Bupati Mahakam Ulu Bonifasius Belawan Geh memberikan instruksi kepada Dinas Pariwisata setempat segera melakukan kerja sama dengan pihak terkait untuk mematenkan Tari Hudoq Cross Border sehingga bisa menjadi ikon daerah itu.
 

"Dalam kesempatan yang penuh makna ini, saya instruksikan kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan pihak terkait lain untuk segera mematenkan Tari Hudoq Cross Border," ujarnya di Ujoh Bilang, Kamis.

Hal itu ia katakan saat pembukaan Festival Hudoq Cross Border yang dipusatkan di Lapangan Ujoh Bilang. Dalam pembukaan itu dihadiri sejumlah undangan, antara lain pihak Kemenpar, Dinas Pariwisata Provinsi Kaltim, dan perwakilan Dinas Pariwisata kabupaten/kota se-Kaltim.

Hudoq Cross Border, lanjutnya, varian baru karena itu merupakan gabungan dari berbagai subetnis Dayak.

Bahkan untuk menari Hudoq pun bergantian per kecamatan dan per organisasi perangkat daerah karena dalam kegiatan tersebut digelar selama 24 jam, untuk memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia-Dunia (Muri).

Dahulu, katanya, Tari Hudoq hanya digelar per kampung, yakni ketika musim menanam padi (menugal) pada Oktober atau saat musim panen, seperti bagi etnis Bahau di Kampung Matalibaq.

"Namun dengan adanya Hudoq Cross Border ini, maka semua subsuku bisa bergabung dalam tari ini, baik sebagai penari Hudoq maupun sebagai pengiring Hudoq, sehingga dalam perkembangannya tercipta varian baru karena dari semula per kampung menjadi lintas kampung dan lintas kecamatan," katanya.

Ia juga minta Disparpora Makaham Ulu berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan pihak lain terkait, karena dalam festival itu terjadi transaksi ekonomi, sehingga diharapkan hasil koordinasi dengan berbagai pihak bisa tercetus gagasan dalam pengembangan ekonomi.

Dalam festival yang mampu menyedot ribuan pengunjung, baik dari kabupaten setempat maupun pihak luar tersebut, tentu semua yang hadir akan perlu penginapan, makan, minum, jajanan, suvernir, bahkan mungkin ada hal-hal unik lain yang bisa dijadikan oleh-oleh bagi tamu, sehingga masih terbuka peluang membuka usaha baru.

Ia melanjutkan bahwa dalam Tari Hudoq juga mengandung makna ketaatan kepada Sang Pencipta, karena melalui Hudoq, masyarakat dibimbing untuk percaya dan memohon doa kepada Tuhan Yang Esa agar padi yang ditanam tidak dimakan hama dan bisa panen memuaskan.

"Gelaran Hudoq juga mengajarkan masyarakat Mahulu (Mahakam Ulu) mengutamakan gotong royong, karena tanpa kerja sama, persahabatan, dan persatuan, akan sulit tercipta kekompakan ber-Hudoq, sehingga dengan kerja sama sekaligus melestarikan budaya ini juga berimbas pada kesejahteraan masyarakat," katanya. 
 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019