Samarinda (Antaranews Kaltim) - Peneliti dari Institut Teknologi Bandung Pindi Setiawan yang tengah melakukan penelitian gua-gua dan karst yang membentang dari Sangkulirang hingga Mangkalihat di Kabupaten Berau dan Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, mengatakan ada ratusan gambar prasejarah yang hilang.
"Nafas manusia, asap rokok, asap kendaraan, dan asap pabrik dapat mempercepat hilangnya lukisan di gua tersebut sehingga perlu adanya aturan khusus agar kawasan ini mendapat perlindungan," kata Pindi di Samarinda, Rabu.
Sebelumnya, saat menjadi pembicara dalam diskusi Kelompok Terarah tentang Rencana Induk Pengelolaan Karst Sangkulirang-Mangkalihat, ia menyatakan gua-gua dalam karst yang mengandung banyak lukisan prasejarah puluhan ribu tahun lalu, dapat lekas rusak bila tidak ada kawasan penyangga.
Sejak Pindi memulai penelitian Karst Sangkulirang-Mangkalihat tahun 1995, hingga sekarang sudah ada ratusan imaji gambar prasejarah yang hilang.
Lukisan prasejarah itu berusia 10 ribu tahun, tapi ketika ada aktivitas manusia di sekitarnya, hanya dalam waktu 25 tahun sudah hilang.
Mengingat peran penting Karst Sangkulirang secara ekologi, sosial, budaya dan ekonomi, maka status Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) akan menjamin keberlangsungan kawasan inti karst.
Kekuatan hukum berupa status KBAK yang kini masih dalam tahap usulan ke pemerintah pusat ini, dinilai akan menjadi dasar dalam proses peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kaltim.
Perda RTRW Provinsi Kalimantan Timur 2016-2036 rencananya direvisi tahun 2021, sehingga mulai tahun 2020 sudah bisa diusulkan materi perubahannya, termasuk kawasan lindung geologi yang di dalamnya terdapat kawasan karst.
Sementara Manajer Senior The Nature Conservancy (TNC) untuk Provinsi Kalimantan Timur Niel Makinuddin mengatakan, salah satu upaya perlindungan kawasan penyangga ekosistem karst bisa dilakukan melalui kelembagaan dan kerja sama antaradesa, baik yang berada di dalam maupun di sekitar kawasan karst.
Kampung Merabu dengan hutan desanya adalah salah satu contoh keberhasilan pemanfaatan karst untuk menggerakan perekonomian desa lewat pariwisata.
"Pariwisata adalah pilihan kebijakan dan pengikat banyak kepentingan, baik untuk kepentingan ekonomi maupun kepentingan konservasi yang relatif sedikit kerusakannya. Merabu merupakan contoh terbaik bagaimana masyarakat mempertahankan karst, tapi tetap dapat penghidupan dari kawasannya," ucap Niel.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018
"Nafas manusia, asap rokok, asap kendaraan, dan asap pabrik dapat mempercepat hilangnya lukisan di gua tersebut sehingga perlu adanya aturan khusus agar kawasan ini mendapat perlindungan," kata Pindi di Samarinda, Rabu.
Sebelumnya, saat menjadi pembicara dalam diskusi Kelompok Terarah tentang Rencana Induk Pengelolaan Karst Sangkulirang-Mangkalihat, ia menyatakan gua-gua dalam karst yang mengandung banyak lukisan prasejarah puluhan ribu tahun lalu, dapat lekas rusak bila tidak ada kawasan penyangga.
Sejak Pindi memulai penelitian Karst Sangkulirang-Mangkalihat tahun 1995, hingga sekarang sudah ada ratusan imaji gambar prasejarah yang hilang.
Lukisan prasejarah itu berusia 10 ribu tahun, tapi ketika ada aktivitas manusia di sekitarnya, hanya dalam waktu 25 tahun sudah hilang.
Mengingat peran penting Karst Sangkulirang secara ekologi, sosial, budaya dan ekonomi, maka status Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) akan menjamin keberlangsungan kawasan inti karst.
Kekuatan hukum berupa status KBAK yang kini masih dalam tahap usulan ke pemerintah pusat ini, dinilai akan menjadi dasar dalam proses peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kaltim.
Perda RTRW Provinsi Kalimantan Timur 2016-2036 rencananya direvisi tahun 2021, sehingga mulai tahun 2020 sudah bisa diusulkan materi perubahannya, termasuk kawasan lindung geologi yang di dalamnya terdapat kawasan karst.
Sementara Manajer Senior The Nature Conservancy (TNC) untuk Provinsi Kalimantan Timur Niel Makinuddin mengatakan, salah satu upaya perlindungan kawasan penyangga ekosistem karst bisa dilakukan melalui kelembagaan dan kerja sama antaradesa, baik yang berada di dalam maupun di sekitar kawasan karst.
Kampung Merabu dengan hutan desanya adalah salah satu contoh keberhasilan pemanfaatan karst untuk menggerakan perekonomian desa lewat pariwisata.
"Pariwisata adalah pilihan kebijakan dan pengikat banyak kepentingan, baik untuk kepentingan ekonomi maupun kepentingan konservasi yang relatif sedikit kerusakannya. Merabu merupakan contoh terbaik bagaimana masyarakat mempertahankan karst, tapi tetap dapat penghidupan dari kawasannya," ucap Niel.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018