Balikpapan (ANTARA News Kaltim) - Kelompok Kerja Pesisir dan Nelayan, Kalimantan Timur, mengkritik Program Penanaman Satu Miliar Pohon yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 28 November 2011 yang dinilai kontradiksi.

"Sementara pohon-pohon baru ditanam, pohon-pohon yang sudah besar justru ditebangi," kata Ilham Jaya, Dinamisator Kelompok Kerja Pesisir dan Nelayan, Kalimantan Timur, yang dihubungi Rabu (7/12).

Menurut dia, Kelompok Kerja Pesisir dan Nelayan menjadi sangat peduli karena wilayah yang ditanami pohon-pohon baru termasuk juga wilayah pesisir dengan hutan dan pohon bakaunya yang disebut kawasan mangrove menjadi perhatian.

Seperti pernah diungkapkan Stanislav Lhota, peneliti di Teluk Balikpapan, sejumlah kawasan hutan mangrove di utara Teluk kini sudah beralih fungsi dari hutan tempat pembiakan anakan ikan, pencegah sedimentasi, dan penghasil oksigen, kini menjadi kawasan terbuka setelah mangrove-nya ditebang dan kemudian bekas lahannya diuruk tanah.

"Fungsinya sudah hilang. Bagi kami program Menanam Satu Miliar Pohon ini akan lebih baik lagi bila dibarengi dengan penegakan hukum dan aturan, dalam hal ini pohon dan hutan yang masih ada benar-benar dipelihara karena pohon yang sudah dewasa inilah yang sudah bisa memberi manfaat," kata Ilham.

Kelompok Kerja Pesisir juga menyangsikan pohon-pohon yang ditanam ini benar-benar dipelihara sehingga kelak dapat memberi manfaat.

"Program ini menggunakan pendekatan proyek, sehingga saya khawatir begitu tidak ada dana dan tidak ada pengawasan, maka tidak akan ada lagi juga penanaman dan jumlah pohon yang ditanam pun boleh jadi tak akan sampai satu miliar," kata Ilham prihatin.

Dalam program Indonesia menanam satu miliar pohon ini, di Balikpapan saja ditanam 50 ribu pohon. 30 ribu bibit pohon di antaranya adalah bibit-bibit pohon mangrove seperti bakau (Rhizopora mucronata), api-api (Avicenna sp), dan Brugueira.  (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011