baik sebagai akademisi maupun aktivis ekonomi-politik telah memberikan dampak besar dalam mendorong reformasi dan perbaikan kebijakan dan demokrasi secara luas di Indonesia
"Pandangan Faisal dengan saya tidak berbeda, kesamaan pandangan dalam hal kemandirian analisis ekonomi dan keinginan mendorong reformasi ekonomi yang lebih adil dan pro-rakyat. Tetapi Faisal lebih berani, gamblang dan terus terang," tuturnya.
Dengan sahabat ekonom lainnya di Indef seperti Didin Damanhuri, Faisal sama-sama mengedepankan prinsip-prinsip ekonomi yang berkelanjutan dan adil, serta berbagi visi dalam hal reformasi kebijakan ekonomi yang berpihak pada kesejahteraan masyarakat bawah.
Faisal sering menunjukkan sikap independen, tegas dan berani dalam analisisnya dan tidak terikat dengan kepentingan partai politik tertentu.
"Yang lebih mengesankan lagi dari pribadi Faisal Basri adalah independen dan anti-korupsi. Tidak ada yang bisa mempengaruhi pandangan dan ketegasan dalam pemikirannya. Selalu kritis terhadap kebijakan pemerintah dan tidak segan untuk menyuarakan pendapat yang berbeda, meskipun itu tidak populer," ucapnya.
Selamat jalan ekonom senior, kiranya masukan positif yang telah disampaikan menjadi pemantik kebangkitan ekonomi bangsa.
Mengenang Faisal Basri, sang ekonom senior pendiri Indef
Oleh Sinta Ambarwati Jumat, 6 September 2024 8:02 WIB