Samarinda (Antaranews Kaltim) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menegaskan bahwa proyek pembangunan rel kereta api yang dikerjakan Russian Railways bukan proyek strategis nasional, tetapi berstatus "public private partnership" sehingga pengerjaannya tidak menggunakan dana pemerintah.

"Ada hal penting yang harus dipahami bersama dan perlu kita luruskan. PSN (proyek strategis nasional) itu tidak sama dengan `public private partnership` (PPP)," kata Kepala Biro Humas Setdaprov Kaltim Tri Murti Rahayu dalam penjelasan tertulis di Samarinda, Kamis,

Penjelasan ini sebagai klarifikasi atas sejumlah pemberitaan mengenai pencoretan 14 PSN, yang salah satunya adalah proyek rel kereta api di Kaltim.

"Jadi, sekali kami tegaskan bahwa rencana pembangunan rel kereta api yang akan digarap Russian Railways (perusahaan asal Rusia) bukanlah PSN, tapi PPP. Kalau PPP, itu inisiatif Pak Gubernur Awang Faroek Ishak yang sangat menyadari kalau proyek rel kereta api tidak mungkin dibangun dengan APBN," paparnya.

Tri Murti menjelaskan bahwa PSN yang dicoret pemerintah adalah rencana pembangunan jalur rel kereta api dari Kalimantan Barat melewati Kalimantan Tengah, kemudian berlanjut ke Kalimantan Selatan dan tersambung dengan Kalimantan Timur hingga tembus wilayah Kalimantan Utara.

Pemikiran awalnya untuk membangun interkoneksi lima provinsi di Kalimantan dengan jalur rel kereta api dan panjang keseluruhan rel mencapai 2.428 kilometer.

"Rencana itu benar merupakan bagian dari program strategis nasional yang baru saja dicoret Presiden Jokowi. Jadi, itu bukan jalur kereta api yang nanti akan dibangun oleh Russian Railways melalui PT Kereta Api Borneo (anak perusahaan Russian Railways, red). Ini yang harus diluruskan agar masyarakat tidak salah memahami," ujarnya.

Saat ini, lanjut Tri, semua rencana pembangunan jalur rel kereta api akan dikerjakan oleh Russian Railways dan anak perusahaanya PT KAB.

Oleh karena itu, tambahnya, sudah menjadi kebijakan pemerintah Rusia yang melarang perusahaan Rusia lainnya mengerjakan jalur rel kereta api, termasuk juga Blackspace yang sudah melakukan "groundbreaking" (pemancangan) pada 1 Desember 2016.

"Memang saat ini PT KAB lebih fokus untuk membangun general transshipment terminal (terminal pengangkutan umum) di Kawasan Industri Buluminung di Kabupaten Penajam Paser Utara, yang menjadi bagian dari konsep pengembangan rencana investasi mereka di Kaltim," jelasnya.

Untuk konstruksi rel kereta api wilayah selatan (Penajam Paser Utara-Kutai Barat) rencananya dimulai sekitar pertengahan 2019 dengan panjang 203 kilometer.

Sedangkan untuk jalur utara dari Tabang (Kutai Kartanegara) menuju Lubug Tutung (Kutai Timur) sepanjang 217 kilometer masih akan dilakukan negosiasi dengan perusahaan-perusahaan pemilik konsesi tambang di kedua wilayah itu.

Jalur real kereta api itu nantinya akan terhubung dengan Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) di Kabupaten Kutai Timur.

"Secara periodik mereka aktif menyampaikan laporan. Setiap perkembangan juga terus mereka laporkan, baik terkait pembebasan lahan maupun berbagai kelengkapan perizinannya," tambah Tri Murti.

Saat ini, lanjutnya, pembebasan lahan untuk proyek tersebut di Buluminung, Penajam Paser Utara, sudah mencapai 200 hektar.

Dengan investasi mencapai puluhan triliun rupiah, Tri Murti yakin perusahaan Rusia itu sangat serius mengembangkan investasinya di Kaltim, baik untuk kawasan industri, terminal pengangkutan umum maupun pembangunan jalur rel kereta api.

Pada bagian lain, Tri Murti juga meluruskan pemberitaan seputar program Beasiswa Kaltim Cemerlang yang diberikan kepada ratusan pelajar yang saat ini sedang menimba ilmu di sejumlah institut perkeretaapian di Rusia.

"Biaya untuk ratusan pelajar kita itu `sharing` Pemprov Kaltim dengan Russian Railways. Kita hanya memberikan dana untuk biaya hidup, sedangkan untuk biaya perkuliahan hingga buku-buku dan lainnya itu secara penuh dari Russian Railways," tegas Tri Murti Rahayu. (*)

Pewarta: Antara

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018