Warga Balikpapan, Kalimantan Timur menggelar Shalat Kusuf atau salat saat terjadi gerhana matahari pada Kamis siang.
Salat kusuf dilaksanakan setelah Shalat Dzuhur atau sekitar pukul 13.17 Wita seperti diikuti ratusan warga shalat berjamaah bersama Ketua Dewan Masjid Balikpapan Ustaz Solehudin Siregar.
Waktu itu bertepatan dengan berlangsungnya gerhana matahari cincin, ketika bulan mulai menutupi piringan matahari sehingga menghalangi cahayanya jatuh ke bumi.
“Pada saat gerhana ini akan sangat baik bila kita berdoa dan banyak bertakbir,” kata Ustaz Solehudin Siregar.
Selain di Masjid At Taqwa di Klandasan, salat kusuf juga dilaksanakan di sejumlah masjid lain. Tercatat diantaranya Masjid Istiqamah di Lapangan Merdeka, Masjid Balikpapan Center, Masjid As Sajadah di Pondok Karya Agung, Masjid Jamiatul Mustaqim, dan Masjid Graha NU di Km 4,5 Jalan Soekarno-Hatta.
“Ini fenomena alam untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT,” kata Kepala Kantor Kementerian Agama Balikpapan Alfi Taufiq. Salat gerhana adalah satu cara mendekatkan diri tersebut.
Di Kalimantan Timur, gerhana matahari cincin dapat dilihat dengan jelas di Tanjung Redeb, ibukota Kabupaten Berau, 750 km utara Balikpapan. Juga masih bisa dilihat baik di Tanjung Selor, ibukota Provinsi Kalimantan Utara, 100 km timur-timur laut Tanjung Redeb.
“Di Tanjung Redeb gerhana dimulao pukul 12.14 Wita, begitu juga di Tanjung Selor,” kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Balikpapan Mudjianto.
Dari titik awal itu kemudian bergerak pada lini masa, gerhana mulai memasuki fase cincin pada pukul 14.09, fase puncak gerhana pukul 14.10, dan fase cinci berakhir pukul 14.12. Gerhana berakhir pukul 15.47 Wita.
“Jadi durasi gerhana 3 jam 32 menit, dengan lama fase cincin 3 menit 18 detik,” terang Mudji.
Gerhana matahari cincin merupakan peristiwa terhalangnya cahaya matahari oleh bulan. Saat itu posisi bulan ada di antara matahari dan bumi. Ketika bulan menempati lingkaran matahari, matahari yang memang lebih besar dari bulan, masih menampilkan pijarnya, yang tampak dari bumi seperti lingkaran berpijar. Kemudian ketika bulan terus bergeser, sebagian cahaya dari samping lingkaran itu tampak semburat, menjadikannya seperti mata cincin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019