Bontang (ANTARA News Kaltim) - Pihak DPRD Kota Bontang, Kaltim, menyoroti kinerja Dinas Sosial dan Tenaga Kerja setempat dalam menangani masalah sosial terkait keberadaan "manusia gerobak", pemulung yang selalu membawa anaknya di dalam gerobak saat mencari barang bekas.

"Saya ingin mengetahui bagaimana Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dissosnaker) Kota Bontang menangani manusia gerobak," kata anggota Komisi I (Bidang Hukum, Pemerintahan dan Kesejahteraan) DPRD Kota Bontang, Muhamad Nurdin, di Bontang, Rabu.

Hal itu disampaikannya dalam kerja anggaran DPRD Bontang.

Orang gerobak adalah seorang bapak yang memulung barang bekas sembari membawa anak perempuan di dalam gerobaknya. Fenomina ini telah berlangsung beberapa tahun dan mengundang banyak perhatian orang.

Sembari memulung, ada anak perempuan di dalam gerobak dan terkadang tidur di emperan ketika malam hari. Saat ini dia menumpang tinggal di keluarga adiknya yang juga miskin.

Nurdin mengaku malu melihat manusia gerobak belum ditangani secara maksimal padahal Bontang dikenal sebagai daerah terkaya di Kaltim.

Ketua Komisi I Kadir Tappa menambahi bahwa tidak susah menganggarkan seperempat dari Rp20 miliar yang selama ini untuk hibah Bontang FC dialihkan untuk penanganan penyandang masalah seperti manusia gerobak ini.

"Saya menilai Dissosnaker tidak berani menganggarkan untuk itu. Saya kira bisa kok jika seperempat alokasi hibah bagi Bontang FC dipakai untuk membuat rumah tipe 21 bagi orang-orang miskin seperti ini," kata Kadir Taffa.

Melalui pekerja sosial Dissosnaker yang aktif dalam Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Sosial Suratmi diberikan penjelasan bahwa kunjungan rumah telah dilakukan sebanyak lima kali ke manusia gerobak yang bernama Anni dan sang anak Fitriani.

Suratmi menjelaskan kesimpulan terakhir dari menemukenali permasalahan Anni sang manusia gerobak ingin memiliki tempat tinggal sendiri dan berharap bantuan dari pemerintah kota dan tidak mau menitip anaknya dipanti.

"Terkait bahan bangunan bisa di-link-kan dengan Kantor Pemberdayaan Masyarakat saat ada program bantuan atap dinding lantai atau bantuan rehabilitasi rumah tidak layak huni, tetapi yang menjadi masalah dia tidak memiliki tanah sendiri," terang Suratmi.

"Dewan ingin awal tahun sudah ada action, jangan ditunda-tunda lagi karena malu Bontang sebagai daerah terkaya tidak bisa intervensi manusia gerobak semestinya. Tolong buat proposal dan carikan tanah di pinggiran yang harga masih murah," imbau Kadir Tappa.

Hasil pembahasan akan ditindak lanjuti dengan pembuatan proposal yang ditujukan kepada pemerintah kota, Bazda, Laz, dan CSR perusahaan untuk pembelian lahan maupun pembangunan rumah sederhana bagi manusia gerobak.  (*)

Pewarta: Suratmi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011