Samarinda (ANTARA Kaltim) - Sebanyak 23 ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Kalimantan Timur berkunjung ke Sekolah Sungai Karang Mumus di kawasan Muang, Samarinda, guna belajar sekaligus praktik merestorasi sungai.
"Kami berterima kasih kepada komunitas Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) karena mendapat kesempatan menyumbangkan sedikit tenaga untuk membantu pembibitan dan menanam pohon," ujar Ketua DWP PUPR Provinsi Kaltim Setiyo Rahayu Taufik di Samarinda, Jumat.
Hal itu dikatakan Setiyo Rahayu setelah membantu memasukkan tanah ke polibag untuk pembibitan tanaman khas SKM seperti pohon bamban, bungur, kedemba, rambai padi, rengas, ara dan aneka jenis riparian lain. Sejumlah anggota DWP PUPR Kaltim yang lain pun turut memasukkan tanah ke polibag.
Setelah itu, mereka pun menanam bibit pohon kedemba di areal Sekolah Sungai pada bibir sungai. Penanaman pohon ini juga merupakan bagian dari restorasi sungai, yakni sebuah upaya mengembalikan tumbuhan asal yang mulai hilang dari kawasan SKM.
Kegiatan lain yang dilakukan adalah membuat ekobrik, yakni memasukkan sampah plastik ke dalam botol bekas minuman sehingga botol tersebut bisa dijadikan berbagai benda sesuai kebutuhan, seperti tempat duduk, meja belajar, hiasan taman, dan fungsi lainnya.
Tujuan pembuatan ekobrik di antaranya untuk menghindari perilaku menyimpang warga yang suka membuang sampah ke parit dan sungai, mencegah pencemaran lingkungan karena plastik yang dibuang tidak bisa dihancurkan oleh tanah hingga ratusan tahun sehingga membuat tanah tidak subur, sedangkan jika dibakar bisa meracuni paru-paru.
Setiyo Rahayu berharap gerakan yang telah dirintis GMSS-SKM ini didukung semua elemen masyarakat dan pemerintah daerah, agar keinginan melakukan restorasi sungai cepat terwujud.
"Sebesar apapun kekuatan komunitas atau LSM seperti GMSS-SKM, tentu tidak akan sanggup bekerja sendiri karena permasalahan yang dihadapi SKM sangat kompleks, jadi harus ada campur tangan banyak pihak. Itu pula sebabnya kami di DWP turut peduli yang tentunya juga sebatas kemampuan kami dalam membantu," ucapnya.
Dari aksi yang dilakukan GMSS-SKM selama lebih dari dua tahun ini, ia berharap semakin mampu menumbuhkan kesadaran warga tentang peran dan fungsi sebuah sungai untuk kehidupan, mengingat sejarah pertumbuhan permukiman selalu diawali dari sungai karena air sebagai sumber kehidupan sehingga dalam perkembangannya, setiap warga seharusnya tidak menistakan sungai.
"Harap diingat bahwa sungai bukanlah tempat sampah, maka limbah dan sampah jangan dibuang ke sungai. Pesan ini saya sampaikan karena sungai yang kita hadapi sekarang harus diwariskan kepada anak cucu kita. Oleh karena itu, jangan sampai kita mewariskan sesuatu yang tidak berharga. Mari kita rawat sungai, minimal tidak membuang sampah ke dalamnya," tutur Setiyo. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Kami berterima kasih kepada komunitas Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) karena mendapat kesempatan menyumbangkan sedikit tenaga untuk membantu pembibitan dan menanam pohon," ujar Ketua DWP PUPR Provinsi Kaltim Setiyo Rahayu Taufik di Samarinda, Jumat.
Hal itu dikatakan Setiyo Rahayu setelah membantu memasukkan tanah ke polibag untuk pembibitan tanaman khas SKM seperti pohon bamban, bungur, kedemba, rambai padi, rengas, ara dan aneka jenis riparian lain. Sejumlah anggota DWP PUPR Kaltim yang lain pun turut memasukkan tanah ke polibag.
Setelah itu, mereka pun menanam bibit pohon kedemba di areal Sekolah Sungai pada bibir sungai. Penanaman pohon ini juga merupakan bagian dari restorasi sungai, yakni sebuah upaya mengembalikan tumbuhan asal yang mulai hilang dari kawasan SKM.
Kegiatan lain yang dilakukan adalah membuat ekobrik, yakni memasukkan sampah plastik ke dalam botol bekas minuman sehingga botol tersebut bisa dijadikan berbagai benda sesuai kebutuhan, seperti tempat duduk, meja belajar, hiasan taman, dan fungsi lainnya.
Tujuan pembuatan ekobrik di antaranya untuk menghindari perilaku menyimpang warga yang suka membuang sampah ke parit dan sungai, mencegah pencemaran lingkungan karena plastik yang dibuang tidak bisa dihancurkan oleh tanah hingga ratusan tahun sehingga membuat tanah tidak subur, sedangkan jika dibakar bisa meracuni paru-paru.
Setiyo Rahayu berharap gerakan yang telah dirintis GMSS-SKM ini didukung semua elemen masyarakat dan pemerintah daerah, agar keinginan melakukan restorasi sungai cepat terwujud.
"Sebesar apapun kekuatan komunitas atau LSM seperti GMSS-SKM, tentu tidak akan sanggup bekerja sendiri karena permasalahan yang dihadapi SKM sangat kompleks, jadi harus ada campur tangan banyak pihak. Itu pula sebabnya kami di DWP turut peduli yang tentunya juga sebatas kemampuan kami dalam membantu," ucapnya.
Dari aksi yang dilakukan GMSS-SKM selama lebih dari dua tahun ini, ia berharap semakin mampu menumbuhkan kesadaran warga tentang peran dan fungsi sebuah sungai untuk kehidupan, mengingat sejarah pertumbuhan permukiman selalu diawali dari sungai karena air sebagai sumber kehidupan sehingga dalam perkembangannya, setiap warga seharusnya tidak menistakan sungai.
"Harap diingat bahwa sungai bukanlah tempat sampah, maka limbah dan sampah jangan dibuang ke sungai. Pesan ini saya sampaikan karena sungai yang kita hadapi sekarang harus diwariskan kepada anak cucu kita. Oleh karena itu, jangan sampai kita mewariskan sesuatu yang tidak berharga. Mari kita rawat sungai, minimal tidak membuang sampah ke dalamnya," tutur Setiyo. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017