Tanjung Redeb (ANTARA News Kaltim) - Sungai di Kabupaten Berau kini banyak mengalami pendangkalan sehingga mengakibatkan lalu lintas kapal-kapal besar sering mengalami masalah, seperti peristiwa kandasnya tongkang pengangkut batubara di Sungai Segah, beberapa waktu lalu.
"Kalau ada peristiwa seperti ini PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Berau bertugas memandu kapal," kata Manajer Operasional PT Pelindo IV (Persero) Berau Suparman, Minggu.
Ia mengatakan, tugas seorang pandu terasa berat, mengingat lalu lintas air Daerah Aliran Sungai (DAS) Berau tidak aman di beberapa lokasi, seperti daerah Bujangga yang terlalu menikung dan dangkal.
Oleh sebab itu, katanya, ada beberapa kawasan tertentu yang mengharuskan kapal dengan ukuran tertentu menggunakan jasa kapal pandu.
"Tongkang batubara yang setiap hari melintas di daerah aliran sungai yang kondisinya seperti ini memerlukan kekuatan sebuah tug boat yang besar agar dapat mengimbangi tongkang dan muatan yang dibawa. Kapasitas penarik setidaknya bertenaga 1.000 tenaga kuda," katanya.
Pihaknya telah memberikan imbauan agar semua perusahaan dapat memenuhi standar itu. Bukan hanya itu daerah aliran sungai yang ada di Berau saat ini perlu pengerukan.
Menurut dia, pendangkalan pada beberapa titik harus dipikirkan solusinya. "Harus diperhatikan lebar dan dalam sungai, sehingga tercipta lalu lintas yang aman dan lancar. Ini juga agar tugas kapal pandu tak terasa berat," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Pemkab Berau Fahmi Rizani SH mengatakan, pihaknya juga berupaya untuk mengeruk alur sungai.
Pada 2007 Pemkab Berau khususnya Dinas Perhubungan melaksanakan tender proyek pengeluran sungai di Kabupaten Berau. Namun tender gagal dilaksanakan lantaran peserta yang mengikuti tender tidak memenuhi spesifikasi teknis dalam persyaratan proyek tersebut.
Kemudian pada 2008 hingga 2011, katanya, masih mengalami hal yang sama. "Rata-rata peserta yang mengikuti tender tidak memenuhi spesifikasi, terutama kapal pengangkut pasir yang digunakan perusahaan," kata Fahmi.
Sedangkan pada 2012, Dishubkominfo kembali menggelar proyek pekerjaan pengerukan sungai, melalui LPSE dengan nilai kurang lebih Rp16 miliar. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Kalau ada peristiwa seperti ini PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Berau bertugas memandu kapal," kata Manajer Operasional PT Pelindo IV (Persero) Berau Suparman, Minggu.
Ia mengatakan, tugas seorang pandu terasa berat, mengingat lalu lintas air Daerah Aliran Sungai (DAS) Berau tidak aman di beberapa lokasi, seperti daerah Bujangga yang terlalu menikung dan dangkal.
Oleh sebab itu, katanya, ada beberapa kawasan tertentu yang mengharuskan kapal dengan ukuran tertentu menggunakan jasa kapal pandu.
"Tongkang batubara yang setiap hari melintas di daerah aliran sungai yang kondisinya seperti ini memerlukan kekuatan sebuah tug boat yang besar agar dapat mengimbangi tongkang dan muatan yang dibawa. Kapasitas penarik setidaknya bertenaga 1.000 tenaga kuda," katanya.
Pihaknya telah memberikan imbauan agar semua perusahaan dapat memenuhi standar itu. Bukan hanya itu daerah aliran sungai yang ada di Berau saat ini perlu pengerukan.
Menurut dia, pendangkalan pada beberapa titik harus dipikirkan solusinya. "Harus diperhatikan lebar dan dalam sungai, sehingga tercipta lalu lintas yang aman dan lancar. Ini juga agar tugas kapal pandu tak terasa berat," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Pemkab Berau Fahmi Rizani SH mengatakan, pihaknya juga berupaya untuk mengeruk alur sungai.
Pada 2007 Pemkab Berau khususnya Dinas Perhubungan melaksanakan tender proyek pengeluran sungai di Kabupaten Berau. Namun tender gagal dilaksanakan lantaran peserta yang mengikuti tender tidak memenuhi spesifikasi teknis dalam persyaratan proyek tersebut.
Kemudian pada 2008 hingga 2011, katanya, masih mengalami hal yang sama. "Rata-rata peserta yang mengikuti tender tidak memenuhi spesifikasi, terutama kapal pengangkut pasir yang digunakan perusahaan," kata Fahmi.
Sedangkan pada 2012, Dishubkominfo kembali menggelar proyek pekerjaan pengerukan sungai, melalui LPSE dengan nilai kurang lebih Rp16 miliar. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012