Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Timur kembali menggelar workshop Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan yang dikuti sejumlah kader terutama kader yang ada di "Kampung KB".
"Peserta workshop Ketahanan Keluarga Lansia saat ini hanya berasal dari Kota Samarinda mereka para keder kelompok Bina Keluarga Lansia ( BKL), kader Kampung KB, UPT petugas tingkat kecamatan dan para PLKB,"kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim, Eli Kusnaeli, ketika ditemui usai membuka Workshop BKL di Samarinda, Senin.
Ia mengatakan dengan adanya kegiatan ini Samarinda menjadi contoh daerah lainnya di Kaltim dan diharapkan ada sinergi antara para koordinator program KBBPK, petugas di kecamatan, para kader dengan para PLKB di lapangan.
"Di Provinsi Kaltim sendiri sudah ada 435 kelompok Bina Lansia dan kedepan kelompok-kelompok ini akan terus bertambah, karena intinya dari oleh dan untuk masyarakat. Pembentukannya pun berdasarkan keinginan masyarakat, BKKBN dan pemerintah setempat memfasilitasi,"jelas Eli Kusnaeli.
Direktur Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan BKKBN RI,Dra Widati MM meminta kepada pemerintah pusat ,provinsi dan kabupaten/ kota bagaimana pemberdayaan lansia harus terus dilakukan agar tetap sehat, aktif dan produktif sehingga menjadi lansia tangguh.
"Lansia jangan sampai terlantar tetapi diberdayakan agar mereka tetap sehat, aktif dan produktif sehingga tidak menjadi beban keluarga,"katanya.
Lanjut Widati tetapi bagi lansia yang tidak potensial harus mendapat perhatian para kader atau keluarga , jika terjadi sesuatu maka harus diidentifikasi. Jika sesuatu itu berat maka berkonsultasi dengan Puskesmas setempat.
Diungkapkan Widati saat ini BKKBN pusat mengkaji bagaimana antara kelompok BKL bekerjasama dengan Puskesmas yang terintegrasi. Kelompok BKL lebih pada keluarga dan Puskesmas pada kesehatan sehingga harus terpadu.
Sementara itu Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Samarinda, Marnabas menambahkan kelompok-kelompok BKL di Samarinda sudah berjalan khususnya di Kampung KB.
"Ini perlu di ketahui terkait BKL, jangan kita berpikir melatih Lansia tetapi kita melatih para kader dan keluarga yang memiliki lansia untuk dapat merawat dan diberdayakan, hal inilah yang kita kembangkan di Posyandu dan Kampung-Kampung KB,"katanya.
Marnabas berharap dengan adanya kelompok BKL di kampung-kampung KB, maka panti-panti jompo nantinya tidak penuh seperti sekarang ini. Apakah kita tega menitipkan orang tua kita dipanti jompo.
Padahal orang tua kita yang usianya Lansia tidak butuh materi, kelengkapan dan fasilitas seperti perawatan di panti jompo, tetapi mereka ingin berkumpul bersama anak dan cucu-cucunya di rumah meskipun mereka biasanya cukup sensitif dengan keadaan.
Tetapi jika sebagai kader kelompok BKL, maka akan mengetahui cara-cara merawat dan memberdayakan Lansia .
"Apalagi kedepan kita sendiri nantinya memasuki Lansia maka sudah mengetahui dan sudah ada persiapan untuk menjadi lansia tangguh yakni sehat, aktif dan produktif," ujar Marnabas.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019
"Peserta workshop Ketahanan Keluarga Lansia saat ini hanya berasal dari Kota Samarinda mereka para keder kelompok Bina Keluarga Lansia ( BKL), kader Kampung KB, UPT petugas tingkat kecamatan dan para PLKB,"kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim, Eli Kusnaeli, ketika ditemui usai membuka Workshop BKL di Samarinda, Senin.
Ia mengatakan dengan adanya kegiatan ini Samarinda menjadi contoh daerah lainnya di Kaltim dan diharapkan ada sinergi antara para koordinator program KBBPK, petugas di kecamatan, para kader dengan para PLKB di lapangan.
"Di Provinsi Kaltim sendiri sudah ada 435 kelompok Bina Lansia dan kedepan kelompok-kelompok ini akan terus bertambah, karena intinya dari oleh dan untuk masyarakat. Pembentukannya pun berdasarkan keinginan masyarakat, BKKBN dan pemerintah setempat memfasilitasi,"jelas Eli Kusnaeli.
Direktur Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan BKKBN RI,Dra Widati MM meminta kepada pemerintah pusat ,provinsi dan kabupaten/ kota bagaimana pemberdayaan lansia harus terus dilakukan agar tetap sehat, aktif dan produktif sehingga menjadi lansia tangguh.
"Lansia jangan sampai terlantar tetapi diberdayakan agar mereka tetap sehat, aktif dan produktif sehingga tidak menjadi beban keluarga,"katanya.
Lanjut Widati tetapi bagi lansia yang tidak potensial harus mendapat perhatian para kader atau keluarga , jika terjadi sesuatu maka harus diidentifikasi. Jika sesuatu itu berat maka berkonsultasi dengan Puskesmas setempat.
Diungkapkan Widati saat ini BKKBN pusat mengkaji bagaimana antara kelompok BKL bekerjasama dengan Puskesmas yang terintegrasi. Kelompok BKL lebih pada keluarga dan Puskesmas pada kesehatan sehingga harus terpadu.
Sementara itu Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Samarinda, Marnabas menambahkan kelompok-kelompok BKL di Samarinda sudah berjalan khususnya di Kampung KB.
"Ini perlu di ketahui terkait BKL, jangan kita berpikir melatih Lansia tetapi kita melatih para kader dan keluarga yang memiliki lansia untuk dapat merawat dan diberdayakan, hal inilah yang kita kembangkan di Posyandu dan Kampung-Kampung KB,"katanya.
Marnabas berharap dengan adanya kelompok BKL di kampung-kampung KB, maka panti-panti jompo nantinya tidak penuh seperti sekarang ini. Apakah kita tega menitipkan orang tua kita dipanti jompo.
Padahal orang tua kita yang usianya Lansia tidak butuh materi, kelengkapan dan fasilitas seperti perawatan di panti jompo, tetapi mereka ingin berkumpul bersama anak dan cucu-cucunya di rumah meskipun mereka biasanya cukup sensitif dengan keadaan.
Tetapi jika sebagai kader kelompok BKL, maka akan mengetahui cara-cara merawat dan memberdayakan Lansia .
"Apalagi kedepan kita sendiri nantinya memasuki Lansia maka sudah mengetahui dan sudah ada persiapan untuk menjadi lansia tangguh yakni sehat, aktif dan produktif," ujar Marnabas.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019