Pulau Derawan (ANTARA News Kaltim) - Pemerintah daerah bekerja sama dengan LSM dan masyarakat Pulau Derawan melakukan pelestarian habitat penyu di wilayah tujuan wisata itu karena hewan yang dilindungi itu menjadi salah satu daya tarik wisatawan.

"Kami dari WWF Indonesia bersama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) serta masyaralat setempat terus menjaga dan melakukan pengawasan terhadap kehidupan penyu-penyu yang bertelur di beberapa pulau di Kabupaten Berau, seperti di Pulau Derawan," kata Samsudin, salah seorang staf WWF yang sedang menjaga sejumlah penyu yang sedang bertelur, Sabtu.

Menurut dia, populasi penyu di Pulau Derawan Kabupaten Berau Kalimantan Timur terus dilindungi oleh masyarat, LSM dan pemerintah daerah, karena merupakan salah satu daya tarik wisatawan untuk datang ke Derawan.

Ia mengatakan setiap malamnya ada sekitar tiga hingga empat ekor penyu naik ke pantai untuk bertelur dan biasanya pada bulan-bulan tertentu penyu banyak bertelur yakni dari bulan April hingga Agustus.

"Satu malam bisa tujuh ekor yang bertelur," katanya.

Samsudin mengatakan, penyu yang bertelur di Pulau Derawan juga bertelur di Pulau Sandakan, Malaysia. Jika penyu itu bertelur di wilayah Sandakan Malaysia, maka diberi tanda berupa pin bertuliskan Malaysia pada sirip depan sebelah kiri dan jika di wilayah Indonesia diberi tanda bertuliskan Indonesia di sebelah kanan.

"Setelah penyu-penyu itu bertelur, kemudian telurnya kami ambil untuk ditetaskan di penangkaran, setelah usia satu minggu baru dilepas. Hal itu untuk menghindari tukik (anak penyu) dari predator lain. Karena usia satu minggu sudah dianggap mulai mampu untuk mempertahankan hidup," katanya.

Samsudin menambahkan habitat penyu selain bertelur di Pulau Derawan, biasanya juga bertelur di beberapa pulau lainnya di Kabupaten Berau yakni di Pulau Sangalaki, Samama, Bilang-bilangan dan Mataha.

Sementara itu berdasarkan pengakuan Diana, salah seorang warga Pulau Derawan, warga setempat selama ini tidak pernah lagi menikmati telur-telur penyu karena sudah dilarang dan dilindungi serta dijaga oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) serta LSM WWF Indonesia.

"Kami sebagai penduduk Derawan tidak bisa lagi mengambil telur-teleur penyu, padahal telur-telur itu justru banyak dijual di Kota Samarinda," katanya seraya menambahkan bahwa warga setempat juga ikut mendukung pelestarian penyu.  (*)

Pewarta: Rahmad

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012