Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Identifikasi jasad korban pesawat PA-31 Piper Navajo Chief Tain yang ditemukan hancur di Gunung Mayang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, dilakukan melalui tes DNA.

"Sebenarnya, identifikasi perbandingan data keluarga yang diambil dari keluarga melalui ante mortem kemudian dicocokkan dengan jasad korban di pos mortem sudah bisa diketahui namun karena kondisi jasad yang sudah rusak sehingga untuk memastikan agar lebih menyakinkan akan dilakukan uji DNA," ungkap Ketua Tim DVI (disasster victim identification) Pesawat Jatuh, Komisaris Besar Pol dr Budi Heryadi, Selasa.

Semua sampel yang akan dijadikan bahan uji DNA itu kata Budi Heryadi, sudah lengkap termasuk pengambilan sampel darah anak dari General Manager Elliot Geophysics International, Peter John Elliott,

"Semua kelengkapan untuk uji sampel tes DNA sudah lengkap termasuk anak salah satu korban berkewarganegaraan Australia," kata Budi Heryadi.

Saat ini lanjut dia, proses identifikasi melalui tes DNA sudah dilakukan.

"Uji DNA saat ini sudah dilakukan di Jakarta dan kami berharap empat hingga 10 hari kedepan sudah selesai," ungkap Budi Heryadi yang juga Kabid Dokkes Polda Kaltim.

Saat ini lanjut Budi Heryadi, keempat jenazah korban pesawat PA-31 Piper Navajo Chief Tain masih berada di ruang pendingin kamar mayat RSUD AW Sjahranie Samarinda.

"Hanya sampel bagian tubuh tertentu saja yang dikirim ke Jakarta untuk kepentingan uji DNA sementara jasad keempat korban masih disimpan di Kamar Mayat RSUD AW Sjahranie Samarinda," kata Budi Heryadi.

Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomor registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International itu, sedang melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat (24/8) pagi sekitar pukul 08.04 Wita.

Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang, yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, diketahui lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat pagi sekitar pukul 07.51 Wita, dan dipastikan hilang pada Jumat siang sekitar pukul 13.51 Wita.

Pesawat buatan Amerika tahun 1978 itu akhirnya ditemukan dalam kondisi hancur dan terbakar di lereng Gunung Mayang, Kabupaten Kutai Timur, pada Minggu (26/8) sekitar pukul 17.25 Wita.

Tiga penumpang dan pilot pesawat itu tewas dan mayatnya langsung dievakuasi ke RSUD AW Sjahranie Samarinda pada Senin dinihari sekitar pukul 02.55 WITA untuk proses identifikasi.  (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012