Balikpapan (ANTARA News Kaltim) - Pesawat Airbus 320 milik Batavia Air yang terperosok di ujung landasan pacu 07 Bandara Sepinggan Balikpapan akhirnya berhasil dievakuasi Rabu (14/3) dini hari.
"Roda belakang pesawat yang terperosok di aspal lunak RESA bisa diangkat tepat pukul 01.05," kata Kasiadi, Manajer Operasi Bandara Sepinggan.
RESA adalah adalah runaway end safety area, daerah sepanjang 90 meter di ujung landasan pacu yang memang didesain untuk menahan pesawat yang over run, kelewatan, agar tidak terus hingga ke laut.
Pesawat kemudian ditarik ke apron untuk diperiksa lebih lanjut oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Upaya penyelamatan pesawat dimulai sejak Senin (12/3) sore. Para teknisi di Bandara Sepinggan, yang terdiri dari kru Batavia Air, petugas Angkasa Pura I (Persero) selaku pengelola bandara, dan petugas dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan KNKT, pada mulanya menggunakan airbag yang didatangkan dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Namun airbag yang didatangkan oleh Batavia Air ini gagal mengangkat pesawat. Bobot pesawat bergeming ketika coba diangkat kantong besar bertekanan udara tersebut.
Pesawat baru bisa diangkat dengan menggunakan liftjack atau dongkrak khusus Airbus yang baru tiba di Balikpapan Selasa sore. Diperlukan waktu satu jam untuk mengeluarkan dongkrak tersebut dari pesawat kargo, satu jam lagi untuk merakitnya, kemudian satu jam untuk menyetel di setiap roda, sementara ada dua roda pesawat yang terbenam.
"Wal hasil kami baru bisa selamatkan pesawat dinihari tadi," kata Kasiadi.
Tentang mengapa pesawat sampai over run, teori tail wind atau angin buritan kembali dipakai. Tail wind juga menjelaskan mengapa pesawat Lion Air terperosok di tempat yang sama Oktober tahun lalu.
"Jadi pesawat didorong angin berkecepatan tinggi dari belakang sehingga tidak bisa langsung berhenti begitu saja, melainkan terpaksa terus jalan hingga ujung landasan dan terpaksa juga masuk RESA," kata Letkol Penerbang Riva Yanto, Komandan Pangkalan Udara Sepinggan.
Tail wind bisa terjadi kapan saja, baik dalam cuaca cerah, lebih-lebih lagi dalam hujan dan berangin.
Di Bandara Sepinggan kejadian ini adalah yang keempat dalam lima tahun terakhir. Batavia Air mengalaminya dua kali, Garuda Indonesia dan Lion Air sekali. Batavia Air PK-YVE ini mengalaminya dalam cuaca cerah dimana matahari bersinar terang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Roda belakang pesawat yang terperosok di aspal lunak RESA bisa diangkat tepat pukul 01.05," kata Kasiadi, Manajer Operasi Bandara Sepinggan.
RESA adalah adalah runaway end safety area, daerah sepanjang 90 meter di ujung landasan pacu yang memang didesain untuk menahan pesawat yang over run, kelewatan, agar tidak terus hingga ke laut.
Pesawat kemudian ditarik ke apron untuk diperiksa lebih lanjut oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Upaya penyelamatan pesawat dimulai sejak Senin (12/3) sore. Para teknisi di Bandara Sepinggan, yang terdiri dari kru Batavia Air, petugas Angkasa Pura I (Persero) selaku pengelola bandara, dan petugas dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan KNKT, pada mulanya menggunakan airbag yang didatangkan dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Namun airbag yang didatangkan oleh Batavia Air ini gagal mengangkat pesawat. Bobot pesawat bergeming ketika coba diangkat kantong besar bertekanan udara tersebut.
Pesawat baru bisa diangkat dengan menggunakan liftjack atau dongkrak khusus Airbus yang baru tiba di Balikpapan Selasa sore. Diperlukan waktu satu jam untuk mengeluarkan dongkrak tersebut dari pesawat kargo, satu jam lagi untuk merakitnya, kemudian satu jam untuk menyetel di setiap roda, sementara ada dua roda pesawat yang terbenam.
"Wal hasil kami baru bisa selamatkan pesawat dinihari tadi," kata Kasiadi.
Tentang mengapa pesawat sampai over run, teori tail wind atau angin buritan kembali dipakai. Tail wind juga menjelaskan mengapa pesawat Lion Air terperosok di tempat yang sama Oktober tahun lalu.
"Jadi pesawat didorong angin berkecepatan tinggi dari belakang sehingga tidak bisa langsung berhenti begitu saja, melainkan terpaksa terus jalan hingga ujung landasan dan terpaksa juga masuk RESA," kata Letkol Penerbang Riva Yanto, Komandan Pangkalan Udara Sepinggan.
Tail wind bisa terjadi kapan saja, baik dalam cuaca cerah, lebih-lebih lagi dalam hujan dan berangin.
Di Bandara Sepinggan kejadian ini adalah yang keempat dalam lima tahun terakhir. Batavia Air mengalaminya dua kali, Garuda Indonesia dan Lion Air sekali. Batavia Air PK-YVE ini mengalaminya dalam cuaca cerah dimana matahari bersinar terang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012