Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Tommy Kaihatu menyebut, kabar penemuan kombinasi obat COVID-19 oleh Universitas Airlangga (Unair) mendorong ekonomi nasional mulai bergairah, karena mampu membangkitkan psikologi pasar.
"Terlebih saat ini Unair, BIN dan BNPB telah menemukan obat COVID-19. Dan itu, secara psikologi pasar menjadi bergairah," kata Tommy yang di Kadin Jatim menjabat Bidang Perdagangan Internasional dan Promosi Luar Negeri, Rabu.
Ia mengakui, struktur ekonomi nasional selama pandemi COVID-19 masih lebih baik dibanding beberapa negara yang mengalami hal serupa, hal ini karena gotong royong atau keguyuban masyarakat yang terjalin selama berlangsungnya kasus tersebut.
"Struktur ekonomi Indonesia sebenarnya tidak terlalu terguncang. Ini terlihat dari kian menguatnya rupiah di pasar global. Keguyuban kita lah yang menjadikan ekonomi kita tetap stabil," katanya.
Ia mengakui, di saat negara lain mengalami kontraksi pertumbuhan di kuartal pertama 2020, ekonomi Indonesia ternyata masih mampu tumbuh walaupun hanya sekitar 2,97 persen dan Jatim tumbuh sebesar 3 persen.
"Donasi yang dilakukan hampir oleh seluruh lapisan masyarakat. Guyub, kekeluargaan dan gotong royong menjadi kunci stabilnya ekonomi. Inilah hebatnya Indonesia" katanya.
Dengan kembali dibukanya aktivitas ekonomi sedikit demi sedikit melalui skema kenormalan baru, dia optimistis ekonomi Indonesia, khususnya Jatim di Semester II/2020 bakal mampu tumbuh sebesar 3 persen hingga 3,5 persen.
"Kendati mengalami penurunan dibanding tahun lalu, saya masih melihat optimisme pasar dalam negeri. Bahkan jika dibandingkan dengan negara lain, kondisi ekonomi Indonesia, termasuk Jatim masih jauh lebih baik," katanya.
Namun demikian, ia meminta masyarakat atau pelaku ekonomi tidak terlena, dan harus tetap waspada sebab kondisi fluktuatif atau naik turun ekonomi bisa saja terjadi.
"Oleh karena itu, lebih baik mencegah dari pada mengobati. Tetapi intinya, ada harapan lagi bisa bekerja normal," katanya.
Sementara itu, Tommy menilai, menurunnya ekonomi selama pandemi COVID-19 disebabkan tiga faktor, yakni kurangnya bahan baku, tertutupnya negara tujuan ekspor dan turunnya produktivitas industri akibat pembatasan sosial berskala besar yang diterapkan pemerintah.
Hal ini, kata dia, menyebabkan kinerja ekspor Jawa Timur Mei 2020 mengalami penurunan sebesar 9,53 persen, dari 1,37 miliar dolar AS di bulan April 2020 menjadi 1,24 miliar dolar AS di bulan Mei 2020.
"Kondisi ini sangat wajar karena perlambatan ekonomi akibat pandemi COVID-29 tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi di seluruh dunia," katanta.
Sebelumnya, data BPS Jatim menunjukkan impor non migas Jatim pada bulan Mei 2020 mengalami penurunan sebesar 32,4 persen, padahal komoditas impor Jatim terbesar adalah bahan baku industri.
"Sekitar 70 persen lebih bahan baku industri kita itu berasal dari impor. Jika impor Jatim terkendala, maka produksi industri Jatim juga akan terkendala," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020
"Terlebih saat ini Unair, BIN dan BNPB telah menemukan obat COVID-19. Dan itu, secara psikologi pasar menjadi bergairah," kata Tommy yang di Kadin Jatim menjabat Bidang Perdagangan Internasional dan Promosi Luar Negeri, Rabu.
Ia mengakui, struktur ekonomi nasional selama pandemi COVID-19 masih lebih baik dibanding beberapa negara yang mengalami hal serupa, hal ini karena gotong royong atau keguyuban masyarakat yang terjalin selama berlangsungnya kasus tersebut.
"Struktur ekonomi Indonesia sebenarnya tidak terlalu terguncang. Ini terlihat dari kian menguatnya rupiah di pasar global. Keguyuban kita lah yang menjadikan ekonomi kita tetap stabil," katanya.
Ia mengakui, di saat negara lain mengalami kontraksi pertumbuhan di kuartal pertama 2020, ekonomi Indonesia ternyata masih mampu tumbuh walaupun hanya sekitar 2,97 persen dan Jatim tumbuh sebesar 3 persen.
"Donasi yang dilakukan hampir oleh seluruh lapisan masyarakat. Guyub, kekeluargaan dan gotong royong menjadi kunci stabilnya ekonomi. Inilah hebatnya Indonesia" katanya.
Dengan kembali dibukanya aktivitas ekonomi sedikit demi sedikit melalui skema kenormalan baru, dia optimistis ekonomi Indonesia, khususnya Jatim di Semester II/2020 bakal mampu tumbuh sebesar 3 persen hingga 3,5 persen.
"Kendati mengalami penurunan dibanding tahun lalu, saya masih melihat optimisme pasar dalam negeri. Bahkan jika dibandingkan dengan negara lain, kondisi ekonomi Indonesia, termasuk Jatim masih jauh lebih baik," katanya.
Namun demikian, ia meminta masyarakat atau pelaku ekonomi tidak terlena, dan harus tetap waspada sebab kondisi fluktuatif atau naik turun ekonomi bisa saja terjadi.
"Oleh karena itu, lebih baik mencegah dari pada mengobati. Tetapi intinya, ada harapan lagi bisa bekerja normal," katanya.
Sementara itu, Tommy menilai, menurunnya ekonomi selama pandemi COVID-19 disebabkan tiga faktor, yakni kurangnya bahan baku, tertutupnya negara tujuan ekspor dan turunnya produktivitas industri akibat pembatasan sosial berskala besar yang diterapkan pemerintah.
Hal ini, kata dia, menyebabkan kinerja ekspor Jawa Timur Mei 2020 mengalami penurunan sebesar 9,53 persen, dari 1,37 miliar dolar AS di bulan April 2020 menjadi 1,24 miliar dolar AS di bulan Mei 2020.
"Kondisi ini sangat wajar karena perlambatan ekonomi akibat pandemi COVID-29 tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi di seluruh dunia," katanta.
Sebelumnya, data BPS Jatim menunjukkan impor non migas Jatim pada bulan Mei 2020 mengalami penurunan sebesar 32,4 persen, padahal komoditas impor Jatim terbesar adalah bahan baku industri.
"Sekitar 70 persen lebih bahan baku industri kita itu berasal dari impor. Jika impor Jatim terkendala, maka produksi industri Jatim juga akan terkendala," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020