Balikpapan (Antaranews Kaltim) - Sebanyak 600 kamera pengawas "close circuit television" menjadi mata tambahan bagi para petugas keamanan dan petugas operasional Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Kamera pengawas itu dipasang tersebar di seluruh sudut dan ruang bandara yang disebut sebagai bandara termegah di Indonesia bagian timur.

"CCTV itu dikontrol dari sini, Airport Operation Control Center (AOCC)," kata Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi saat meresmikan fasilitas tersebut di Bandara Balikpapan, Jumat.

AOCC berupa ruangan di lantai 2 Terminal Bandara Sepinggan yang dipenuhi monitor dan sejumlah besar operator. Layar-layar monitor itu menampilkan citra yang diambil dari kamera-kamera pengawas itu.

"Ini AOCC pertama yang ada di Indonesia. Setelah ini segera menyusul Bandara Ngurah Rai di Denpasar, Bandara Juanda di Surabaya, dan Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar," tambah Fahmi.

AOCC untuk bandara-bandara tersebut diharapkan sudah bisa beroperasi sebelum Idul Fitri tahun ini.

"Dan sebelum akhir tahun ini sudah selesai di 13 bandara yang dikelola Angkasa Pura I," tambah Direktur Operasional AP-1 Wendo Asrul Rose.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mengucurkan anggaran sekitar Rp100 miliar untuk memasang AOCC dan perangkat pendukungnya di 13 bandara tersebut.

Selain untuk keamanan, lanjut Fahmi, pengawasan melalui CCTV juga berguna meningkatkan layanan-layanan lain.

Penyebab delay atau tertundanya keberangkatan bisa dilihat atau direkam dengan nyata, proses pelayanan penumpang dari tiba di bandara, check in bila belum check in, penitipan bagasi bila ada bagasi yang dititipkan, memasuki gerbang keberangkatan, hingga masuk pesawat, semuanya terekam.

"Kalau ada penumpang yang perlu kursi roda, misalnya, sudah bisa langsung disiapkan," tambah Fahmi, yang menambahkan layanan ini disebut sisi darat (landside) dari operasional bandara.

Begitu pula aktivitas di apron juga terekam dengan baik, mulai dari pesawat mendarat, menuju parkir, dipasangi garbarata, mengisi ulang bahan bakar, bongkar bagasi, lalu pemuatan bagasi, persiapan berangkat, hingga kembali lepas landas. "Layanan ini adalah sisi udara (airside) operasional bandara," ujarnya.

Begitu pula antrean kendaraan penjemput penumpang yang menyebabkan kemacetan di terminal kedatangan dapat langsung ditangani.

AOCC juga tempat koordinasi bagi seluruh pemangku kepentingan di bandara, yaitu Angkasa Pura selaku operator bandara, maskapai penerbangan sebagai penyedia jasa transportasi udara, navigasi udara, dan otoritas yang meliputi bea cukai, imigrasi, karantina, kepolisian, termasuk bila diperlukan juga militer, seperti TNI Angkatan Udara.

Menurut Fahmi, latar belakang kebutuhan akan adanya AOCC ini adalah pergerakan penumpang. Pada 2017, dari 13 bandara yang dikelola Angkasa Pura I ada pergerakan sebanyak 89,7 juta orang, naik 5,9 persen dibanding total pergerakan penumpang pada 2016 yang sebanyak 84,7 juta orang.

Sementara total pergerakan pesawat pada 2017 sebanyak 791.387 kali, naik 3,51 persen dibanding 2016 yang tercatat 764.531 pergerakan.

"Kami perlu satu pusat kontrol yang mumpuni agar bisa memberikan layanan prima bagi masyarakat pengguna," imbuh Faik Fahmi. (*)
Baca juga: PLN Sediakan Jalur Khusus Pasokan Listrik Bandara Sepinggan
Baca juga: Bandara Kalimarau Berau tingkatkan kapasitas sisi udara
Baca juga: Jumlah Penumpang di Bandara Sepinggan Turun, Kargo Naik

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018