Samarinda (ANTARA Kaltim) - Komunitas Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Kalimantan Timur, terus melakukan kampanye restorasi sungai, sebuah upaya untuk menyadarkan semua pihak tentang arti penting sungai bagi manusia dan ekosistemnya.
"Restorasi sungai sesungguhnya maknanya sangat luas karena di dalamnya juga terkait dengan restorasi sosial, budaya, ekonomi, ekosistem, air, dan ruang sungai sehingga kita perlu merinci satu per satu restorasi dari sudut mana agar lebih jelas," ujar Ketua GMSS-SKM Samarinda, Misman di Samarinda, Minggu.
Misalnya terkait restorasi sosial dan ekonomi, tak bisa dipungkiri bahwa Sungai Karang Mumus (SKM) menjadi saksi sejarah tentang pertumbuhan hingga perkembangan kota Samarinda, karena dulunya sungai ini menjadi sarana utama sebagai transportasi warga dalam menjual hasil panen maupun membeli kebutuhan dari Pasar Pagi dan membawa barang dari pelabuhan.
Kemudian SKM juga menjadi tempat bagi nelayan dan masyarakat mencari ikan, jalur transportasi angkutan pasir yang diambil dari Sungai Mahakam, dan aneka fungsi lainnya yang hingga kini sebagian masih berlangsung.
Untuk mengembalikan fungsi tersebut, lanjutnya, sebenarnya bisa jika semua pihak memahami tentang apa itu restorasi sosial ekonomi di SKM, sehingga sungai ini ke depan bisa mendatangkan penghasilan bagi warga dan pendapatan asli daerah (PAD) untuk Kota Samarinda.
Caranya adalah dengan mengembalikan fungsi seperti semula, yakni tujuan Tuhan menciptakan sungai sebagai sumber kehidupan manusia dan makhluk lain di sekitarnya, sehingga semua sadar tidak membuang limbah dan sampah ke sungai, kemudian tidak merampas ruang maupun tanaman yang menjadi hak sungai.
Jika ini bisa dilakukan, maka limpahan rizeki akan kembali mendatangi Samarinda melalui sungai karena sungai bisa menjadi tempat wisata asri dan mempesona, mengingat keberadaannya di tengah kota yang tidak semua daerah memiliki kelebihan seperti ini.
Di bagian tengah dan hulu SKM, lanjutnya, dulu banyak orangutan, bekantan, monyet, dan aneka satwa lain, namun mereka menghilang karena banyak yang diburu dan tumbuhan khas sungai ditebang sehingga mereka menjauh karena tidak memiliki tempat tinggal dan cadangan makanan.
"Aneka satwa tersebut bisa kembali ke ruang SKM asalkan ada komitmen pemerintah untuk merestorasi sungai, sehingga fungsi sungai bisa kembali alami. Ini memang tidak mudah, perlu waktu ratusan tahun jika komitmennya hanya setengah-setengah, perlu waktu puluhan tahun jika bersungguh-sungguh," tutur Misman.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Restorasi sungai sesungguhnya maknanya sangat luas karena di dalamnya juga terkait dengan restorasi sosial, budaya, ekonomi, ekosistem, air, dan ruang sungai sehingga kita perlu merinci satu per satu restorasi dari sudut mana agar lebih jelas," ujar Ketua GMSS-SKM Samarinda, Misman di Samarinda, Minggu.
Misalnya terkait restorasi sosial dan ekonomi, tak bisa dipungkiri bahwa Sungai Karang Mumus (SKM) menjadi saksi sejarah tentang pertumbuhan hingga perkembangan kota Samarinda, karena dulunya sungai ini menjadi sarana utama sebagai transportasi warga dalam menjual hasil panen maupun membeli kebutuhan dari Pasar Pagi dan membawa barang dari pelabuhan.
Kemudian SKM juga menjadi tempat bagi nelayan dan masyarakat mencari ikan, jalur transportasi angkutan pasir yang diambil dari Sungai Mahakam, dan aneka fungsi lainnya yang hingga kini sebagian masih berlangsung.
Untuk mengembalikan fungsi tersebut, lanjutnya, sebenarnya bisa jika semua pihak memahami tentang apa itu restorasi sosial ekonomi di SKM, sehingga sungai ini ke depan bisa mendatangkan penghasilan bagi warga dan pendapatan asli daerah (PAD) untuk Kota Samarinda.
Caranya adalah dengan mengembalikan fungsi seperti semula, yakni tujuan Tuhan menciptakan sungai sebagai sumber kehidupan manusia dan makhluk lain di sekitarnya, sehingga semua sadar tidak membuang limbah dan sampah ke sungai, kemudian tidak merampas ruang maupun tanaman yang menjadi hak sungai.
Jika ini bisa dilakukan, maka limpahan rizeki akan kembali mendatangi Samarinda melalui sungai karena sungai bisa menjadi tempat wisata asri dan mempesona, mengingat keberadaannya di tengah kota yang tidak semua daerah memiliki kelebihan seperti ini.
Di bagian tengah dan hulu SKM, lanjutnya, dulu banyak orangutan, bekantan, monyet, dan aneka satwa lain, namun mereka menghilang karena banyak yang diburu dan tumbuhan khas sungai ditebang sehingga mereka menjauh karena tidak memiliki tempat tinggal dan cadangan makanan.
"Aneka satwa tersebut bisa kembali ke ruang SKM asalkan ada komitmen pemerintah untuk merestorasi sungai, sehingga fungsi sungai bisa kembali alami. Ini memang tidak mudah, perlu waktu ratusan tahun jika komitmennya hanya setengah-setengah, perlu waktu puluhan tahun jika bersungguh-sungguh," tutur Misman.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017