Samarinda (Antaranews Kaltim) - Lembaga Studi Sejarah Lokal Komunitas Samarinda Bahari (Lasaloka-KSB) mengusulkan mantan Gubernur Kalimantan Timur periode 1962-1966, Abdoel Moeis Hasan dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional.

Koordinator Lasaloka-KSB Muhammad Sarip kepada awak media di Samarinda, Selasa, menjelaskan pihaknya telah menyerahkan lima jenis dokumen untuk melengkapi persyaratan administrasi usulan calon Pahlawan Nasional Abdoel Moeis Hassan kepada Dinas Sosial, Samarinda.

Menurut Sarip, dokumen itu adalah Daftar Riwayat Hidup dan Perjuangan Abdoel Moeis Hassan. Karya tulis ilmiah berformat karya akademik berjudul "Abdoel Moeis Hassan Pejuang Republiken" dan "Pelopor Pembaharuan di Kaltim sebuah Biografi".

Beberapa pendapat tokoh masyarakat tentang Abdoel Moeis Hassan, Foto dokumentasi perjuangan Abdoel Moeis Hassan, dan foto Abdoel Moeis Hassan ukuran 5R.

"Berkas usulan kami memang belum bisa diteruskan kepada pemerintah pusat karena masih ada dokumen lagi yang harus dilengkapi, yaitu risalah seminar," tegas Sarip.

Dalam waktu dekat pihaknya akan segera melaksanakan seminar tingkat provinsi atau nasional yang melibatkan sejarawan, cendekiawan, dan orang-orang berkompeten tingkat nasional.

"Ini diatur dalam Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional," jelasnya.

Sarip menjelaskan, banyak orang tidak mengetahui?perjuangan Abdoel Moeis memimpin kaum pembela Republik Indonesia (Republiken) di Samarinda.

Ia membeberkan, pada masa Revolusi Kemerdekaan, Abdoel Moeis mampu mengintegrasikan Kaltim ke dalam NKRI 1950, dan memperjuangkan berdirinya Provinsi Kaltim.

"Jadi sungguh layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Tapi, ironisnya, sebagian masyarakat dan birokrat lokal malah tidak mengetahui eksistensi tokoh ini," terangnya.

Menurut Sarip banyak orang keliru dengan nama Rumah Sakit I.A. Moeis, yang dianggapnya merupakan Gubernur Kaltim, padahal ada dua tokoh yang bernama Moeis itu berbeda orangnya.

Adapun I.A singkatan dari Inche Abdoel, tidak pernah menjadi Gubernur Kaltim.

"Justru, Abdoel Moeis Hassan sang pejuang yang terabaikan. Banyak yang tidak tahu di mana ia dimakamkan. Pahlawan sejati memang tak ingin dikenal. Akan tetapi, generasi kemudianlah yang mesti sadar diri membalas jasa dan perjuangan pahlawan," beber dia.

Taufik Sirad Judin Moeis (71) anak ketiga dari Abdoel Moeis Hassan menceritakan sosok ayahnya yang sederhana dan pekerja keras, serta saat berusia 16 tahun sudah menjadi pimpinan organisasi.

"Bapak (Abdoel Moeis Hassan) itu sangat luar biasa. Banyak pelajaran yang kami petik dari dia," katanya.

Saat jadi gubernur, Taufik masih duduk di SMP kelas III namun ia ingat betul dengan sosok ayahnya. "Orangnya rendah hati," tuturnya.

Sekretaris Dinsos Kaltim Muhammad Yusuf mengatakan sesuai alur mestinya semua berkas usulan itu dilakukan oleh Dinsos Samarinda baru diusulkan ke gubenur Kaltim melalui Dinsos Kaltim. 

"Kalau berkasnya sudah lengkap bisa diusulkan ke kami baru nantinya kami usulkan ke pusat," tegasnya.(*)


 

Pewarta: Arumanto

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018